PB - 10

16.1K 619 13
                                    

Rania sudah berada di kantor, ia menjalani hari-harinya seperti biasa tanpa ada sesuatu yang berarti. Saat mendengar notifikasi di ponselnya, Rania segera mengalihkan perhatiannya dari layar komputer. Makanan yang ia pesan melalui aplikasi online sudah datang, ia harus segera mengambilnya dan memberikannya kepada Radeva.

Ia turun ke lantai dasar untuk menuju meja resepsionis yang selalu menjadi tempat penitipan apapun yang ia pesan. Rania tersenyum menatap Kalula, yang terlihat sangat cantik dengan kulitnya yang kecoklatan.

"Gue pikir lo udah nggak kerja lagi Ran waktu cuti kemarin, nggak biasanya lo cuti selama itu," gumam Kalula sambil menyerahkan bungkusan makanan milik Rania.

"Masih kerja dong mbak, kalau enggak dapat uang dari mana," sahut Rania sambil terkekeh pelan.

Hampir semua karyawan disini, lebih tua dari Rania. Hanya sedikit karyawan yang seumuran atau bahkan lebih muda darinya. Tapi dengan tubuh tinggi dan riasan di wajahnya, Rania sering dikira lebih tua dari usianya. Apalagi pekerjaannya sebagai sekretaris Direktur, membuat sebagian orang tidak menyangka jika usianya masih dua puluh tiga tahun.

Setelah mengucapkan terimakasih kepada Kalula, Rania segera naik ke ruangannya. Di dalam lift ia bertemu dengan Vivi dan Reni. Rania tersenyum menatap keduanya, sepertinya mereka akan mencari makan siang karena sekarang sudah memasuki jam istirahat.

"Mau makan siang ya?" tanya Rania berbasa-basi.

Reni menganggukkan wajahnya dan segera bergelayut di lengan Rania. Hal itu memang terbiasa Reni lakukan, jika tidak begitu mungkin ada yang aneh dengan dirinya.

"Yuk ikut, kita udah lama lho nggak makan siang bareng." Ajak Vivi.

Rania memang sengaja menghindari mereka karena belum siap jika ditanya mengenai hubungannya dengan Adit. Jadi selama beberapa hari ini, Rania selalu makan siang sendirian di meja kerjanya atau kadang bersama Radeva jika mereka ada tugas di luar.

"Gue udah terlanjur pesen makan mbak." Rania menunjukkan dua paket beef yakiniku yang ia beli untuknya dan Radeva.

Reni dan Vivi terlihat mendesah kecewa.

"Gapapa Ran, nanti di kantin tinggal pesen minum aja. Kita tungguin lo anterin makan siang untuk Pak Deva." Paksa Vivi.

Dengan terpaksa, Rania akhirnya mengiyakan ajakan mereka. Ia mengantarkan makan siang untuk Radeva terlebih dahulu, sebelum menyusul Reni dan Vivi yang sudah menunggunya.

"Gue baru sadar Ran kalau rambut lo udah berubah jadi gelap dan lebih pendek. Lo makin kelihatan cantik," puji Vivi.

"Udah biasa nggak sih, kalau lagi patah hati cewek bakal melampiaskannya ke rambut."

Rania langsung menatap Reni dengan kernyitan bingung, ketika tersadar sudah salah bicara Reni langsung membekap mulutnya.

"Kalian tahu?" Rania tidak menyangka jika mereka bisa tahu, padahal ia sudah berusaha menutupinya dengan tidak bercerita kepada siapapun.

Vivi dan Reni saling bertatapan dengan raut wajah bersalah, sebelum akhirnya menganggukan wajahnya untuk membenarkan.

"Kok lo nggak cerita sama kita sih Ran. Kita baru tahu waktu lo cuti kemarin. Kita coba tanya ke Pak Adit, lo kenapa sampai cuti selama itu... terus Pak Adit jawab nggak tahu karena kalian sudah putus sejak lama."

"Apa?!" Rania semakin bingung saat mendengarnya, "Jadi, Adit cuma bilang kalau kita udah lama putus?" tanya Rania untuk memperjelas.

Vivi dan Reni mengangguk bersamaan untuk membenarkan ucapan Rania. Tanpa sadar jari-jari tangannya sudah terkepal kuat, Rania merasa begitu kesal karena Adit berusaha menutupinya. Seolah-olah mereka putus tanpa ada kesalahan yang pria itu lakukan.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang