Possessive Boss

PB - 34

Anak tunggal dengan hidupnya yang sempurna. Mungkin sebagian orang akan berpikiran seperti itu saat melihat Radeva. Menjadi anak tunggal dari sepasang suami istri yang hidupnya harmonis dan berkecukupan. Siapa yang tidak iri saat melihatnya?

Sejak kecil hidupnya sudah ditentukan akan kemana, Radeva tidak punya pilihan selain mengikuti. Bahkan untuk mengutarakan keinginannya saja ia tidak diberi kesempatan. Semua sudah diatur dengan sedemikian rupa oleh orang tuanya dan ia hanya tinggal mengikutinya saja.

Beberapa temannya bahkan pernah secara terang-terangan bilang jika iri dengan hidupnya. Mereka bilang ia tidak perlu bersusah payah memikirkan masa depan karena takdirnya adalah meneruskan perusahaan yang sudah kakeknya bangun dengan susah payah. Radeva tidak akan tahu susahnya mencari kerja seperti yang dialami oleh sebagian orang. Apa yang mereka katakan tidak sepenuhnya salah karena memang itu yang terjadi kepadanya sekarang.

Namun, mereka tidak tahu jika digariskan menjadi anak tunggal dan menjalani kehidupannya sekarang tidak semudah yang dibayangkan. Sepanjang hidupnya, Radeva tidak memiliki saingan. Tapi hal itulah yang selalu menjadi keresahan dalam hatinya.

Sebagai anak satu-satunya yang dimiliki oleh orang tuanya berarti ia menjadi satu-satunya pemikul harapan orang tua. Semakin bertambah usia, semakin besar pula beban yang ada di pundaknya. Terkadang ia juga kebingungan, mana semestinya yang harus ia gapai terlebih dahulu. Harapannya sendiri atau harapan orang tuanya?

Hela napas Radeva terdengar semakin berat seiring dengan cengkramannya pada setir kemudi yang semakin kuat. Ia sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya untuk menjelaskan hubungannya dengan Rania. Sejujurnya ia sangat enggan melakukan ini, tapi ia harus bergegas sebelum orang tuanya bertindak terlebih dahulu. Ia harus menegaskan jika mereka tidak berhak ikut campur dalam masalah percintaannya dan ia yang akan menentukan sendiri siapa perempuan yang akan menjadi pendamping hidupnya.

Jika dibilang buruk, sejujurnya hubungannya dengan orang tuanya tidak seburuk itu. Radeva hanya lelah selalu dituntut untuk mengikuti apapun yang mereka mau. Cukup dalam urusan pekerjaan saja ia melakukannya, untuk masalah percintaan ia ingin melakukannya sendiri.

Radeva tahu apa keinginan orang tuanya. Mereka ingin ia menikah dengan salah satu gadis yang dikenalkan kepadanya. Dimana gadis-gadis itu bisa memberikan dampak baik pada perusahannya. Entah mereka anak pemegang saham perusahaan atau anak pemilik perusahaan lain yang bisa semakin memperkuat posisinya. Tapi dari sekian banyak wanita yang dikenalkan kepadanya, tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik. Terkesan naif, tapi ia ingin merasakan cinta yang tulus antara ia dan pasangannya. Hubungan mereka bukan hanya didasari untuk bisnis.

Dalam kondisi seperti ini ia jadi menyesali keputusannya dulu yang tidak berusaha keras untuk membujuk Papanya agar mengizinkan Mamanya hamil lagi. Alasan ia menjadi anak tunggal karena Papanya trauma melihat Mamanya sempat koma setelah melahirkannya. Papanya sangat mencintai Mamanya dan tidak ingin kehilangannya, hingga membuatnya takut kejadian serupa akan terulang lagi.

Radeva pikir, tidak masalah jika ia tidak memiliki Adik. Namun sekarang hal itu baru ia rasakan akibatnya. Radeva jadi iri kepada Arjuna. Lihat saja sepupunya itu yang hidupnya begitu tentram karena memiliki seorang Adik perempuan yang tentu saja lebih diperhatikan oleh orang tuanya. Bahkan Arjuna hingga sekarang masih tinggal dengan orang tuanya, berbeda dengannya yang memilih keluar dari rumah karena tidak tahan terus mendapatkan tekanan dari mereka.

Mobil yang dikendarainya sudah berhenti di carport sejak beberapa menit yang lalu. Tapi Radeva belum beranjak keluar. Ia masih termenung di dalam mobil untuk mengulur waktu. Padahal jika dipikir-pikir ia datang cukup terlambat. Mamanya memintanya datang sejak siang, tapi ia baru tiba di rumah saat jam makan malam.