31.

13.3K 520 17
                                    

Riana sedang termenung memikirkan orang tuanya, sampai saat ini orang tuanya tidak ingin bertemu dengannya. Ia menjadi merasa bersalah, tapi semuanya dirinya lakukan juga untuk kebaikan kedua orang tuanya.

Saat dirinya sedang termenung, suara bocah kecil membuyarkan lamunannya membuat.

"Unda, Tapan mau ambil lubik Ano." Ucap Ano lesu, Riana mendengus sudah 4 hari anaknya menanyakan tentang rubik nya.

"Nanti."

"Anti anti Mulu, Ano bocen Ndak ada lubik."

"Yaudah, sekarang kita ke mall cari rubik buat kamu." Ujar Riana, dengan semangat Empat lima Ano berlari menuju kamarnya mengambil tas mungil miliknya.

"Ayo unda." Ajaknya, keduanya pergi menuju Mall tapi baru sampai luar langkah Riana terhenti melihat Adelina ada disini.

"Oma." Seru Ano bahagia sambil memeluk Adelina.

"Ada apa nyonya Radeva kesini?" Tanya Riana datar, Adelina menjadi canggung sendiri mendengar panggilan Riana untuknya.

"Saya mau mengembalikan rubik Ano yang ketinggalan di rumah." Jawab Adelina, Ano yang melihat rubiknya kembali kepadanya berseru antusias lalu berlalu ke kamarnya lagi.

"Undaa Ndak jadi ke mall nya, lubik Ano cudah kembali." Seru Ano melanjutkan langkahnya ke kamar.

"Seorang nyonya Adelina tidak mungkin mau datang jauh-jauh kemari hanya untuk mengembalikan rubik milik anak kecil." Ucap Riana.

Adelina tersenyum. "Kamu sangat pintar, boleh saya masuk?"

Riana mengangguk, "silahkan." Adelina duduk di sofa, sedangkan Riana mengambil minum untuk tamu spesial. Meskipun dirinya tidak menyukai Adelina tapi dirinya harus tetap menghormati orang yang lebih tua darinya.

"Jadi, ada apa nyonya kemari? Apa Nyonya ingin mengambil Ano dari saya? Atau nyonya ingin saya kembali ke mansion Radeva untuk nyonya dan keponakan nyonya siksa." Riana meledek Adelina, dirinya masih mengingat perbuatan jahat keduanya.

Adelina menunjukkan raut penyesalan. "Sebelumnya maafkan perbuatan saya dulu Riana, saya sangat menyesal."

"Semudah itu? Apa Nyonya pernah berpikir bagaimana perasaan saya yang sangat sakit mendengar caci maki dari Nyonya."

"Saya tahu perbuatan saya memang tidak pantas kamu maafkan, tapi saya ingin mengucapkan terimakasih kepadamu karena berkat kamu anak saya Ale sehat kembali."

"Berkat saya? Bukankah dulu nyonya mengatai Saya penyebab kecelakaan anak nyonya?"

Lagi-lagi Adelina menghela nafasnya, Riana sungguh pintar membalikkan perkataannya. Baru kali ini Adelina menemukan lawan debat yang membuat dirinya kalah telak, biasanya ia yang selalu menang melawan siapapun.

"Ya, dulu kesalahan saya memang sangat fatal. Makanya saya datang kesini untuk meminta maaf kepada mu sekaligus berterimakasih Riana."

"Ya, sudah saya maafkan."

Adelina terkejut. "Kamu, memaafkan saya semudah itu?" Tanya Adelina.

"Lalu saya harus bagaimana nyonya, apa Nyonya ingin saya menghancurkan Keluarga Radeva? Apakah saya mampu? Yang ada malah saya yang menderita melawan keluarga nyonya."

"Setidaknya kamu masih bisa menjunjung tinggi harga diri kamu."

Riana terkekeh mendengar ucapan Adelina. "Harga diri saya, sudah tidak ada sejak dulu karena anak anda Nyonya Adelina."

"Maka, menikahlah dengan anak saya."

Deg

Sekarang Riana tertawa kencang. "Apa Nyonya pikir saya mau menjadi pelakor?"

GALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang