PB - 17

11.4K 392 2
                                    

Sudah lama rasanya Rania tidak datang ke cafe Kira dan menemui sahabatnya. Mungkin sudah satu minggu lebih atau bahkan dua minggu, ia sendiri lupa berapa lama pastinya karena terlalu sibuk dengan dunianya.

Setelah turun dari ojek, Rania melenggang masuk. Ia bisa melihat Kira berdiri di belakang kasir, hingga membuat Rania melambaikan tangan saat sahabatnya menyadari kehadirannya.

"Gue kira lo udah lupa sama gue," ucap Kira dengan sarkas sambil menaruh segelas Thai tea di depan Rania.

Rania hanya bisa meringis malu, lalu menyesap minuman yang Kira siapkan.

"Gue nggak mungkin lupa sama lo, jangan marah ya." Mohon Rania dengan wajah memelas.

Kira terlihat mengedikkan bahunya sebelum berucap, "Siapa tahu, kan lo udah punya pacar sekarang."

Rania menghela napas pelan, ia tahu Kira masih marah karena ia belum bercerita soal Erik.

"Gue sebenarnya juga nggak nyangka Kir bisa memulai hubungan lagi secepat ini, dengan orang yang nggak terduga pula. Yang bahkan gue belum kenal sama sekali sebelumnya."

Mendengar cerita Rania, Kira mulai tertarik. Ia akhirnya menatap sahabatnya setelah dari tadi memalingkan wajah menghadap jendela di sampingnya.

"Maksud lo?" tanya Kira tidak paham.

"Gue kenal Erik lewat dating apps," lirih Rania.

"Lo gila ya?!" tanya Kira tidak habis pikir.

"Kecilin dikit suara lo," ujar Rania dengan panik.

"Mana bisa gue tenang? Ran, lo serius masih percaya cowok lewat dating apps kayak gitu? Apa di kantor lo udah kehabisan stock cowok ganteng dan single?" Jika Rania berpacaran dengan orang kantornya lagi Kira masih bisa memaklumi, namun sekarang ia benar-benar tidak habis pikir.

"Gue nggak mau pacaran sama orang kantor lagi, waktu putus atau ada masalah nggak enak banget jadi bahan omongan rekan kerja yang lain." Rania memainkan sedotannya sambil teringat kejadian di kantor beberapa waktu lalu saat ia menjadi bahan omongan karena perselingkuhan Adit terbongkar.

"Seenggaknya cowok di kantor lebih jelas dari pada yang lo temuin di dating apps."

"Erik baik kok Kir. Dia orangnya sopan, nggak pernah pelit dan perhitungan sama gue. Untuk kriteria awal dia masuk lah."

"Lo yakin dia bukan suami orang atau semacamnya. Udah banyak kasus semacam itu gue dengar dari dating apps."

"Gue berani yakin dia single. Lagian ada kok orang beruntung yang bisa sampai nikah karena kenal lewat dating apps."

"Satu banding seratus."

"Siapa tahu gue salah satu orang beruntung itu." Rania tetap optimis hubungannya dengan Erik bisa berhasil.

Kira mulai frustasi karena tidak berhasil menyadarkan Rania, ia menyesap minumannya sambil berkata, "Yahh, semoga aja."

Rania tahu Kira masih belum puas mendengar keputusannya, tapi ia yakin sahabatnya pasti akan mengerti nanti. Apalagi setelah melihat Erik, Rania sangat berharap Kira bisa menilai sendiri seperti apa pria itu.

"Gue minta maaf ya karena nggak cerita sama lo dari awal, nanti Erik jemput gue. Lo bisa nilai sendiri dia seperti apa."

Kira menganggukkan wajahnya, bagaimanapun juga ia harus tetap menghargai keputusan Rania. Meskipun firasatnya mengatakan ini sama buruknya dengan hubungan Rania sebelumnya, tapi bisa saja firasatnya salah dan Erik memang orang baik seperti yang sahabatnya ceritakan.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang