42.

11K 409 46
                                    

"Jika dulu?"

"Jujur saja Galen, dulu aku benci kamu. Karena kamu merenggut satu-satunya harapan aku agar bisa bersama Melvi, tapi saat lahir Ano. Aku tidak menyesal sama sekali, hanya saja aku benci cara kamu memperlakukan aku Galen. Aku benci hiks saat kamu paksa aku melakukan itu, aku hiks merasa sangat kotor saat itu. Tapi lagi-lagi aku harus pasrah dengan kehidupanku yang seperti ini, jika boleh menyerah dulu aku sudah menyerah beberapa kali tapi semuanya selalu gagal. Aku-" ucapan Riana terhenti karena dirinya menangis tersedu-sedu, Galen memeluk Riana erat ia sungguh semakin merasa bersalah kepada Riana.

"Maaf Riana."

"Aku benci Kamu Galen hiks."

"Ya, benci aku sepuas kamu Riana. Tapi aku mohon jangan pernah tinggalkan aku, karena aku tidak ingin kehilangan kamu lagi."

Tangis Riana terhenti saat merasakan lehernya basah, apakah Galen menangis karena dirinya? Ia melepaskan pelukannya, betapa terkejutnya Raina saat mengetahui Galen benar-benar menangis karena dirinya.

Raina menangkup wajah Galen. "Kenapa kamu nangis?" Riana menghapus bekas tangis Galen.

"Maaf Riana, aku sungguh menyesal melakukan itu. Jika waktu bisa diulang, aku tidak akan melakukan itu kepadamu bahkan aku akan pergi dari hidupmu agar kamu bisa bahagia."

Riana yang mendengar ucapan Galen terharu, ia yakin dirinya akan bahagia bersama Galen. "Aku sudah memaafkan kamu Galen, dan aku yakin kamu akan bahagiain aku sekarang. Dan kamu tahu? Sekarang aku bahagia karena kehadiran Ano, dan juga kehadiran kamu."

"Aku janji akan bahagiain kalian berdua dan sekarang kita mulai dari awal lagi, kamu mau?"

"Ya, kita mulai dari awal." Keduanya saling pandang Galen tersenyum menggoda kearah Riana.

"Seperti kamu sangat nyaman dengan posisi seperti ini?"

Raina mengerjapkan matanya, ia teringat jika dirinya masih duduk dipangkuan Galen. Wajahnya kembali blushing, saat ia akan berdiri Galen menahannya dengan memegang pinggangnya.

"Galen." Lirih Riana menatap Galen.

"Biarkan seperti ini."

"Tapi, ini jalan Galen. Kalo ada yang lihat bagaimana? Aku malu."

Galen mendengus, dengan tidak rela ia melepaskan Riana. Tapi Galen senang Riana tidak sedih lagi karena ibu dan ayahnya tidak ingin bertemu dengannya, keduanya kembali melanjutkan perjalanan pulang.

******
Riana kembali bekerja di kafe, ia sekarang sedang fokus melihat data-data di cafe untuk bulan ini.

"Riska, saya kagum dengan kerja keras kalian. Selama sebulan pendapatan di cafe ini sangat baik naik drastis dari bulan kemarin." Ucap Riana bangga.

"Iya Bu, semenjak kafe kita bekerja sama dengan perusahaan calon suami ibu kafe nya jadi banyak pengunjung." Jawab Riska sambil menggoda atasannya.

Wajah Riana memerah, tapi dirinya berusaha tenang. Ya, semua orang sudah tahu jika Riana adalah calon mantu dari keluarga Radeva. Bahkan sekarang tidak ada yang berani mencibir dirinya dan Ano lagi, karena mereka takut dengan keluarga Radeva.

"Haha bagus jika begitu, Riska bilang kepada karyawan lainya bulan ini saya bakal kasih kalian bonus."

"Wah serius Bu? Kalo cuti dapat ga Bu?" Tanya Riska sambil berseru bahagia.

"Kamu ini, dikasih hati malah minta jantung." Ujar Riana pura-pura marah, Riska cengengesan.

"Ya, siapa tau aja gitu Bu."

"Nanti, kalo saya nikah sama Galen kalian libur."

"Ya harus itumah Bu, kita kan mau datang ke pernikahan ibu sekalian ngerasain pesta orang kaya tuh bagaimana."

GALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang