PB - 20

13.2K 437 4
                                    

Rania sudah bisa menebak jika hidupnya pasti akan dipenuhi dengan plot twist. Tapi ketika mengalaminya, ia tetap saja merasa kaget. Banyak kejadian mengejutkan tiba-tiba terjadi, yang membuatnya ingin sekali berteriak untuk menghilangkan semua pikiran yang memenuhi kepalanya. Bagaimana bisa ia dikhianati dan mendengar pengakuan suka dari orang yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.

Meskipun kejadian itu sudah terjadi sekitar tiga hari lalu, tapi tetap saja tidak semudah itu baginya untuk mengusir bayang-bayang kejadian malam itu agar tidak terus berseliweran di kepalanya.

Saya menyukai kamu Rania.

Rania mengerang kesal saat ucapan Radeva kembali ia ingat. Padahal pria itu mengucapkan dengan raut wajah datar dan tanpa ekspresi seperti biasa, tapi mampu membuat Rania terus memikirkan ucapannya.

Untuk Erik sendiri Rania tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada pria itu. Ia sudah terlanjur kecewa karena dibohongi, jadi Rania putuskan untuk memblokir nomornya dan menutup semua akses komunikasi dari pria itu.

Biar saja pria itu berusaha keras untuk menghubunginya, jika memang benar merasa bersalah. Namun, jika tidak Rania akan menganggap hubungan mereka selesai tanpa kalimat perpisahan.

Karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Rania sampai tidak sadar jika waktu sudah beranjak semakin siang. Dengan terburu-buru, ia berdiri dan memasukkan semua barang pentingnya ke dalam tas kerja. Saat akan mengunci pintu, ia tidak sengaja melihat paper bag berisi coklat pemberian Erik.

Ia putuskan untuk membawanya dan akan ia bagikan kepada teman-teman kantornya. Untuk bunganya, sudah ia buang malam itu juga. Jadi, Rania tidak perlu melihatnya lagi.

Dua hari kemarin, Rania sengaja datang pagi-pagi sekali hanya untuk menghindari Radeva. Ketika pria itu datang ia sudah selesai menyiapkan sarapan dan duduk di meja kerjanya, begitu juga dengan pekerjaan lainnya yang sebisa mungkin ia kerjakan terlebih dahulu tanpa menunggu perintah dari pria itu. Jadi, mereka hampir tidak memiliki waktu untuk berduaan saja.

Tapi pagi ini, Rania sepertinya sudah tidak bisa menghindar lagi. Ia terpaku di tempatnya berdiri saat mendengar pintu ruang kerja Radeva terbuka dan pria itu muncul dari sana. Dengan tersenyum kikuk, ia yang sedang menaruh berkas akhirnya berbalik dan menyapa pria itu.

"Pagi Pak," ujar Rania ingin segera kabur dari ruangan ini.

"Tunggu." Cegah Radeva saat Rania akan melewatinya.

Rania berhenti dan mau tidak mau menatap Radeva di sampingnya, "Saya sudah bilang Pak, akan menganggap tidak pernah mendengar ucapan Anda malam itu. Lagi pula sekarang di kantor, jadi saya tidak ingin membahas masalah pribadi."

Kini Radeva yang dibuat tidak percaya mendengar ucapan Rania, gadis itu benar-benar berani sekarang.

"Saya hanya ingin bertanya, proposal yang saya minta kemarin apa sudah kamu siapkan."

Brengsek.

Rania yakin wajahnya sudah memerah karena menahan malu, ia bisa merasakan panas menjalar sampai ke telinganya.

"Su... sudah Pak. Proposal yang Anda minta ada di meja kerja Anda." Tunjuk Rania kearah meja kerja pria itu.

"Okay." Radeva berjalan dengan santai menuju meja kerjanya.

Sementara Rania sekarang ingin menghilang dari muka bumi, ia sudah tidak punya muka lagi di depan pria itu. 

"Satu lagi."

Apa lagi sih.

Ucapan Radeva membuat langkahnya harus kembali terhenti.

"Apa yang saya ungkapkan ke kamu itu perasaan saya. Kamu tidak berhak menghakimi dan mengatur rasa suka saya."

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang