PB - 12

15.8K 545 12
                                    

Lambat laun Rania mulai menerima dan terbiasa jika hubungannya dengan Adit memang harus berakhir. Saat awal-awal ia masih merasa denial dengan berpikir Adit akan kembali, tapi jelas hal itu tidak mungkin terjadi. Apalagi sudah hampir dua bulan berlalu semenjak mereka bertengkar di kantor ketika perselingkuhan pria itu diketahui karyawan lain.

Perasaan Rania kepada pria itu jelas masih ada, tidak mungkin secepat itu ia melupakan Adit meskipun pria itu sangat menyakitinya. Tapi rasa itu sekarang lebih didominasi oleh ilfeel. Sikap Adit benar-benar membuat Rania muak karena begitu tidak tahu malu. Bukannya menyesal, kini Adit malah menunjukkan hubungannya bersama Yuna secara terang-terangan.

Rania tidak bisa berbuat banyak karena tidak berhak untuk berkomentar. Hanya segelintir orang kantor yang ikut muak melihat tingkah Adit dan Yuna, selebihnya mereka tidak mau ikut campur. Setiap orang pasti sibuk dengan urusannya masing-masing dan tidak memiliki waktu untuk mengurusi hidup orang lain. Jadi, Rania juga akan fokus dengan hidupnya mulai sekarang, ia akan menganggap dua manusia itu tidak kasat mata dari pada terus sakit hati.

Rania mulai menata ulang hidupnya yang sempat berantakan. Padahal yang hilang saat itu hanya Adit, ia masih memiliki keluarga di kampung, pekerjaan, bahkan sahabat yang selalu ada untuknya. Tapi hilangnya Adit seolah-olah membuat hidup Rania sangat kacau. Mungkin karena Rania menganggap Adit sebagai sosok yang bisa ia andalkan di kota ini, maka dari itu kehilangan pria itu menjadi masalah yang sangat besar untuknya.

Tapi ternyata setelah dijalani, ia tetap baik-baik saja tanpa pria itu. Seharusnya seperti itu sejak awal mereka berpisah, karena ketika bersama pun Adit tidak berkontribusi banyak di hidupnya. Rania tetap melakukan semuanya sendiri dan Adit hanya menjadi tempatnya berkeluh kesah ketika sedang lelah. Untuk saat ini, tempatnya bercerita hanyalah Kira sampai ia menemukan tambatan hati baru yang tentu saja tidak akan ia pilih dengan sembarangan lagi. Belajar dari pengalaman, Rania harus lebih berhati-hati.

Karena kebetulan sekarang hari Minggu, Rania ingin me time sebentar, sebelum besok menjalani hari-hari yang melelahkan di kantor. Setelah bersiap-siap, Rania segera berangkat ke supermarket. Tujuan utamanya sebenarnya ingin grocery shopping, sebulan ini ia merasa makanan yang ia makan mulai sembarangan. Jadi, Rania ingin memperbaiki pola makannya meskipun berat tubuhnya malah berkurang dua kilo akibat patah hati kemarin.

Dari pada melihat-lihat baju, tas ataupun heels, Rania lebih suka berlama-lama menghabiskan waktu untuk berbelanja buah dan sayur. Ketika melihatnya matanya terasa segar, meskipun saat melihat barang fashion ia juga merasa segar, hanya saja harganya suka bikin sakit mata dan tidak ramah untuk dompetnya.

Ketika melihat wortel, Rania tiba-tiba teringat dengan Radeva. Pria itu memiliki kebiasaan yang cukup aneh menurutnya yaitu suka mencemili wortel mentah. Ia baru tahu kebiasaan aneh itu saat melihat Bu Diana atau ibu pria itu selalu membawakan wortel mentah yang diiris tipis-tipis setiap datang mengunjungi Radeva di kantor. Entah kenapa, Rania ingin membelinya dan membawakan untuk pria itu. Hitung-hitung untuk membalas semua kebaikan Radeva selama ini kepadanya.

Setelah memasukkan wortel ke dalam troli belanjanya, Rania melanjutkan langkahnya untuk melihat-lihat sayuran yang lain. Ia merasa sangat puas melihat belanjaannya kali ini, sudah lama rasanya ia tidak berbelanja dan ketika melakukannya lagi ia merasa begitu senang.

***

Keesokan harinya, saat Radeva minta dibawakan kopi Rania juga membawakan potongan wortel yang ia bawa dari kost. Ketika merasa gugup, ia langsung menggelengkan kepalanya. Untuk apa ia merasa gugup seperti ini. Tidak ada yang spesial dari wortel yang ia bawakan selain sebagai ucapan terimakasih untuk pria itu meskipun sudah sangat terlambat.

Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang