Sudah lama rasanya, Rania tidak merasakan bahagia seperti ini. Baru saja membuka mata, bibirnya sudah membentuk sebuah senyuman. Apalagi penyebabnya jika bukan karena hubungannya dengan Erik yang semakin bertambah dekat.
Sudah dua minggu berlalu semenjak pertemuan mereka yang tidak di sengaja itu dan hubungan mereka mengalami banyak kemajuan setiap harinya. Setiap malam mereka pasti akan mengobrol entah melalui panggilan biasa ataupun panggilan video. Meskipun ketika siang ia dan Erik hanya berkomunikasi seperlunya saja.
Tapi itu masih sangat wajar, karena mereka mempunyai kesibukan masing-masing. Akan terasa aneh jika mereka selalu berkabar hampir sepanjang hari, lagi pula Rania tidak begitu menyukainya dan membuatnya cepat merasa bosan dalam menjalani hubungan.
Mereka memang masih dalam masa pendekatan. Belum ada sesuatu yang serius untuk dibicarakan, tapi Rania berharap Erik memiliki niat yang sama sepertinya sampai hubungan mereka bisa berhasil nanti.
Ketika dalam suasana hati yang baik, semua pekerjaan terasa menyenangkan bagi Rania. Ia membereskan tempat tidurnya hingga rapi sebelum mandi, yang biasanya ia tinggalkan begitu saja dalam keadaan berantakan.
Selama mandi dan bersiap-siap pun Rania terus bersenandung pelan mengikuti alunan musik yang ia dengar. Ia memutar lagu-lagu bahagia yang membuatnya semakin semangat memulai hari.
Tanpa terasa ia sudah tiba di gedung perusahaan. Rania semakin merasa senang saat tidak sengaja bertemu dengan Vivi dan Reni yang sama-sama menunggu pintu lift terbuka.
"Aduh duh, yang lagi jatuh cinta wajahnya sumringah banget," ujar Reni sambil menaik-naikkan alisnya untuk menggoda Rania.
"Apa sih mbak."
Rania masih merasa malu untuk mengakui dan bercerita lebih jauh. Jika hubungannya dengan Erik sudah jelas, ia pasti akan bercerita. Untuk sekarang lebih baik ia simpan saja untuk dirinya sendiri.
"Jangan lupa traktiran Ran kalau udah resmi jadian." Timpal Vivi.
"Baru juga deket dua minggu ini Mbak, masih lama itu."
Rania ingin menikmati masa-masa pendekatannya dengan Erik sekaligus mengorek informasi mengenai pria itu, karena ia belum tahu banyak tentang kehidupan pribadi Erik dan masa lalu pria itu.
"Si bos tantrum datang." Bisik Reni yang sontak membuat Rania menatap kearah pintu masuk.
Benar saja, dari kejauhan ia melihat Radeva berjalan kearahnya. Kalau boleh jujur, Rania datang sedikit terlambat. Tadi pagi ia terlalu menikmati rasa bahagianya hingga membutuhkan waktu sedikit lama untuk bersiap-siap dan membuatnya berangkat kesiangan. Apalagi sebelum menuju kantor, ia harus mampir ke restoran terlebih dahulu untuk membelikan pria itu sarapan.
"Selamat pagi Pak." Sapa Rania saat Radeva sudah berdiri di sampingnya. Semoga saja pria itu tidak marah atau menyindirnya seperti kebiasaan sebelumnya jika ia datang terlambat.
Tapi seperti biasa, Radeva hanya meliriknya sekilas tanpa perlu bersusah payah menjawab sapaannya.
Ketika pintu lift terbuka, ia dan Radeva masuk diikuti oleh beberapa karyawan. Sudah dipastikan jika ada pria itu keadaan lift akan berubah menjadi hening. Tidak ada satupun karyawan yang berani bersuara, yang terdengar hanyalah hembusan napas yang saling bersahutan.
Rania berjalan di belakang pria itu ketika keluar dari lift. Langkah kaki Radeva yang lebar membuat Rania sedikit kesusahan untuk menyamai langkahnya.
"Nanti kita makan siang bareng kan Ran?" tanya Reni mengekori Rania.
"Lihat aja ya Mbak, semoga pekerjaanku cepat selesai."
"Nanti gue samperin lo."
Rania menganggukkan wajahnya, sebelum akhirnya mereka berpisah karena Reni berbelok menuju kubikel kerjanya di bagian keuangan. Sementara Rania semakin mempercepat langkahnya untuk menyusul Radeva, apalagi pria itu sudah masuk ke dalam ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Boss
RomancePART LENGKAP Rania pikir ia hanya akan mendengar atau melihat adegan perselingkuhan dari series yang ia tonton. Ia tidak menyangka akan mengalami hal itu sendiri dan sialnya ketika tahu diselingkuhi oleh kekasihnya rasanya begitu sakit. Apalagi den...