PB - 41

8.7K 470 24
                                    

Radeva masih terperangkap di ruang kerjanya. Ketika melirik jam tangannya, ternyata sekarang sudah hampir pukul sembilan malam. Sejak siang, ia telah bekerja tanpa henti. Baru sehari ditinggal Rania, ia sudah merasa kewalahan mengerjakan semuanya sendiri. Meskipun sebenarnya jadwal kerjanya sudah dibuatkan oleh gadis itu, tapi tetap saja Radeva merasa kesulitan karena tidak ada yang mengingatkannya seperti biasa.

Radeva meraih iPad Rania yang tergeletak diatas meja. Ia ingin memeriksa jadwal kerjanya besok. Tapi tangannya malah mengarah pada album foto yang selama ini tidak pernah ia lihat. Ia benar-benar membiarkan Rania memakai iPad yang ia berikan dengan sesuka hati gadis itu, hingga membuatnya enggan untuk memeriksanya.

Kaki Radeva bergerak hingga membuat kursi kerjanya berputar. Ia menghadap pada jendela kaca yang menampilkan langit malam Jakarta. Ada cahaya lampu yang berasal dari gedung pencakar langit yang mengelilingi kantornya. Lalu di bawah sana ia bisa melihat lalu lalang kendaraan yang masih saja terlihat ramai.

Senyumnya seketika mengembang saat melihat berbagai foto yang sudah gadis itu ambil. Ada kucing liar, makanan, bunga, hingga awan pun tak luput dari jepretan tangan Rania. Tangan Radeva terus menggeser layar iPad di depannya, hingga pandangannya terhenti pada satu foto. Di sana ada foto Rania yang sedang menopang wajahnya dengan tangan, sepertinya Radeva tahu dimana foto itu diambil.

Ia ingat dengan bagian belakang gadis itu yang menunjukkan restoran dimana ia memiliki janji makan siang bersama kolega bisnisnya. Radeva menduga Rania kebosanan menunggunya hingga membuat gadis itu mengambil beberapa foto melalui iPad yang tetap saja menunjukkan kecantikan wajahnya dan tidak akan pernah membuat Radeva bosan meskipun setiap hari melihatnya.

Melihat foto Rania membuatnya merindukan gadis itu, jika sesuai dengan jadwal seharusnya Rania sampai di kampungnya satu jam lagi. Ia akan mengirimkan pesan nanti untuk menanyakan kabar gadis itu.

Dengan segera Radeva bangkit untuk membereskan barang-barangnya. Ia bersiap untuk pulang dan mengistirahatkan tubuhnya sebentar sebelum besok kembali menjalani hari yang kemungkinan akan semakin melelahkan karena harus ia lalui sendiri.

Ketika di lift, ia tidak sengaja bertemu dengan Arjuna yang juga baru pulang. Ia melangkah masuk dan berdiri di samping sepupunya.

"Kusut banget muka lo, baru juga sehari ditinggal Rania." Ejek Arjuna saat melihat wajah suntuk Radeva.

Radeva tidak menggubris ucapan Arjuna, ia hanya menghela napas pelan sebagai jawaban. Sebelum akhirnya teringat sesuatu. Ada yang belum ia ceritakan kepada Arjuna dan ia baru mengingatnya sekarang.

"Oh iya, lo tahu nggak kalau gue udah ketemu sama Laura belum lama ini?"

Arjuna seketika menoleh menghadap Radeva, wajah terkejutnya tidak bisa disembunyikan saat mendengarnya.

"Laura temen kuliah kita maksud lo? Mantan pacar lo dulu yang tiba-tiba menghilang itu?"

"Laura mana lagi yang kita kenal?"

"Berarti Laura ada di Jakarta sekarang?" Arjuna masih tampak penasaran dengan keadaan Laura.

"Perlu gue ceritain lengkapnya?" tanya Radeva.

"Ayo kita ngopi dulu."

Radeva dan Arjuna mengurungkan niatnya untuk pulang. Berada di salah satu coffee shop, mereka memilih duduk memojok di bagian outdoor untuk membicarakan Laura yang tentu saja membuat Arjuna terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba setelah bertahun-tahun menghilang.

"Jadi, Laura sudah punya anak dan sekarang menatap di Jakarta setelah tinggal di Sydney?" tanya Arjuna setelah mendengar cerita lengkap dari Radeva.

Radeva mengangguk sambil menyesap cold brew-nya. Sementara Arjuna masih terlihat speechless mengetahui apa yang terjadi kepada Laura sekarang.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang