26.

13.9K 578 36
                                    

Sedari Riana pulang dari kafe, dirinya terus memikirkan perkataan Galen tentang Ano. Dirinya takut Galen mengambil Ano darinya, ia tidak ingin kehilangan anaknya yang sangat berarti untuknya. Ano adalah kehidupannya, jika tidak ada Ano mungkin dirinya sudah bunuh diri sedari dulu. Ano adalah penguat dirinya setelah kehilangan semuanya, ia akan mempertahankan Ano meskipun harus kehilangan semuanya.

"Enggak! gue harus mempertahankan Ano, karena Ano hanya milik gue. Enggak ada seorang pun yang boleh ngambil Ano dari gue." Gumam Riana, saat dirinya akan menyebrang jalan menuju rumah Mesya. Ia melihat seseorang yang dirinya kenal sedang duduk di teras rumahnya, dirinya menghampiri orang itu.

"Rangga, Lo ngapain disini?" Tanya Riana bingung dengan kedatangan Rangga yang tiba-tiba.

Rangga tersenyum. "Saya mau ketemu kamu."

"Ketemu gue, mau ngapain?"

"Saya rindu kamu sama pengen main juga sama calon anak, eh maksudnya Ano." ujar Rangga salah tingkah karena ucapannya sendiri.

Riana tersenyum canggung. "Yaudah, masuk Ga. Mungkin Ano ada di dalam." Ajak Riana, keduannya masuk dan terlihatlah Ano sedang main rubik miliknya.

"Bunda pulang!" Seru Riana, Ano yang mendengar suara ibu nya melihat kearah ibunya lalu berlari untuk memeluk ibunya. 

"Undaaaa." teriak Ano sambil memeluk Riana.

"Utututu kayaknya rindu banget sama Bunda." Ujar Riana mengelus rambut anaknya.

"Hemm Ano lindu unda, cangat cangat lindu." Jawab Ano manja.

"Halo Ano." Sapa Rangga, Ano yang mendengar suara seorang pria melepaskan pelukannya dan melihat orang itu.

"Uncle langga ngapain kecini?" Tanya Ano, wajahnya berubah datar menatap Rangga.

"Mau ketemu Bunda kamu, sama mau ngajakin kamu main keluar." Jawab Rangga.

Ano yang mendengar ucapan Rangga menguap. "Maaf uncle, Ano ngantuk."

Riana tahu Ano berbohong, dirinya pura-pura mengantuk hanya untuk menghindar dari ajakan Rangga.

"Ano cudah ngantuk, unda nanti ke kamal ya ucap-ucap Ano" ujarnya lalu langsung berlari ke kamarnya tanpa menunggu persetujuan Riana maupun Rangga.

Riana menatap Rangga merasa tidak enak. "Rangga, maaf ya atas sikap Ano sama Lo."

Rangga tersenyum menatap Riana. "Enggak papa Alana, saya ngerti ko." Rangga tahu kalo Ano tidak menyukai dirinya.

"Oh iya, besok ada waktu luang?" Tanya Rangga.

Besok adalah hari Minggu, ia yang merasa tidak enak mengiyakan. "Ada."

"Boleh, saya mengajak kamu jalan-jalan?"

"Iya, gue mau."

Dengan senyum mengembang, Rangga pamit. "Yaudah, kalo gitu saya pulang ya? Besok Jangan lupa, saya jemput."

"Ga duduk dulu Rangga, kamu baru masuk loh."

"Nanti aja kapan-kapan, kasihan Ano ngantuk mau ditemani Bundanya." ujar Rangga, setelah itu Rangga pergi. Sedangkan Riana dirinya membersihkan badannya terlebih dahulu lalu menuju kamar anaknya.

"Ano belum tidur?" tanya Riana saat dirinya melihat Ano yang sedang menghitung bintang-bintang dari lampu kamarnya.

"Beyum unda, Ano nunggu unda." Sahut Ano, Riana merebahkan tubuh lelahnya di samping anaknya lalu memeluk erat Ano.

"Ano, janji ya jangan tinggalin Bunda?" Ujar Riana tiba-tiba, dirinya takut saat Ano mengetahui tentang papanya yang mempunyai segalanya. Ano akan meninggalkan dirinya, karena dirinya tidak mempunyai apa-apa.

GALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang