Part 34

3.7K 236 1
                                    

"Sisi?" Betapa kagetnya aku jika perempuan yang kutabrak tadi adalah perempuan yang amat sangat kurindukan, Dan tentunya aku merasa mempunyai banyak salah jika menatap manik matanya. Setelah aku memekik tadi dengan cepat sisi menarik bukunya dari tanganku dan meninggalkanku sambil mengalihkan pandangan dariku.

"Sisi, Tunggu!" Teriakku dan berlalu mengejar sisi yang sedikit mencepatkan langkahnya namun kalah cepat dengan langkahku. Sigap aku langsung menarik tangan sisi sampai tubuh mungilnya terpental menghadapku

"Sisi bentar.." Kataku sedikit keras sambil menahan tangan sisi yang mencoba berontak dari genggamanku namun kalah kuat dengan tangan kekarku

"Lepasin.." Teriaknya yang masih mencoba berontak dariku

"Hey! Dengerin gue dulu. Gue mau minta maaf!" Bentakku dan dia langsung diam diikiuti dengan pandangan semua mahasiswa kepadaku dan sisi. Ia melihatku sedikit dan aku mulai merenggangkan genggaman tanganku dipergelangannya

"Apa? Maaf? Tanpa loe sebut kata itu gue udah maafin loe kok. Kan loe tau gue ngak pernah bisa marah! Apalagi sama loe.." Ucapnya sedikit keras dengan menatapku sendu dan terlihat bulir air mata bersiap siap meluncur dipelupuk matanya

"Ngak si. Gue salah gue patut minta maaf. Dan gue tau gue emang ngak termaafkan.." Ucapku pelan sambil menunduk pasrah apa yang akan sisi lakukan padaku

"Gue maafin loe kok.." Ia memegang sikuku dan reflek aku menatap kedua matanya dan ia mengukir senyum dibibirnya walaupun air mata sudah deras dipelupuk matanya

"Semudah itukah gue termaafkan?" Tanyaku masih dengan menatap manik cokelat matanya

"Karna gue udah lupain semua. Gue juga menganggap kalo gue ngak pernah kenal sama loe.." Katanya membuatku terbelalak. Apakah ia melupakanku? Melupakan perasaannya juga padaku?

"Maksut loe?" Aku bertanya padanya yang sedang tersenyum miris menandakan kalau ia tegar saat aku mengkhianatinya dulu

"Iya gue udah lupain loe. Gue ngak kenal loe sekarang. Jadi, Jangan ganggu gue lagi. Dan jangan pernah hadir didalam hidup gue lagi. Karna jika ada loe. Hidup gue terlalu miris!" Katanya sedikit berteriak lalu meninggalkanku yang masih tak percaya dengan perkataan sisi. Sesakit inikah? Pantas jika sisi sangat membenciku.

Aku berjalan sambil menunduk kembali dimana aku menunggu rio tadi. Sungguh menyedihkan bagiku ditolak oleh orang yang saat ini berusaha aku cintai. Aku sangat ingin belajar mencintainya seperti ia mencintaiku. Tapi, Semua sudah hilang harapan sisi sudah melupakanku! dan melupakan perasaannya kepadaku

"Digo! Loe kemana aja sih ha? Gue nyari loe kemana mana.." Teriak rio sambil memukul pundakku dan spontan aku duduk dipinggiran taman membuat rio mendelik

"Loe kenapa? Loe sakit?" Tanya rio sambil ikut duduk disampingku dan melihatku

"Gue baik kok.." Ucapku pelan dengan masih menunduk dan rio makin binggung denganku sepertinya

"Ngak ini pasti loe kenapa napa. Cerita dong loe?" Katanya sambil menepuk pundakku memberikan kesabaran dengan usahanya

"Gue gak papa. Gimana? Hasil kuis loe udah?" Tanyaku kali ini sambil melihat rio dan berusaha memasang wajah datar seperti biasa

"Udah. Loe aneh banget sih? Emang loe abis dibully ama anak sini? Ato loe ditolak cewek sini? Ato loe-" Dengan cepat aku memotong perkataan rio yang sudah hampir seperti mak mak yang cerewet

"Gue gak papa. Moodku sedikit ancur aja. Loe balik gih kefakultas loe gue mau pulang.." Ucapku sambil mencangklong tas ransel hitamku dipundak kananku

"Ehh. Loe ngak kuliah?" Tanyanya dengan kening yang ia kerutkan. Aku yakin kali ini rio sangat binggung denganku. Ahh! Sama rio aku juga binggung dengan diriku?

"Loe pikir sekarang jam berapa? Disini hampir 2 jam cuman nungguin hasil kuis loe yang gak guna dan gue jamin dapat C itu!!" teriakku sambil menatapnya rendah dan aku sudah menduga itu

"Enak aja loe gue ngak dapet C bro.." Sanggah rio mengikuti aku berdiri. Ahh hebat juga si rio? Biasanya di C?

"Berapa emang loe?" Kataaku penasaran dan dia malah nyengir kuda sok imut banget dia!

"B-" Dengan spontan aku menjitak kepala rio dan memasang wajah jengkel

"Sama aja soak.." Tanpa banyak kata aku langsung meninggalkannya dengan ia yang masih merintih kesakitan karna jitakanku yang lumayan keras memplampiaskan emosi yang makin ditambah dengan kelakuan rio

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang