PB - 02

26K 744 8
                                    

3 years ago...

Sepulang kuliah langsung menuju tempat kerja adalah rutinitas yang hampir Rania jalani selama tiga tahun ini. Jika tidak begitu, tentu saja ia tidak akan bisa membayar sewa kost dan kebutuhan kuliahnya selama ini.

Beginilah susahnya menjadi anak yatim piatu yang tidak mendapatkan support finansial dari siapapun. Tapi meskipun begitu ia tetap bersyukur karena masih bisa merasakan bangku perkuliahan. Ia harus tetap semangat karena ada Reva, adik perempuannya yang harus ia bahagiakan. Selain itu, ada keluarga Budenya juga yang harus ia balas semua kebaikannya. Jadi tidak sepatutnya Rania mengeluh, ia harus tetap semangat apalagi kuliahnya tinggal satu semester lagi.

Ia menargetkan kuliahnya harus selesai 3,5 tahun. Jika tidak, Rania tidak akan sanggup jika harus menambah satu semester lagi. Apalagi nilainya akhir-akhir ini menurun hingga membuatnya tidak mendapatkan beasiswa lagi. Beruntung dua semester berturut-turut kemarin ia mendapatkan beasiswa hingga bebannya sedikit berkurang, ia jadi bisa memberi sedikit uang untuk Reva dan keluarga Budenya di kampung.

Rania segera tersadarkan jika ia harus segera bekerja, tidak ada waktu lagi untuk mengingat kisah hidupnya yang cukup menyedihkan ini. Dengan cepat ia mengganti bajunya dan memakai apron tanda ia sudah siap untuk bekerja.

Ia mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda agar terlihat rapi. Setelahnya ia segera keluar sambil memasang senyum cerianya. Seberat apapun masalah yang ia hadapi, Rania harus tetap menampilkan senyum apalagi pekerjaannya mengharuskan untuk berhadapan dengan banyak orang.

Rania sudah berdiri di belakang meja kasir, tidak menunggu lama satu persatu pelanggan mulai datang. Dari kejauhan ia melihat seorang pria yang cukup ia kenal karena terlalu sering membeli kopi disini.

"Kemarin dia tanyain lo." Bisik Sita kepadanya.

"Oh ya?"

"Gue bilang aja lo masuk sore hari ini."

Rania rasanya ingin memukul kepala Sita saat mendengarnya. Sudah dipastikan pria itu datang untuk mencarinya sekarang.

"Selamat sore Ko, mau kayak biasanya?" tanya Rania tetap mempertahankan wajah ramahnya.

"Ice americano, green tea latte and smoked beef mushroom and cheese panini." Sahut pria itu.

Rania hanya bisa menghembuskan napas pelan saat mendengar pesanannya, setelah melakukan pembayaran ia meminta pria itu menunggu semua pesanannya jadi.

"Saya ambil americano-nya saja, sisanya untuk kamu. Semangat ya kerjanya."

"Terimakasih banyak Ko," ucap Rania sambil menunduk sopan kearah pria itu.

Saat pria itu sudah pergi, Rania langsung mendelik kesal kearah Sita. Ia sudah curiga saat customer itu menyebutkan pesanannya dan menduga akan diberikan lagi kepadanya. Ternyata tebakannya seratus persen benar.

"Udah terima aja, anggap aja rejeki." Sita menepuk-nepuk pundaknya sambil tertawa geli.

Meskipun tampak enggak, Rania hanya bisa menyimpan dua menu itu untuk ia makan nanti. Mendapat perlakuan seperti ini bukan pertama kalinya dialami Rania, bahkan bukan hanya ia saja, hampir semua pegawai perempuan disini pernah merasakannya. Yang lebih parah Rania dulu juga pernah mendapatkannya dari seorang kakek-kakek.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang