PB - 11

15.2K 579 12
                                    

Sepulang kerja Radeva tiba-tiba mengajaknya pergi. Rania sempat bertanya akan dibawa kemana, tapi pria itu hanya menjawab jika ia akan tahu sendiri nanti ketika tiba di sana hingga membuat Rania tidak bertanya lebih jauh.

Rania hanya mengekori langkah pria itu yang berjalan di depannya, hingga akhirnya Radeva berbelok ke salah satu store yang menjual berbagai produk elektronik.

"Pilihlah ponsel yang kamu suka," ujar Radeva dengan enteng sambil ikut melihat-lihat ponsel yang di pajang di depannya.

"Maksud bapak?" Rania takut jika salah dengar.

"Saya sudah lelah karena kesusahan menghubungi kamu setiap ponselmu mati."

Rania menggigit bibirnya sambil meringis pelan, padahal jika ponselnya sering mati bisa ia jadikan sebagai alasan untuk menghindari pria itu. Tapi ia lupa jika Radeva lebih berkuasa darinya dan suka melakukan apa saja sesuai kemauan pria itu.

"Nggak perlu Pak, setelah gajian nanti saya berniat membeli ponsel baru." Bohong Rania karena kenyataannya ia tidak bisa menerima pemberian Radeva untuk kali ini. Pria itu sudah memberikan banyak barang untuknya, termasuk Ipad yang ia gunakan sekarang.

"Kamu pilih sendiri atau saya yang pilihkan?" tanya Radeva dengan tatapan tajam.

Sial!

Rania sempat lupa jika pria itu tidak suka penolakan, Radeva bisa melakukan apa saja sesuai keinginannya. Dan sifat pemaksa pria itulah yang membuat Rania sulit untuk menolak.

"Saya mau yang warna pink saja Pak."

Tunjuk Rania akhirnya pada ponsel berwarna pink yang sudah menyita perhatiannya semenjak awal rilis. Tapi Rania berusaha menahan diri untuk tidak membelinya, ia tidak akan mengganti benda persegi itu sebelum miliknya yang lama benar-benar rusak. Tapi ternyata Radeva malah membelikan untuknya sekarang.

Radeva segera berbalik sambil menahan senyum di wajahnya, ia bisa menebak pilihan Rania karena tahu gadis itu sedikit tergila-gila dengan sesuatu yang berwarna pink.

Sejujurnya ia ingin membelikan langsung tanpa bertanya kepada gadis itu, tapi ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengajak Rania agar gadis itu bisa memilihnya sendiri.

Radeva akhirnya membeli dua ponsel dengan seri yang sama namun dengan warna yang berbeda. Hitam untuknya dan satu lagi berwarna pink untuk Rania.

"Nih." Setelah membayar keduanya, Radeva menyerahkan satu paper bag kepada Rania.

"Terimakasih Pak," ujar Rania dengan senyum malunya.

Radeva hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihatnya, lihat saja gadis itu yang tadi sempat menolak. Tapi senyumnya sekarang tidak bisa berbohong jika terlihat senang.

Ia tahu Rania selalu berusaha menolak apapun yang ia beri. Maka dari itu, Radeva tidak perlu bersusah payah menawari. Ia lebih suka melakukan apapun dengan perintah tanpa memberikan opsi kepada gadis itu untuk memilih. Tindakannya selama ini hanya mengikuti sikap Rania, andai saja gadis itu tidak suka membantah ucapannya, mungkin sikapnya tidak akan se-bossy ini.

"Kita makan malam dulu sebelum pulang." Lagi dan lagi Radeva langsung berucap tanpa menunggu persetujuan Rania.

Ia memilih makan di luar mall karena tahu Rania akan semakin sungkan jika ia ajak makan di restoran yang berada di mall ini. Tapi setiap ia tanya ingin makan di mana pasti gadis itu akan menjawab terserah. Jadi, Radeva tidak perlu bersusah payah bertanya karena kebetulan ia sedang ingin makan sate kambing sekarang.

"Kita makan disini Pak?" tanya Rania saat Radeva menghentikan mobilnya di rumah makan yang menjual sate.

"Iya, apa ada masalah?" Radeva yang akan melepas seatbelt mengurungkan niatnya dan menatap Rania.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang