Rania berbaring di ranjang, pandangannya menatap lurus kearah langit-langit kamarnya. Ia sedang mengatur napasnya yang memburu karena menahan kesal. Sekarang malam Minggu dan harusnya ia akan keluar bersama Erik. Tapi pria itu membatalkan janjinya, di menit-menit terakhir ketika ia sedang bersiap-siap. Padahal ketika pulang kerja tadi, Rania begitu semangat karena kebetulan tidak lembur dan berpikir bisa menghabiskan waktunya bersama Erik. Tapi semua rencana itu gagal.
Rania yang sudah terbawa emosi langsung meninggalkan meja riasnya dan tidak melanjutkan make up-nya lagi. Ia menuju ranjang dan meluapkan emosinya di sana dengan meninju bantal, guling, boneka dan apa saja yang bisa dipukulnya. Hingga akhirnya Rania lelah sendiri dan berakhir seperti sekarang.
Erik benar-benar keterlaluan karena selalu mementingkan teman-temannya dari pada dirinya. Entah apa yang sebenarnya mereka lakukan dan bahas hingga harus sesering itu untuk bertemu.
Pria itu pernah menunjukkan foto teman-temannya kepada Rania. Erik bilang mereka adalah teman SMA-nya yang masih dekat hingga sekarang. Teman Erik terdiri dari tiga orang, dua diantaranya sudah menikah. Hanya satu yang belum, sama seperti pria itu.
Terkadang Rania heran, apa dua pria yang sudah menikah itu tidak dimarahi oleh istrinya karena terlalu sering main. Jika ia yang menjadi istrinya sudah pasti akan mengamuk dan bisa-bisa menyuruh suaminya tidur di luar. Karena terlalu sering berkumpul bersama teman-temannya, Rania sampai berpikiran negatif dan menganggap Erik menyembunyikan sesuatu darinya.
Rania segera bangkit dari ranjang, dari pada terus emosi tidak jelas lebih baik tenaganya ia luapkan ke hal lain yang lebih bermanfaat. Ia akan membersihkan kamarnya yang kebetulan sudah lama tidak ia rapikan. Rania mencepol rambutnya tinggi-tinggi dan memulai aksinya untuk membersihkan keseluruhan kamar kost-nya.
Dulu ketika kuliah, Rania ingat pernah menyewa kost yang kondisinya sangat memprihatinkan. Kamarnya cukup sempit yang di dalamnya hanya disediakan kasur lantai tipis dan satu lemari. Kamar mandinya berada di luar dan tidak ada pendingin ruangan sama sekali bahkan kipas sekalipun, yang membuatnya selalu kepanasan setiap malam dan ketika bangun di pagi hari Rania seperti selesai sauna yang membuatnya harus keramas setiap hari jika tidak ingin rambutnya bau.
Namun, lihatlah kondisinya sekarang yang sudah membaik dan berbanding terbalik dengan dulu. Rania bisa menyewa kamar dengan fasilitas lengkap di dalamnya. Seperti kamar mandi dalam, terdapat AC dan ruangannya masih terlihat cukup luas.
Di kamarnya juga terdapat kulkas mini dan beberapa peralatan elektronik lainnya, yang dimana dulunya tidak pernah terpikirkan ia akan mampu untuk membelinya. Rania kadang masih tidak menyangka hidupnya bisa berubah sedrastis ini dan dengan usaha yang ia lakukan sendiri pula.
Karena terlalu semangat, tanpa Rania sadari ia telah selesai membersihkan kamarnya. Ia menatap keseluruhan ruangan dengan puas karena terlihat sangat rapi dan wangi. Sejujurnya ia tadi sudah mandi, tapi karena tubuhnya sekarang dibanjiri oleh keringat membuat Rania tidak tahan. Dengan segera ia melesat masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus membersihkan kamar mandinya karena tenaganya sepertinya masih belum habis.
Dengan keadaan segar sehabis mandi dan handuk yang menempel di kepala, Rania berjalan kearah ranjang dan berbaring telungkup di sana. Ketika memeriksa ponselnya, ia sedikit kaget karena mendapati beberapa panggilan tidak terjawab berasal dari Erik.
Rania
Ada apa?Rania mengirimkan pesan singkat, padahal dalam hati ia merasa sedikit senang. Tapi tentu saja hal itu tidak ia tunjukkan, ia akan memasang sikap merajuknya seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Boss
RomancePART LENGKAP Rania pikir ia hanya akan mendengar atau melihat adegan perselingkuhan dari series yang ia tonton. Ia tidak menyangka akan mengalami hal itu sendiri dan sialnya ketika tahu diselingkuhi oleh kekasihnya rasanya begitu sakit. Apalagi den...