Renjun memasuki ruangan operasinya dan diapun langsung memberikan kode pada para perawat yang ikut dalam operasi yang dia lakukan untuk tetap tenang saja.
Renjun akhirnya memulai operasi dengan banyaknya orang yang ikut melihat operasi ini. Hanya saja kalau bisa jujur dia sangat tertekan karena jika dia gagal maka dia akan berhenti menjadi seorang dokter. Sungguh sangat mengerikan bahkan baginya.
Semuanya memperhatikan operasi itu dengan sangat serius, bahkan Haechan yang melihat juga merasa sangat was-was, karena dia sangat takut kalau renjun harus melepaskan impiannya saat ini.
"Aku mohon renjun, kau harus berhasil. Harus." Batin Haechan.
Setengah jam telah berlalu, dan belum ada komentar sama sekali dari senior ataupun dari Professor yang ikut menyaksikan semua itu. Hingga akhirnya operasi selesai dan dinyatakan berhasil, disertai dengan tepukan tangan dari semua yang melihat hal itu. Renjun lantas berjongkok karena dia berhasil saat ini.
Jaemin tersenyum kecil, ntah kenapa dia merasa sangat senang untuk keberhasilan renjun.
"Maaf Presdir." Jaemin lantas berbalik dan melihat asistennya yang datang membawa paper bag. Haechan yang berada di sebelahnya hanya melihat dalam diam.
"Ini yang Presdir suruh saya bawakan." Ucap Jay memberikan paper bag itu. Jaemin hanya menerima dan mengangguk lalu memberikan kode agar jay pergi segera, Jay lantas membungkuk dan pergi begitu saja. Lalu jaeminpun pergi menuju lift untuk turun. Haechan lantas mengikuti dengan tangga darurat.
Renjun keluar dari ruang operasi dan diapun mendapatkan banyak ucapan selamat karena keberhasilan dalam menangani pasien operasi yang sangat tak mungkin selamat itu.
Renjun menyadari kehadiran jaemin, lalu dia juga melihat beberapa kolega yang memberikan selamat padanya berpamitan padanya. Jaemin lantas mendekat dan diapun mengulurkan paper bag itu pada renjun.
"Apa ini?"
"Kau belum sempat makan malam. Jadi, ini adalah makanan untukmu. Selamat atas keberhasilan mu." Ucap jaemin datar.
"Terimakasih jaemin-ssi." Ucap renjun tersenyum lebar lalu menerima paper bag itu. Tanpa dikerahui oleh keduanya beomgyu melihat dengan mengepalkan kedua tangannya sedangkan Haechan melihat dengan tatapan penuh selidik nya.
Jaemin lantas maju selangkah lebih dekat pada renjun, dan diapun mengeluarkan sapu tangannya untuk menyeka keringat renjun. Membuat sang empu memelototkan matanya kaget.
"Tidak perlu seperti ini jaemin. Mereka akan semakin salah paham."
"Tak masalah, karena saya ingin sandiwara ini terlihat natural sampai batas waktu yang kita tentukan." Ucap jaemin datar lalu diapun memberikan sapu tangan itu pada renjun dan pergi begitu saja. Renjun hanya melihat kepergian jaemin dengan tatapan sendunya.
"Renjun?" Sang empu lantas melihat kearah Haechan yang mendekat padanya.
"Selamat, kau berhasil lagi." Ucap Haechan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Makasih." Ucap renjun tersenyum lalu menerima uluran tangan Haechan untuk bersalaman.
"Apa itu?" Ucap Haechan setelah mereka selesai bersalaman.
"Makanan." Ucap renjun tersenyum.
"Baguslah. Setidaknya dia bertindak sebagai calon suami yang baik. Aku rasa, aku bisa percaya padanya. Dan aku yakin kau akan baik-baik saja selama menjalani pernikahan dengannya." Ucap Haechan tapi renjun hanya diam saja, sembari menggenggam erat sapu tangan milik jaemin itu.
"Apa sangat mustahil jika aku ingin sebuah keluarga Haechan?" Ucapnya menatap haechan begitu saja.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dari Kakek (jaemren)
FanfictionNa Jaemin terpaksa mengikuti perjodohan dengan pria cantik nan sederhana Huang Renjun, dia bahkan memberikan batasan pada pria mungil itu dan selalu diikuti olehnya. Apakah pernikahan mereka akan berakhir atau perasaan akan mengubah awal permulaan m...