PB - 08

19.1K 693 13
                                    

Secara fisik Rania memang sudah sembuh. Badannya sudah tidak demam lagi, ia sudah terlihat lebih hidup karena mulai tersenyum di beberapa kesempatan. Ia juga mulai beraktivitas dengan normal meskipun belum masuk bekerja.

Tapi jika bisa di lihat secara batin, Rania masih sangat terluka. Setiap malam ia masih sering menangis, mengingat apa yang ia alami sekarang. Ia juga sering melamun dan kehilangan nafsu makan hingga berat badannya berkurang banyak.

Beruntung Radeva memberinya keringanan dengan membiarkannya mengambil jatah cuti lebih lama, meskipun ia harus tetap mengerjakan beberapa pekerjaan yang bisa ia lakukan di rumah seperti sekarang.

Sambil membawa tas berisi Macbook, Rania turun dari ojek dan berjalan memasuki La Crème untuk melakukan beberapa pekerjaan yang Radeva minta.

Ia sudah ditunggu oleh Kira karena memang niat awalnya datang kesini adalah untuk hang out bersama sahabatnya.

"Sebentar ya Kir, gue ada beberapa pekerjaan yang harus segera diselesaikan," ujar Rania dengan sungkan saat sudah duduk di dalam cafe.

"Iya Ran, santai aja. Lagi pula sekarang masih terlalu pagi untuk jalan-jalan." Kira melirik jam tangannya, "Mau minum apa?" tanyanya lagi kepada Rania.

"Lychee tea less sugar ya." Rania menyebutkan minuman kesukaannya.

Kira segera berlalu untuk menyiapkan minuman Rania sekaligus mengambil minum untuk dirinya sendiri.

Rania sudah hanyut dengan Macbook di hadapannya. Ia menggelengkan kepalanya saat melihat jadwal kerja Radeva yang cukup berantakan, padahal ia baru cuti selama satu minggu. Setidak bisa itukah pria itu bekerja sendiri tanpa dirinya? Lalu kenapa sikapnya di kantor jahat sekali seolah-olah tidak membutuhkannya?

Setiap mengingat sikap buruk Radeva selama di kantor Rania selalu kesal, tapi di satu sisi ia juga tidak bisa melihat pekerjaan pria itu berantakan dan menumpuk seperti ini.

"Lychee tea spesial untuk sahabat yang paling gue sayang."

Saking fokusnya menatap layar Macbook, Rania sampai tidak menyadari kehadiran Kira yang sudah duduk di hadapannya.

"Thanks," sahut Rania tanpa mengalihkan tatapan sedikitpun.

"Lihat dulu kenapa sih, lo kalau lagi kerja nyebelin banget kayak Arjuna sama Radeva." Kira menggembungkan pipinya dengan kesal, lihat saja Rania sekarang yang terlihat begitu mirip dengan Arjuna dan Radeva yang sangat gila kerja.

Rania melepaskan kekeh pelan saat mendengar ucapan Kira, ia akhirnya meraih gelasnya dan menyesap Lychee tea-nya dengan senang.

"Lo yang terbaik."

Rania balas memberikan jempol untuk Kira. Ia begitu puas melihat lima buah leci di dalam gelasnya di tambah dengan dua buah yang diberi tusukan di atasnya. Jika dalam keadaan normal harusnya ia hanya mendapatkan dua buah leci saja, tapi Kira memberinya bonus lima sekaligus.

"Khusus lo aja, kalau customer yang minta harganya bisa naik tiga kali lipat." Gurau Kira sambil menyesap coconut latte miliknya.

Terkadang Rania iri melihat orang-orang yang bisa minum kopi dengan bebas, sementara ia sendiri tidak bisa meminumnya. Setiap selesai minum kopi, tubuhnya selalu merespon dengan berlebihan. Ia bisa merasakan perutnya mulas, bahkan tak jarang kepalanya sampai pusing dan membuatnya mual. Padahal ia juga ingin minum kopi setiap hari layaknya budak corporate pada umumnya, tapi sayang lambungnya terlalu lemah untuk bisa meminumnya.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaan yang Radeva minta, Rania dan Kira akhirnya keluar juga. Tujuan pertama mereka adalah ke salon untuk memotong rambut sekaligus mengembalikan warna rambut mereka seperti aslinya.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang