20.

15.6K 504 18
                                    

Riana didalam diperiksa terlebih dahulu apakah dirinya mempunyai penyakit atau hal lainnya, dokter yang melihat perut Riana yang menonjol berucap.

"Maaf Bu, kami tidak bisa mengambil darah ibu. Karena tidak dianjurkan jika hamil mendonorkan darahnya." Jelas dokter.

"Saya mohon dok, tolong ambil darah saya."

"Tapi-"

"Dok, saya ingin membantu adik saya. Jika saya tidak membantunya maka adik saya tidak akan selamat, saya mohon."

"Lalu bagaimana dengan kesehatan ibu dan janin yang ibu kandung?"

"Saya yakin semuanya akan baik-baik saja, saya mohon." Riana terus memohon kepada dokter membuat dokter meta tidak tega akhirnya dokter mengambil darah Riana seperlunya.

"Sudah selesai." Ucap Dokter, Riana tersenyum tulus menatap dokter meta.

"Terimakasih kasih dok." Ucapnya lemas.

"Kalo begitu saya kembali ke ruang operasi, ibu harus istirahat dan tetaplah disini." Titah dokter.

"Baik Dok." Dokter pergi meninggalkan Riana sendiri, Riana berdiri. Dirinya tidak boleh ada disini, jika dirinya masih disini maka Galen akan menemukannya.

Saat Riana keluar dari rumah sakit dirinya bertemu dengan Arthur yang sedang menangis di taman, ia kembali berjalan menjauh dari Arthur.

"Kak Riana." Panggil Arthur.

"Iya." Jawab Riana lemas, sejujurnya dirinya tidak kuat lagi tapi ia harus pergi dari sini.

"Terimakasih." Ucap Arthur tulus, Arthur adalah adik dari Devan dan Shannon. Devan adalah mantan dari Dara sekaligus saudara tirinya.

"Sama-sama."

"Wajah kakak pucat, kenapa tidak meminta dokter memeriksa keadaan kak Riana."

"Gue baik-baik saja, Arthur. Boleh gue minta tolong sama Lo?" Tanya Riana.

"Apa kak Riana membutuhkan pertolongan gue?"

"Gue pernah dengar dari kak Dara Lo bisa It?"

Arthur mengernyit dahinya heran. "Sedikit, apa yang perlu gue bantu?"

"Bisa tolong sembunyikan jejak dan identitas gue? Ada seseorang yang berusaha jahatin gue, dan gue mau menutupi identitas gue. Boleh?"

"Baik, gue bantu."

"Kalo gue minta sekarang boleh Arthur?"

"Oke kak, gue lakuin sekarang."

Riana tersenyum terharu. "Terimakasih Arthur, semoga shannon cepat sadar kembali. Kalo begitu, gue pergi ya."

"Iya, kak. Hati-hati." Setelah mengatakan itu Arthur mulai mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan Riana, sedangkan Riana ia kembali ke bandara dengan tubuh lemahnya.

"Riana!" Teriak Amara lalu menghampiri Riana.

"Kenapa Lo lakuin itu Riana, ingat! Lo lagi hamil, bagaimana jika kandungan Lo kenapa-napa karena Lo donorin darahnya buat orang yang udah rebut Melvi." Gerutu Amara marah, melihat wajah Riana pucat dan juga lemas. Amara sudah tahu semuanya, Riana yang menceritakan semuanya kepadanya, dan soal dirinya yang tahu Riana ke rumah sakit untuk mendonorkan darah dirinya dberitahu oleh seseorang yang mengikuti Riana diam-diam.

"Gue gapapa Amara, sekarang kita balik lagi ya Korea?"

"Tapi, keadaan Lo sedang tidak baik Riana." Bantah Amara.

"Gue baik-baik saja Amara, kalo gue tetap disini Galen bisa menemukan gue."

"Oke kita pergi, bentar gue telpon teman gue yang dokter untuk ikut kita, gue ga mau Lo kenapa-napa dijalan."

GALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang