29.

13.8K 582 24
                                    

Hati Riana sangat tidak nyaman, entah kenapa pikirannya tertuju kepada anaknya. Bahkan Rangga yang sedari tadi berbicara kepadanya tidak ia dengar, ia sungguh khawatir kepada anaknya.

"Sebenarnya.... saya suka sama kamu. Kamu mau, jadi istri saya?" Ucap Rangga dengan perasaan was-was takut ditolak, tapi tidak ada tanggapan dari Riana.

"Alana?" Tanya Galen pelan sambil memegang tangan Riana.

Riana yang sedang melamun tersadar karena genggaman tangan Rangga, dengan spontan ia melepaskan tangannya yang berada di genggaman Rangga. "Ah iya! Kenapa Rangga? Maaf tadi gue ga denger." Ucap Riana tidak enak.

Rangga yang mendengar itu, tersenyum palsu. "Engga, tadi Saya bilang. Mau sekarang pulangnya?"

"Iya, kita pulang sekarang aja." Keduannya kembali pulang, saat sampai dirumah.

"Makasih ya Alana untuk hari ini, kalo saya ajak jalan lagi jangan ditolak." Ucap Rangga.

Riana hanya tersenyum. "Mau mampir dulu?"

"Nanti aja, sekarang saya lagi ada kerjaan di kantor."

Riana mengangguk. "Makasih Rangga udah ajak gue jalan."

"Iya sama-sama, saya pamit ya." Rangga mengacak pucuk kepala Riana, setelah itu Rangga pergi.

Senyum lebar Riana meredup sepeninggalan Rangga. "Maaf Rangga, gue ga bisa nerima Lo di hati gue. Karena disini sudah ada nama seseorang yang saat ini masih gue cintai, tapi semuanya tidak mungkin. Gue ga mau cinta Lo bertepuk sebelah tangan Rangga, karena gue pernah merasakan itu dan rasanya sangat tidak menyenangkan." Gumam Riana sambil memegang letak hatinya.

Riana masuk ke dalam rumah dan dapat dirinya lihat Mesya sedang berjalan mondar mandir sambil menggigit jarinya, seperti sedang khawatir.

"Mesya, kamu kenapa?" Tanya Riana mengagetkan Mesya.

Mesya yang melihat Riana sudah disini langsung memeluknya dan menangis. "Kak Alana, maafin Mesya hiks."

Riana bingung melihat Mesya seperti ini. "Kamu kenapa? Coba cerita sama Kakak."

"Kak, Ano hiks."

Perasaan Riana mulai tidak enak. "Ano kenapa? Bukannya Ano lagi tidur?"

Mesya melepaskan pelukannya, ia menggelengkan kepalanya. "Ano hilang kak, maafin Mesya yang ga bisa jagain Ano hiks."

Deg

Jantung Riana berdetak kencang, tapi dirinya masih bisa mengendalikan diri. Riana membawa Mesya untuk duduk di sofa. "Coba ceritakan sama Kakak, apa yang terjadi?" Tanya Riana, ia berusaha tersenyum. Mengalir Lah cerita tentang Mesya dan Ano yang pergi menuju mansion Radeva.

Air mata Riana menetes, sedari beres cerita Mesya terus meminta maaf kepada Riana. "Kak, tolong maafin Mesya."

Riana tidak menggubris ucapan Mesya, pikirannya masih kalut tentang hilangnya Ano. Seakan tersadar, apa yang Mesya ceritakan. "Mansion Radeva?" Tanya Riana syok.

"Iya kak, tadi Ano minta pergi ke mansion Radeva karena pengen bertemu dengan idolanya."

Dengan gerakan cepat Riana berdiri untuk mencari anaknya, tapi bunyi ponsel menghentikannya. Ia mengangkat telpon dari nomor tidak dikenal, meskipun bingung dirinya tetap mengangkat.

"Halo." Sapa seseorang diseberang sana, Riana yang mendengar suara seseorang yang dirinya rindukan selama ini mematung.

"Halo." Ucapnya lagi.

Riana langsung menghapus air matanya. "Iya, de-dengan siapa?" Tanya Riana tergagap, tapi suaranya serak karena menangis.

"Saya Galen, rekan bisnis baru kamu."

GALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang