PB - 47

6.8K 477 15
                                    

Tanpa terasa hubungan yang Rania dan Radeva jalani sudah terjalin selama delapan bulan. Pertengkaran-pertengkaran kecil tidak dipungkiri turut meramaikan hubungan mereka, meskipun tidak berlangsung lama karena Radeva tidak tahan jika harus berjauhan dengan Rania. Pria itu selama ini lebih banyak mengalah.

Begitu juga dengan Rania yang tidak malu untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan, meskipun minta maaf ala Rania seperti 'Iya aku ngaku salah, maafin aku ya. Tapi kalau kamu masih marah yaudah terserah kamu, yang penting aku udah minta maaf'. Hingga membuat Radeva tidak bisa untuk lanjut marah karena terlalu gemas dengan tingkah gadis itu.

Semuanya masih terasa baik-baik saja dan indah bagi mereka apalagi keduanya sudah mendapatkan restu dari masing-masing pihak keluarga. Tidak ada apapun lagi yang harus dikhawatirkan hingga akhirnya hari ini datang juga.

Sejak datang ke kantor pagi ini, Rania merasa aneh dengan tatapan orang-orang di sekelilingnya. Beberapa rekan kerjanya menatapnya dengan sinis seolah ia baru saja melakukan kesalahan yang sangat fatal hingga membuat Rania merasa bingung.

Ia bahkan sampai memeriksa penampilannya di toilet. Memperhatikan setiap jengkal riasan di wajahnya begitu juga dengan pakaian yang melekat pada tubuhnya karena takut ada yang aneh dengan penampilannya. Tapi sejauh Rania perhatikan, ia merasa tidak ada yang salah. Semuanya tampak baik-baik saja, baik dari riasan wajah maupun pakaian yang melekat pada tubuhnya.

Orang-orang pada kenapa sih?

Batin Rania terus bertanya-tanya. Bahkan untuk memastikan hal itu, ia memutuskan untuk ikut makan siang di kantin bersama teman dekatnya yang lain. Dan tetap tidak ada yang berubah, beberapa orang terlihat berbisik-bisik sambil melirik kearahnya. Hanya Reni, Vivi, Faris dan Adnan saja yang menatapnya dengan normal seperti biasanya. Hal itu membuat Rania sangat bersyukur karena tandanya ia tidak salah memilih teman di kantor.

"Orang-orang pada kenapa ya kok hari ini ngeliatin gue gitu banget?" tanya Rania di sela-sela waktu makan siangnya. Ia menelisik wajah keempat temannya dan mereka terlihat serba salah sekarang. "Ih kenapa? Gue ada salah ya?" tanya Rania semakin panik.

"Lo belum tahu ya Ran?" tanya Vivi dengan hati-hati.

"Tahu apa?" Rania sudah tidak sabar mengetahui apa kesalahannya.

"Sebentar Ran." Reni terlihat sibuk mengotak-atik ponselnya sebelum menyerahkannya kepada Rania. "Coba lo baca dulu."

Rania menerima ponsel Reni dengan perasaan sedikit gugup. Dan ia seketika terbelalak kaget saat membaca sederet pesan dari grup kantor yang sedang membicarakannya.

Hari Minggu kemarin Rania memang sempat makan masakan padang di restoran Pagi Sore bersama Radeva karena keduanya sama-sama ingin memakannya. Tapi ia tidak menyangka jika ada seorang rekan kerja yang memergoki mereka, memfotonya, lalu menyerbarkannya pada grup kantor hingga membuat sedikit kehebohan. Rania terus membaca sederet pesan yang tertera di sana.

+62 858-1306-xxxx
<Picture>
Ada yg lagi kencan nih.

Foto yang dikirim oleh salah satu rekan kerja yang memergoki mereka menampilkan wajah Radeva dengan jelas, sementara tubuh Rania hanya terlihat bagian belakangnya saja.

+62 822-6068-xxxx
Baru kali ini lihat Pak Deva kencan sama cewek.
Gue pikir udh belok tuh orang 🤣.

+62 858-1306-xxxx
Hush mulut lo, kalau sampai ketahuan orangnya gue nggak ikut campur.

+62 812-2471-xxxx
Yee kan lo sendiri yg kirim fotonya, gimana sih.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang