Part 15

4.3K 286 0
                                    

Semua masakan telah selesai kumasak dengan ibuku. Moodku sedikit membaik sekarang karna aku bisa memasak masakan baru dan aku sangat senang. Ntah seja kapan aku menjadi suka bergelut didapur padahal sebelumnya aku ini cewek yang sedikit urakan.

"Hmmm harum bu.." Aku mengendus asap yang keluar dari makanan yang baru saja kuhidangkan dengan ibu.

"Husss.. Makanan orang banyak gak boleh digituin ngak sopan.." Tegur ibu sambil menatapku tajam

"Dikit aja juga bu.." Kataku merajuk lalu memundurkan tubuhku.

"Tetap aja ngak boleh. Udah kamu mandi sana abis itu makan sama sama.." Kata ibuku yang masih sibuk dengan kegiatan nya.

"Iya buu.. Hmm ibu ikut makan disini kan?" Tanyaku sambil membalikkan badanku yang sedikit jauh dari meja makan.

"Ngak sayang. Dirumah ada bapak sama adek kamu.." Jawabnya sambil tersenyum dan menatapku penuh sayang.

"yah ibuu.." Aku pun menatapnya sendu karna aku berharap sekali saja ibu makan disini. Hampir setiap hari ia disini namun tak pernah juga ia makan disini.

"Maaf sayang.. Udah mandi gih nanti ditinggal mama sama kakak kakak lohh.." Ibu kembali sibuk dengan meja makan untuk merapikan segala sesuatu nya.

Butuh waktu 2 jam setengah aku mandi dan berdandan. Aku memakai baju sweater abu abu dan rok seatas lutut berwarna senada dengan rambut yang kuikat sembarangan karna aku malas sekali untuk menyisir rambut dan make up pun hanya polos memakai pelembab saja. Aku menghampiri meja makan yang sudah rapi dengan makanan dan alat alat makan laiinya. Namun belum ada seorang pun yang menyentuhnya. Akhirnya kuputuskan untuk duduk duluan untuk menunggu mereka. Hampir 20menit aku menunngu mereka dan menatap makanan yang sudah hampir dingin ini. Kejadian ini selalu saja terjadi dirumahku.

"Sisi.." Panggil seseorang dan spontan aku menoleh kesumber suara itu.

"Bang genta.." Aku berbinar akhirnya ada juga penghuni rumah ini yang akan kuceritakan kalau semua ini aku yang memasak.

"Kenapa gak dimakan dingin ntar.." Ucapnya sambil akan mengambil makanan yang ada di meja makan. Dan dengan sigap aku memukul tangan abangku ini.

"Aduhh.. Kenapa si?" Tanya bang genta sambil memganggi telapak tangannya yang kupukul.

"Tunggu yang lain dulu bang.." Ucapku lalu kembali menyandarkan punggungku ditempat duduk.

"Percuma dek mama sama papa gaada. Si cello latihan. Acel gatau kemana? Kamu mau tunggu mereka sampai kapan? yang bisa kamu mati kelaparan. Ayo makan!" Kata bang genta yang membuatku membulatkan mata terkejut sungguh teganya mereka. Mereka sendiri yang mengajak makan bersama tapi mereka juga yang pergi meninggalkan makanan ini.

"Mereka pergi? Kok aku gatau?" Ucapku lirih sambil menahan air mata yang akan jatuh ke pipi chubbyku.

"Iya tadi kayaknya kamu pas lagi mandi. Mangkanya kalo mandi jangan lama lama sisi.." kata bang genta sambil mengambil lauk pauk dan nasi yang ada didepannya.

"Tega banget mereka.." Air mata yang kutahan sejak tadi sudah tak bisa dikompromi. Air mata itu sudah jatuh dan membasahi pipiku. Membuat kakak kesayanganku ini menatapku miris.

"Udah dek ngak usah ditangisin. Kan masih ada abang.." Ucap abang sambil mencoba membuatku tersenyum.

"Tapi mereka keterlaluan bang.." Ucapku lagi dengan tangis yang mendominasi suaraku.

"Ssssttt. Mereka kek gini juga ada alasanya kok.. Jangan meresa kesepian ada abang kan disini kita semua disini ngak akan ninggalin kamu.." Abang memegang pundakku yang rapuh kali ini.

"Percuma aja kalo kalian ada disini. Tapi aku ngak pernah merasa kalian ada disini. Bahkan aku merasa hidup sendiri dirumah ini. Sejak kecil kakak dan ibu bilang kalau mereka seperti ini demi kebaikanku. Ini bukan buat aku bang.. Ini buat uang mereka.." Sungguh baru kali ini aku berteriak dihadapan kakakku satu ini membuatnya melongo tak bisa berkata kata.

Aku menundukkan kepala mencoba untuk menenangkan diriku sendiri. Aku benar benar kecewa dengan keluargaku yang tak pernah sekalipun menyempatkan waktu untukku. Paling tidak untuk kumpul keluarga bukan pecah seperti ini. Aku bangun dari dekapan tanganku dimeja makan dan menatap bang genta yang menatapku dengan mata berkaca kaca.

"Kenapa ngak dimakan bang.. Udah terlanjur kecampur.." Ucapku dengan suara serak karna habis menangis.

"Abang gak mau makan kalau kamu ngak makan.." Katanya dengan air mata yang sudah menetes. Sungguh baru kali ini aku melihat abangku menangis.

"Iya sisi makan bang.." Langsung aku mengambil nasi dan lauk pauk yang sudah disediakan. Dengan sigap bang genta juga mengambil sendok untuk memakan makanannya.

"Abang tau gak kalau semua ini sisi yang masak buat mama papa sama kakak kakak semua.." Kataku miris sambil meyuapkan nasi kemulutku.

"Iya abang tau. Ini enak parah tau.." Bang genta memakannya dengan lahap seperti ingin menghiburku.

"Abang pelan pelan kalau makan celemotan kan.." Ucapku lalu mengambilkan tissu untuk abangku satu ini.

"Diam sisi! Abang lagi nikmati makanan kamu. lagian disini cuma ada kamu ngak masalah dong abang kelihatan jelek dihadapan adek kesayangan abang..." Sontak aku tertawa dan membuat bang genta melakukan hal tersebut sambil menikmati tawaku yang masih didominasi dengan suara serak.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

HUHU. MAAF BARU NEXT WI-FI NYA LAGI ERROR SUSAH BUAT PUBLISH..

INSYAALLAH HARI INI AKU LEMBUR..

HAHAHA

THANKYOU -MPRILLNDOO

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang