Rania terbangun akibat rasa ingin buang air kecil yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. Saat membuka mata, ia sedikit kaget karena keadaan kamarnya benar-benar gelap.
Ternyata sekarang sudah malam. Entah ia sudah tertidur berapa lama, Rania tidak memperhatikan jam sejak tadi. Hingga tiba-tiba waktu berubah menjadi malam dan kamarnya yang gelap hanya diterangi oleh lampu yang berasal dari luar kamar.
Rasa sakit di kepalanya masih belum hilang, begitu juga suhu tubuhnya yang Rania rasa semakin tinggi karena memang belum ia obati. Ia berpikir hanya butuh istirahat dan sakit di tubuhnya akan hilang dengan sendirinya.
Hari ini ia juga tidak masuk kerja. Ia hanya mengirimkan jadwal kerja Radeva, itupun setelah pria itu menghubunginya selama beberapa kali. Rania benar-benar tidak mampu melakukan apapun hingga ia harus melalaikan kewajibannya sebagai sekretaris pria itu. Rania berharap semoga pria itu bisa mengerti meskipun tidak ia jelaskan bagaimana kondisinya sekarang.
Setelah menuntaskan hajatnya di kamar mandi, Rania kembali berbaring dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Rasa lapar di perutnya ia abaikan karena tidak memiliki tenaga, meskipun hanya sekedar memesan makan melalui aplikasi online. Seharian ini Rania hanya memakan roti dan minum susu yang tersedia di dalam kamarnya. Itu sudah lebih dari cukup baginya dari pada tidak menelan makanan sama sekali.
Baru beberapa menit terpejam Rania mendengar suara yang cukup gaduh dari luar, begitu juga dengan pintu kamarnya yang diketok dengan keras.
Sambil berjalan terseok-seok, Rania mendekat kearah pintu dan membukanya dengan perlahan. Di sana ia bisa melihat Kira, Arjuna, Radeva dan penjaga kost-nya menatapnya dengan wajah yang begitu panik.
"Lo gapapa kan Ran?" Kira langsung mendorong pintu dan memegang lengan Rania untuk memastikan keadaan sahabatnya, "Astaga... badan lo panas banget sekarang."
Bukannya merespon ucapan Kira, Rania malah memeluknya dan menjatuhkan kepalanya di pundak sahabatnya sambil menangis.
"Lo kenapa Ran?" tanya Kira bingung, "Sakit banget ya lo sekarang? Kenapa nggak kabarin gue dari tadi?" Kira terus memberikan pertanyaan bertubi-tubi kepada Rania.
"Adit," ujar Rania dengan isakan samar.
"Kenapa dia?"
"Dia selingkuh dan lebih memilih selingkuhannya."
Kira menegang di tempatnya berdiri, ia mencoba mengusap-usap punggung Rania untuk menenangkannya. Ia lalu melirik kearah Arjuna dan Radeva yang terlihat sama kagetnya mendengar apa yang Rania ucapkan barusan. Hingga kini ketiganya tahu, apa yang membuat keadaan Rania menjadi seburuk ini.
***
Kira merapikan selimut yang menutupi tubuh Rania. Ia memperhatikan wajah terpejam sahabatnya dengan tidak tega. Setelah puas menumpahkan tangis di pundaknya tadi, Kira akhirnya memaksa Rania untuk makan dan meminum obat karena suhu tubuhnya ternyata begitu tinggi.
Sekarang Rania sudah mulai tidur, hingga membuat Kira sedikit lega saat melihatnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi Rania jika ia tidak datang, sakit yang dirasakan Rania mungkin bisa lebih parah dan sahabatnya itu bisa kenapa-napa.
"Kalian pulang aja, aku mau disini jaga Rania."
Kira berbalik untuk berbicara kepada Arjuna dan Radeva yang sejak tadi ikut menjaga Rania.
"Kamu gapapa aku tinggal?" Arjuna mendekat kearah Kira dan memegang tangan kekasihnya.
Kira mengangguk dengan yakin, sekali lagi ia melihat kondisi Rania, "Aku nggak mungkin tega meninggalkan Rania sendirian. Biar nanti aku telepon Mama untuk meminta izin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Boss
RomancePART LENGKAP Rania pikir ia hanya akan mendengar atau melihat adegan perselingkuhan dari series yang ia tonton. Ia tidak menyangka akan mengalami hal itu sendiri dan sialnya ketika tahu diselingkuhi oleh kekasihnya rasanya begitu sakit. Apalagi den...