PB - 23

13.3K 482 15
                                    

Hari minggu ini, Rania tidak memiliki janji dengan siapapun. Jadi, ia putuskan untuk beristirahat saja di kostnya. Agar tidak bosan ia juga marathon K-Drama yang akhir-akhir ini sudah jarang ia lakukan. Karena terlalu sibuk, Rania sudah lama meninggalkan kesenangannya itu, ketika ada kesempatan ia tidak ingin mensia-siakannya seperti sekarang.

Masih memakai piyama, Rania berbaring di ranjang dan fokus menatap layar ipad di depannya. Ia tadi hanya sempat sarapan dan tanpa berniat mandi, ia langsung fokus melanjutkan drama yang ia lihat. Padahal semalam ia sudah menontonnya sampai pukul dua pagi.

Selain digunakan untuk bekerja, Ipadnya juga berfungsi sebagai media menonton drama ataupun film. Radeva tentu saja tidak tahu, jika tahu Rania tidak bisa menebak apakah pria itu akan marah atau tidak. Tapi jika marah pun, ia tidak terlalu peduli. Rania sudah biasa menghadapi kemarahan Radeva, biasanya pria itu hanya marah satu kali dan disaat itu saja, setelahnya bosnya itu akan bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa.

Bicara soal Radeva, sikap pria itu sedikit berubah belakangan ini. Pria itu kembali dalam mode kalem dan tidak terlalu tantrum. Dugaan Rania ternyata benar, Radeva selalu tantrum disaat ia sedang bahagia, lalu sekarang saat ia sedih pria itu langsung berubah menjadi lebih kalem.

Hingga tiba-tiba Rania menyadari satu hal, ketika memikirkannya ia langsung terduduk sambil menggigit bibirnya dengan panik. Apakah pria itu cemburu selama ini? Karena jika diingat-ingat setiap ia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain, pria itu pasti suka marah-marah tidak jelas. Lalu disaat ia sudah putus, sikap Radeva akan kembali melunak. Bahkan akhir-akhir ini pria itu selalu berusaha mengajaknya pergi di luar jam kerja. Hingga membuatnya yang ingin mengabaikan pernyataan suka pria itu menjadi sulit. Rania mulai memikirkan apakah yang pria itu ungkapkan malam itu sungguh-sungguh, karena Rania merasa sanksi dan tidak pernah menganggapnya serius selama ini.

Ketika tersadar, Rania segera menggelengkan kepalanya. Kenapa ia jadi memikirkan Radeva? Ini hari libur, seharusnya ia juga libur memikirkan segala hal yang berbau pekerjaan apalagi yang menyangkut pria itu.

Ia berusaha memfokuskan pikirannya kembali pada drama yang ia lihat. Setelah menemukan posisi yang nyaman, Rania mulai hanyut dengan Ipad di depannya dan kembali lupa waktu seperti kebiasannya selama ini.

***

Rania merasa baru terpejam selama beberapa menit. Tapi bunyi terus menerus yang berasal dari ponselnya membuat tidurnya terganggu. Sambil mengerang kesal, ia akhirnya menyerah dan meraih ponselnya setelah sejak tadi ia abaikan. Saat melihat nama penelponnya, Rania langsung tersadar dan rasa kantuknya tiba-tiba hilang digantikan dengan panik yang luar biasa.

Ia melirik jam dinding, sekarang sudah sore. Ada apa Radeva menelponnya, tapi ia bisa merasakan firasatnya berubah menjadi buruk sekarang. Sambil berdehem pelan, Rania mengangkat panggilan pria itu. Semoga saja suaranya tidak terdengar seperti bangun tidur.

"Hallo Pak?" Sapa Rania dengan sopan.

"Dimana kamu?" tanya pria itu tanpa basa-basi seperti biasa.

"Saya sedang dikost sekarang." Tidak ada gunanya berbohong, jadi lebih baik Rania jujur saja.

"Saya sedang dalam perjalanan menuju kesana."

"Apa?!" Rania segera membekap mulutnya saat tidak sadar baru saja berteriak, "Maksud saya, ada urusan apa Bapak datang ke tempat tinggal saya?" tanya Rania setelah bisa menguasai keadaan.

"Apalagi selain bekerja. Ada sesuatu yang harus kamu kerjakan."

Lagi dan lagi pria itu bertindak sesukanya, hingga membuat Rania mengerang dalam hati sambil meremas guling di depannya untuk meluapkan emosinya. Radeva tidak pernah memberinya pilihan atau paling tidak bertanya, apakah ia ada waktu atau tidak karena pria itu selalu saja menyita waktunya jika ada kesempatan.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang