PB - 40

8.3K 421 22
                                    

Radeva Baskara
Udah sampai?
Baik-baik ya selama di sana.
Saya baru saja pulang kerja, baru sehari nggak ada kamu rasanya aneh banget.
Kabari ya kalau ada apa-apa.

Rania membaca sederet pesan yang dikirimkan oleh Radeva. Semalam, begitu sampai di kampung halamannya ia langsung membersihkan diri dan tidur. Rania tidak sempat membuka ponselnya, hingga ketika bangun pagi ini ia sedikit kaget membaca banyaknya pesan yang ia terima.

Jika dalam keadaan normal, sudah dipastikan ia akan berbunga-bunga membaca pesan yang dikirim oleh pria itu. Namun, sekarang ia merasa biasa saja, ia sudah tidak mau berharap banyak pada pria itu dan hubungan mereka.

Setelah berpikir sejenak, Rania akhirnya membalas pesan dari Radeva.

Rania Anindya
Maaf Pak, semalam saya sudah tidur.

Hanya itu balasan pesannya untuk Radeva, sebelum meninggalkan ponselnya di atas meja riasnya dan keluar dari kamar.

Rania merentangkan tangan sambil menarik napasnya dalam-dalam. Udara pagi di kampung tidak pernah gagal membuatnya merasa tenang. Apalagi di sebrang jalan depan rumahnya, hamparan sawah terbentang luas dan ada matahari di ujungnya yang mulai mengintip dengan malu-malu.

Rania berjalan keluar menuju pekarangan rumahnya, pohon kelengkeng yang berbuah lebat menarik perhatiannya. Ketika sampai semalam, ia tidak sempat memperhatikannya. Pagi ini ia baru bisa melihatnya dengan jelas.

"Itu kelengkeng sengaja nggak dipetik, nunggu sampai kamu datang."

Rania menoleh saat mendengar suara Sari yang merupakan menantu Budhenya atau istri dari anak kedua Budhenya.

"Biar nanti tak petik sendiri Mbak." Rania lebih suka memetiknya dari pada memakannya sebenarnya.

"Waktu itu rambutannya juga banyak banget buahnya, sampai busuk-busuk di atas pohon. Sama Emak juga nggak boleh dipetik, katanya nunggu kamu pulang. Tapi ternyata nggak jadi pulang."

Rania jadi merasa bersalah sambil menatap pohon rambutan yang berada di samping pohon kelengkeng yang saat ini sedang tidak berbuah. Saat itu ia tidak jadi pulang karena harus menemani Radeva melakukan perjalanan bisnis ke Lombok, hingga rencananya untuk pulang kampung harus dibatalkan.

"Padahal dipetik aja nggak apa-apa lho Mbak. Emak itu mesti kok kalau ada apa-apa selalu berlebihan." Rania menggelengkan kepalanya saat teringat semua tingkah Emak. Lihat saja wanita itu yang sekarang sudah sibuk membersihkan kandang ayam di sisi kanan rumahnya.

"Jadi ke pasar nggak?" tanya Sari.

"Jadi Mbak, sekarang ta?" Rania berniat ke pasar untuk membeli buah yang akan digunakan sebagai seserahan untuk acara pernikahan sepupunya. Akad nikah telah dilakukan minggu kemarin, lusa adalah acara yang akan dilakukan di tempat pihak laki-laki atau biasa disebut dengan acara Ngunduh Mantu.

"Ayo, mumpung Daffa belum bangun," sahut Sari teringat dengan anak keduanya. Sementara anak pertamanya Syfa, sudah kelas empat SD dan segala keperluannya sebelum berangkat sekolah sudah ia siapkan sejak tadi.

"Tak ganti baju dulu Mbak."

Rania bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju. Ketika ingin membuka pintu, ia tidak sengaja berpapasan dengan Reva yang baru saja selesai mandi dan Adiknya itu langsung heboh saat melihatnya.

"Mbak." Teriak Reva sambil berlari kearahnya dan memeluknya.

"Nggak usah lebay kamu." Gerutu Rania tapi tidak melepaskan pelukan Reva dan membiarkan Adiknya mengekorinya sampai masuk ke dalam kamar.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang