Part 27

3.7K 249 0
                                    

Dengan keberanian yang aku punya aku mencoba bertanya kepada sisi yang kini tengah fokus menatap bagian bawah sepedaku ntah apa yang ada dibenakknya sepertinya ia sedang tak baik baik saja.

"Ehmm si.. Mama sama papa loe dan seperangkat kakak loe kemana semua? Kok gue cuman tau kakak loe yang namanya cello doang.." Aku mulai membuka pertanyaanku yang membuat ia langsung tersenyum hina.

"Loe pikir kakak gue maskawin buat nikah seperangkat.." Pekiknya sambil memukul pundakku pelan.

"Abis loe punya kakak banyak banget.." Kataku sambil tertawa pelan dan menatapnya yang wajahnya berubah drastis

"Mereka lagi sibuk sama urusan masing masing. Karna dasarnya kakak gue yang kedua pendiem jadi dia jarang keluar rumah mangkanya gue sama dia terus.." Jelasnya sesekali mentapku yang sedang menatapnya miris

"Ohh gitu.. Ehh sekali kali main noh kerumah gue jangan gue mulu yang kerumah loe ntar gue dikira ngapelin loe lagii.." Pekikku membuatnya langsung mendelik seketika.

"Apaan sihh.. Udah pulang sonoo.." Teriaknya membuatku tersenyum tipis dan langsung memakai helmku dan mempersiapkan motorku yang akan meluncur pulang

"Gue pulang si.." Teriakku yang sudah menjauh meninggalkan sisi yang melambaikan tangan sedikit untukku.

Butuh 15 menit aku ssampai kerumah disambut keluarga kecilku dengan hangat. Aku masih bersyukur melihat yang ada didepanku saat ini. Orang tua yang masih mau memberikan waktunya untuk anak dan cucunya. Kakak yang selalu perhatian denganku yang tak egois sedikitpun padaku adiknya.

"Om ngapain didepan aja om..?" Pekik kakakku yang membuyarkan lamunanku dan aku tersenyum sambil melepas sepatuku.

"jangan panggil gue sama nama tua itu kak.." Kataku yang langsung ikut duduk di sofa dekat kakakku

"Kok cepet dek.." Kata bundaku yang saat ini sedang menimang nimang keponakanku dengan sayang.

"Digo kan pinter bun ya pantes semua diselesaikan dengan cepat.." Kataku sok pintar membuat semua keluarga ku tertawa.

"Sisi sama siapa dirumah dek?" Kali ini ayah juga ikut bertanya kepadaku.

"Sisi dirumah sama kakak keduanya tuh yahh.. Terus semuanya gak ada dirumah juga.. Kira kira orang tua mereka ngapain ya yah?" tanyaku balik kepada ayahku yang sedang menyesap sedikit kopi yang bunda sediakan.

"Kerjaan ayah sisi itu ngak sama kayak ayah dek. Lebih banyak kerja ayah sisi ketimbang ayah. kalo ayahkan hanya bawahan yang melanjutkan tugas yang ayah sisi minta. sedangkan ayah sisi atasan yang harus mengurus dan bertanggung jawab atas semuanya. Belum lagi ayah sisi juga mempunyai usaha lain kan.." Jelas ayahku yang membuatku mangut mangut saja

"Kasihan sisi kayak kurang perhatian gitu. Mereka juga kerja dua duanya buat apa coba? Apa uang yang ayah sisi hasilkan ngak cukup buat mereka berenam?" Kataku sambil berfikir dan ayahku hanya tertawa saja.

"Kalo bagi keluarga ayah mah itu udah keterlaluan banyak nya dek. Tapi menurut keluarga sisi? Semua kebutuhan orang beda dek.." Jawab ayahku yang membuatku terkekeh tentu saja kenapa aku ngak kepikiran.

"Ciyee si omm.. Kayaknya abis ini rora bakal punya aunty anak istana nih..." Celetuk kakakku sambil menatap gemas anaknya dan aku hanya melotot saja.

"Kak loe makin lama nyebelin ya.. Udah ah digo mau tidur.." Kataku berdiri dan menghampiri rora yang ada dipangkuan bunda dan mencium pipi gembulnya.

"Jangan lupa mimpiin aunty sisi ya om.." celetuk kakakku dengan gaya khas bicara anak kecil dan mendapat hadiah jitakan dikepala kakakku dan mereka tertawa renyah melihatku malu dengan wajah memerah

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang