PB - 03

22.7K 743 10
                                    

2 years ago....

Entah sudah berapa kali Rania menghela napas untuk hari ini. Ia menundukkan kepalanya sebelum beranjak keluar dari ruangan Radeva. Ia berniat membuatkan kopi sesuai permintaan pria itu.

Karena berjalan sambil melamun, Rania sampai terperanjat kaget saat pintu yang akan ia buka tiba-tiba terbuka dari luar. Ia melihat seorang laki-laki masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu yang ia kenal dengan nama Arjuna yang merupakan wakil direktur sekaligus sepupu dari Radeva.

"Oh jadi ini sekretaris baru lo?" tanya Arjuna dengan tatapan menilai kearah Rania.

"Siang Pak, Bapak mau kopi?" Sahut Rania dengan sopan sambil berusaha menawarkan kopi kepada Arjuna.

"Boleh." Arjuna menganggukkan wajahnya sebelum kembali berkata, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Ia merasa tidak asing dengan wajah Rania.

Rania mengerjap-ngerjapkan matanya dengan bingung, ia pernah melihat Arjuna beberapa kali. Tapi untuk berbicara dengan pria itu, seingatnya ini yang pertama.

"Saya beberapa kali pernah melihat bapak," jawab Rania akhirnya agar Arjuna tidak semakin bingung.

"Oh." Arjuna berlalu begitu saja dari hadapannya, begitu juga dengan Rania yang langsung pergi untuk membuatkan mereka berdua kopi.

Sudah satu bulan Rania bekerja dengan Radeva, ia mulai bisa beradaptasi dengan pekerjaannya dan jadwal kerja pria itu. Meskipun seminggu pertama ia menangis hampir setiap hari, tapi sekarang ia sudah jarang menangis. Ia sudah bisa menerima semua perlakuan kejam dari Radeva dan berusaha untuk tidak memasukkannya ke dalam hati.

Apalagi saat ia menerima gaji pertamanya beberapa hari lalu, semangatnya tiba-tiba kembali membara. Beruntung Radeva menepati janjinya soal nominal gaji yang akan ia terima dan tidak memotongnya meskipun pekerjaan yang Rania lakukan masih banyak yang belum benar.

Saat mendengar suara air mendidih dari teko pemanas listrik, Rania segera menuangkannya. Hari ini Radeva meminta cappucino, begitu juga dengan Arjuna yang ia buatkan minuman sama karena tadi ia lupa bertanya.

Satu-satunya pekerjaan yang mendapatkan pujian dari Radeva adalah rasa kopi buatannya. Pria itu selalu memuji setiap kopi yang ia buat. Dalam sehari Radeva bisa menghabiskan hingga tiga cangkir kopi dan Rania dengan senang hati membuatkannya.

Tentu saja rasa kopi buatannya enak, ia sudah bekerja di berbagai macam coffee shop selama hampir empat tahun atau bisa dibilang selama awal perkuliahan hingga ia lulus. Jadi, kemampuannya untuk membuat kopi sudah tidak perlu diragukan lagi.

Saat dua cangkir kopi di hadapannya sudah siap, Rania segera membawanya menuju ruang kerja Radeva. Ia sedikit bingung saat melihat pintu ruangan Radeva sedikit terbuka, sepertinya ia tadi tidak menutupnya dengan rapat.

Samar-samar ia mendengar Radeva dan Arjuna berbicara di dalam sana. Karena takut mengganggu, Rania memutuskan untuk diam sejenak sambil mendengarkan obrolan dua pria itu di dalam sana.

"Jadi, Rania gadis di coffee shop yang kita temui malam itu?"

"Iya."

Rania seketika menegang saat mendengar namanya disebut oleh Arjuna. Apa maksud ucapan pria itu barusan dengan berkata demikian?

Tidak ingin semakin penasaran, Rania semakin mendekatkan telinganya ke pintu dan kembali menguping pembicaraan di dalam.

"Woahh, kok bisa kebetulan gini?... Apa lo sengaja mempekerjakan Rania sekarang?" suara Arjuna terus terdengar.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang