Epilog

3.1K 149 4
                                    

Sebenernya nggak mau ada epilog karena aku paling nggak bisa bikin epilog tapi yaudah lah coba bikin. Semoga kalian suka.
Lets have fun
____________________________________

13.30 WIB
Bandara internasional Soekarno-Hatta

Disinilah aku.
Menanti seseorang yang sudah 6 tahun lamanya tidak aku temui. Bahkan aku dan dia hanya bertukar kabar selama 1 tahun saja setalah itu kami putus kontak. Tapi aku masih selalu pergi kerumahnya untuk menanyakan kabarnya pada keluarganya yang mereka jawab sama di setiap hari nya

Dia baik baik saja dan akan selalu mencintai kamu.

Dengan keringat yang membasahi tubuhku aku gemetar. Apakah dia masih ingat? Atau dia malah menemukan seseorang yang baru? Bagaimana kalau hubungan ku dan dia diselesaikan sepihak?
Beribu pikiran buruk aku tujukan pada Digo.
Yang dengan tega meninggalkan aku dan semua kenangan. Setelah disini kenapa serasa penantianku sia sia?

Aku duduk tepat di depan pintu masuk bandara aku tidak berani untuk masuk supaya jika sewaktu-waktu​ aku kecewa aku bisa lari saja masuk ke mobil.

10 menit
Setelah aku asik dengan pikiran ku yang buruk padanya kulihat Digo bersama kedua orang tua nya melepas rindu.

Dengan rambut yang sedikit rapi, namun jambul yang masih tetap sama. Kaos dan jaket bomber navy digunakan nya tak lupa sepatu putihnya , juga tas ransel yang ada dipunggung nya.
Tak terasa menatapnya dari jauh saja membuat aku menangis. Ya, asal kalian tahu saat ini aku menangis.

Aku merindukan lelaki itu. Tapi aku terlalu takut untuk menghampiri nya.  Lama kelamaan mereka hampir mendekati aku dengan cepat kuhapus air mataku.
Aku melihat dia dengan orang tua nya. Dan nampaknya ayah dan ibu Digo mengetahui ku.

"Sisi. Kamu disini? Kenapa nggak ikutan jemput disana?"
Katanya sambil memegang pundakku pelan. Aku spontan langsung mengambil tangan ayah dan ibu Digo.

"Saya baru saja dateng om, tadi ada meeting jadi kesini telat pas mau kesana kalian udah jalan kesini jadi sisi tunggu disini"
Bohong!
Bagaimana mungkin? Padahal dari pada ayah dan ibu Digo aku lah yang paling dulu disini.
Kulirik Digo sedikit tapi malah repot dengan HP nya. Apa dia tidak merindukan aku?

"Dig, gimana?"
Kulihat seorang wanita cantik rambut yang coklat , tinggi , langsing , tirus itu memanggil Digo sambil menenteng koper banyak nya.

"Kamu kesana aja. Nanti ada mobil aku. Kamu naik sama ayah bundaku. Aku ada urusan"
Terlihat dia sangat sibuk. Sampai memperhatikan aku saja tidak.

"Oh yasudah. Digo. Ayah sama bunda duluan ya. Sisi"
Aku mengangguk patuh. Dengan bodohnya aku malah mematung ditempat sambil melihat digo yang masih sibuk dia bahkan tidak menyapaku?
Apa benar hubungan ini diputuskan sepihak? Jahat sekali.

Tak sadar Digo melihat kearahku. Digo yang memakai kacamata hitam langsung melepasnya. Karna gugup aku langsung akan melangkah meninggalkan dia disini.
Saat berbalik terasa ada yang memegang pergelangan tanganku. Kuyakin dia Digo.

"Kamu kok kabur sih. Terus aku pulang sama siapa?"
Tanya nya membuat aku berbalik kearahnya.

"Bukan nya kamu ada urusan? Maaf ganggu aku mau pulang aja"
Lagi. Dia menarikku sampai aku kini tepat ada di depannya.

"Iya sama kamu lah urusan aku. Emang kamu nggak kangen aku apa?"

Rasanya banyak sekali kupu kupu yang ada di perutku akan terbang. Dia tidak memutuskan hubungan ini ternyata.
Saking sukanya aku langsung memeluk tubuh Digo erat dan dia membalas pelukanku tak kalah erat.

"Aku kangen!!! Kamu jahat cuekin aku tadi" kupukul pelan punggung Digo. Dan kurasa dia terkekeh dibelakang sana.

"Nggak sayang maafin aku" dia melepaskan pelukan nya dan menatapku.

"Cie. . CEO cantik ceritanya?" Dia melihatku dari atas sampai bawah. Yang menggunakan pakaian ala kantor tak lupa blazer dan sepatu hak tinggi.

Memang setelah lulus S1 aku langsung belajar memimpin perusahaan papa dan kini kupegang utuh semuanya. Kakakku sudah menikah semua. Dan bahkan aku sudah memiliki satu keponakan dari masing masing kakakku. Kecuali kakakku paling bungsu istrinya masih keadaan hamil.

"Apaan sih kamu"
Kami pun tertawa. Dengan tangan yang masih setia tertaut.

"Aku punya sesuatu buat kamu"
Aku berbinar. Apa yang akan Digo berikan padaku?
Dia mengeluarkan sebuket bunga besar dari tas ranselnya.

"Nih. Maaf ya hancur. Soalnya belinya di London ehehe"
Aku menerimanya ini masih indah. Saat kucium juga masih wangi. Bunga mawar yang segar dan besar sampai aku saja kewalahan membawa kenapa bisa ini muat di tas ransel Digo?

"Dan... Will you marry me?"
Karna asik dengan buket bunga sampai aku tak sadar kini Digo berlutut dihadapan ku dengan membawa sebuah kotak cincin merah. Cincin mungil nan indah didalamnya.
Aku menatapnya tak sanggup menahan haru. Dilamar? Ditengah keramaian bandara? Ini tidak pernah ada dalam fikiranku.

"Yes, i will" aku menatap Digo yang berlutut dengan haru. Semua orang di sekitar bandara bertepuk tangan melihatku dan Digo. Kini urat malu ku sudah hilang.
Setelah Digo memasang cincin nya padaku lalu berdiri aku langsung memeluknya.

"How lucky i'am to have you" kubisikkan pelan pada telinga Digo dengan masih banjir air mata. Aku sangat bahagia.

"Aku lebih beruntung, Jangan pernah ninggalin aku lagi, aku sayang kamu"
Dia mengelus punggungku dan sesekali mencium pucuk kepalaku.

"Aku lebih sayang"

Kulepaskan pelukan nya. Saat menatap tak sadar kami tertawa melihat wajah kami masing masing. Wajahku pun kurasa sudah hancur karena menangis.

"Mau pulang calon istriku"

"Yuk pulang calon suami"

Kamipun berjalan beriringan dengan aku yang masih membawa baket bunga besarnya ditangan kiri dan tangan kanan memegang tangan Digo.
Hari ini.

14.50
Bandara internasional Soekarno-Hatta
Aku resmi menjadi
Calon istri dari Digo Bactiar Syarief

Dengan ikhlas aku akan memberikan seluruh jiwa dan ragaku padanya. Seluruh kesetianku padanya. Tak ada lagi laki laki yang bisa menggantikan dia didalam hidupku.
Aku mencintai nya​.
Dengan seluruh penantianku dari SMA hingga saat ini.





Selesai

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang