Part 7

4.5K 304 0
                                    

Saat ia bertanya seperti itu awalnya terbisit pada pikiranku ia akan mengantarkanku pulang seperti di sinetron kebanyakan. Tapi nihil aku pulang sendirian dengan semua keberanian yang aku punya. akhirnya aku sampai di Istana yang indah bila dipandang saja namun bila dirasa sangat sepi.

*cleekk* Aku membuka daun pintu yang cukup besar. Aku mengedarkan pandanganku keseluruh ruangan yang ada didepanku. Sepi Sunyi. Itulah kata yang tepat. Aku masuk dan berniat langsung menuju kamarku. Namun aku dikagetkan dengan suara yang berisik di balik dapur.

"Astaga kakak ngapain?" Tanyaku yang langsung berhambur ke kakakku yang menahan sakit di perutnya. Dengan tenaga yang aku punya aku membopong tubuh kakakku menuju sofa tamu yang biasanya.

"Kakak kenapa?" Tanyaku lagi hingga air mata sudah membasahi pipiku. aku menepuk nepuk pelan pipi kakakku namun yang kudapat hanya rintihan dari kakakku. sekilas aku teringat kalau kakak mempunyai obat yang dapat menyebuhkan gejala lambungnya ini.

aku langsung bergegas kekamar kakakku dan menghiraukan kakakku yang masih merintih kesakitan. Aku hampir saja memberantakkan kamar kakakku ini namun masih saja tidak menemukan obatnya. 'aduh nih obat taruh mana sih?' Omel ku sendiri sambil melacak laci laci yang ada dikamar kakak.

Dan BINGGO! aku mendapatkan obatnya langsung aku berlari menuju kakakku yang makin lama makin menjerit menahan sakit.

"Kakak minum ini yaa.." Kataku sambil membukakan bungkus obat dan meminumkannya kepada kakakku. Kakakku agak tenang ia menutup matanya untuk beberapa menit ia tertidur dalam posisi dipangkuanku. aku mengusap wajahku kasar 'Kenapa mama sama papa tega ninggalin kakak dengan sakit yang kayak gini sih' Ucapku lirih sambil sesekali mengusap usap rambut kakakku.

Hampir 15 menit aku dalam posisi ini aku tak mau pergi meninggalkan kakak. aku takut ia terbangun dan terganggu. Tiba tiba kulihat kakakku mengerjab ngerjab matanya menandakan ia akan bangun. Ia menatapku sebentar lalu berusaha bangun dari tidurnya.

"Udah enakan kak?" Tanyaku sambil membantunya duduk. Ia hanya menganguk dan melihatku tajam.

"Ini jam berapa? Loe baru pulang?" Tanyanya membentak namun sedikit lirih karna bangun tidur.

"Jam 10 malem. Ngak kak udah dari tadi. tapi kakak kesakitan di dapur mangkanya aku bawa kesini sampai kakak tertidur.." Jelasku yang balik menatap kakakku.

"Ohh.." jawabnya menunduk dan menarik nafas panjang.

"Kakak kenapa bisa kesakitan di dapur?" Celetukku karna aneh melihat kakakku kesakitan di dapur.

"Dari siang kakak belom makan. karna gak ada yang masakin. awalnya kakak males tapi tiba tiba perut sakit kakak berniat bikin makanan ternyata gue gak kuat.." Jelasnya masih dengan gaya dinginnya.

"Kakak belum makan? Biar sisi masakin yaa.." Ujarku akan beranjak namun tangan kakak menarikku hingga aku kembali duduk.

"Bisa loe?" Tanya nya dingin

"Liat aja nanti.." Kataku yang begegas menuju dapur.


Hampir 20 menit aku bergelut di dapur. Aku akan memasak sup untuk kakak. Aku bisa melakukan nya karna aku sudah diajarkan oleh ibuku, supaya antisipasi seperti ini kalau mama sama papa tidak ada dan pembantu pemalas itu tak memasak aku bisa memasaknya sendiri.

Aku membawa dua mangkuk berisi sup ke meja makan. kakakku yang dari tadi menungguku dengan memainkan hpnya langsung menatap kearah dua mangkukku dan aku tentunya.

"Udah siap.." Kataku ala ala chef terkenal. aku mengambilkan sendok ke mangkuk kakakku dan minum disampingnya.

"Cobain deh kak.." Aku bedecak pinggang sambil menatap kakakku. Dengan ragu tapi pasti kakak memakan supku di suapan pertama.

"Gimana?" Tanyaku yang lalu ikut duduk di samping kiri kakakku. dan akan ikut menyantab supku ini.

"Berhubung gue lapar so ini enak.." Katanya sambil melajut ke suapan kedua.

"Bilang aja enak susah banget sihh.." Kataku sambil mengikuti makan.

Meja makan ini yang memiliki 8 kursi dan sangat lebar menurutku sia sia saja. Toh jarang sekali  meja ini penuh dengan satu keluarga paling penuh adalah 4 oran itupun aku dan ke 3 kakakku. Makan malam dengan kakakku yang cuek ini memang melelahkan. Ia sama sekali tak mau mulai berbicara jadi mau tak mau aku yang selalu memulai.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang