Part 10

4.6K 283 1
                                    

Bel pulang pun berbunyi nihil hari ini adalah hari termenyebalkan bagiku. Ica berhasil bikin moodku makin memburuk karna perkataannya tadi. Belum lagi mulut dari cowok nyebelin tapi sangat aku cintai itu. Ingin rasanya aku telan hidup hidup saja.

Seperti biasa jika pulang aku selalu menuju kedepan sendiri. Secara semua temanku membawa mobil masing masing sedangkan aku masih setia dengan supirku satu itu. Baru saja aku akan melangkah kan kakiku keluar kelas namun ada suara yang tak asing bagiku. Ya siapa lagi kalau bukan digo.

"Sii.." Panggilnya yang langsung menuju kearahku.

"Apa? Kalo loe mau nanya hal yang gak penting mending ngak usah. Buang waktu banget tau gak.." Kataku dingin akan meninggalkannya namun dengan cepat ia menarik tanganku.

"Galak banget loe. Bentar kek.." Katanya sambil memegang siku ku.

"Galak loe bilang? Kemana aja loe sama ini? Bukannya loe yang galak?" Kataku dingin dan menepis tangan digo dari siku ku.

"Yaelah maaf kelles. oh ya gue cuman mau bilang. Gimana kalo loe pulang sama gue aja. Soalnya sekalian ngerjain tugas nih.." Katanya sambil menunjukkan buku paket. dan reaksiku hanya menganga tak menyangka.

"Loe.. Loe ngak usah becanda deh.." Kekehku karna memang hal itu tak mungkin. Digo sedang menjaga perasaan seorang cewek disekolah ini.

"Gue ngak becanda kelles. Lagian kan gue nebengin loe ada kepentingan juga. Atau ginideh kalo loe ngak mau gue boncengin tunjukin aja mana mobil loe ntar gue ikutin dari belakang.." Katanya sambil menatapku.

Kesempatan emas sisi kenapa kau tolakk. ohh astaga!! Jiwaku mulai mempengaruhi tubuhku kali ini.

"Yaudah deh.. Gue nebeng loe aja" Ucapku cepat seakan aku mau sekali diboceng dengannya dan itu membuatnya tersenyum licik.

"Sisi sisi. Bilang aja kali kalo loe mau banget gue bonceng. Gitu aja pakek gengsi loe.." Katanya sambil tersenyum menunduk namun aku mendengar kata katanya.

"ihh kata siapa? Gue mau karna emang biar ga ribet aja. Kalo loe keberatan yaudah ngak usah aja sekalian" Bohong! yaa aku bohong lagi karna tak mau kelihatan rendah dihadapan cowok dingin satu ini.

"yaelah loe sensi amat sih. Becanda kelless.. yaudah mau berangkat kapan?" Tanyanya belagak polos.

"Besokk!!" sentakku dan berlalu pergi. dan aku dapat melihat kalau dia sedang tertawa saat ini.

Perjalanan dari kelas menuju keparkiran kita berjalan terpisah aku yang berjalan dulu dengan sejuta pikiranku yang ntah kemana mana. Karna ini kali pertama aku pulang dengan cowok yang sangat aku sukai bahkan aku cintai. Aku melihat kebelakang sebentar aku melihat digo berjalan dengan gagahnya menampilkan kesan sifat dinginya. Dengan tangan kiri disaku celana dan tangan kanan memainkan hp nya.

"Digo. Loe bisa cepetan gak sihh?" Teriakku karna aku sudah sampai di area parkir terlebih dahulu.

"Gak sabaran boncengan sama gue loe?" Katanya sambil mendekat kepadaku.

"GR loe.. Ambil sana sepeda loe gue tunggu disini.." Kataku sambil menatap kearah lain.

Tanpa menjawab ia pun berlalu pergi untuk mengambil sepedanya, Kurang dari 5 menit ia sudah sampai dengan sepedanya. Namun alangkah terkejutnya aku ternyata digo tidak membawa motor gede kerennya tetapi membawa sepeda gunung. Aku menganga dan menghampirinya.

"Kenapa?" Tanyanya sambil menatapku aneh.

"Motor loe mana?" Kataku yang masih binggung kenapa digo tak membawa motornya.

"Gue ngak bawa motor. Lagi pengen bawa sepeda kenapa? gamau? Kebiasaan cewek matre." Katanya dengan tampang meledek.

"Enak aja loe ngak yaa. Gue cuman binggung aja gue harus naik mana?" Kataku polos karna memang aku binggung naik mana secara sepeda digo tidak ada tempat boncengnya.

"Loe naik belakang.." jawabnya enteng sambil menujuk kebelakang.

"Gue takut digo.." Kataku sambil menunduk

"Masak gitu aja takut sih loe.. payah!!" astaga mulut ituu ingin kurobek saja.

"Yaudah gue pulang sama supir aja deh. Loe ikutin dari belakang ntar.." Kataku akan berlalu pergi namun digo menahannya.

"Kalo loe pakek mobil ngak bakal bisa ngikutin dong gue si.." Ohh god!! Kenapa digo selembut ini. Hanya kusambut dengan menganga sambil melihat pegangan tangannya di tanganku.

"Oke gue putuskan loe naik depan.." Katanya sambil melepaskan pegangan tanganya.

"Whatt? Naik belakang aja takut apalagi depan?" teriakku yang membuatnya tutup telinga.

"Ngak papa si ada gue. Otomatis kalo loe naik depan kalo jatuh gue juga ikut jatoh. So, Ngak masalah kan?" Jawabnya sambil memainkan rem sepedanya.

"Loe mah udah biasa. nah gue?" Kataku sambil memasang wajah takut karna memang aku benar benar takut.

"Banyak omong loe udah sini.." Katanya langsung menarikku untuk menaiki bagian depan dari sepeda ini. Aku yang awalnya binggung dan panik reflek langsung menaiki sepeda yang menyeramkan ini.

Ohh tuhan! Bisakah kau hentikan waktu saat ini. Aku ingin berlama lama dengan digo seperti ini. Digo yang memelukku karna memang setir yang agak kedepan membuat dada bidang digo menepel pada lenganku. Dan dalam posisi ini juga aku dapat mencium aroma khas tubuh digo yang tak pernah kucium sebelumnya. Aku hanya berharap rumahku yang di Jakarta tiba tiba berubah menjadi di Bandung saat ini.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang