Sudah baca part 14? ☝
Note: aku nanya gini ke kalian, untuk memastikan kalian udah baca part sebelumnya atau belum, krn aku amati, tiap aku double up, banyak yg bacanya langsung di part terakhir part yg aku up, bukan baca dulu di part sebelumnya. Yang aku takutkan, nanti kalian bingung bacanya, dan rasa ga nyambung sama ceritanya:(
🌷🌷🌷Happy Reading🌷🌷🌷
.
Gladys pulang dengan raut wajah sebal, perasaannya sulit di deskripsikan. Antara benci, kesal, cemburu, bercampur aduk menjadi satu. Ini semua karena sosok jiwa pemilik raga yang ia tempati kala ini. Ia begitu benci karena Gladys yang asli tidak ingin kembali ke raganya, juga ia cemburu saat melihat Aska bersama Gladys yang ada di raganya. Sangat menyebalkan.
Gladys melangkah masuk ke dalam rumahnya, dan langsung disambut oleh Aliya yang sejak tadi menunggu kehadirannya. Ia mencium punggung tangan wanita setengah baya itu.
"Gladys sayang, kamu dari mana aja? Kata Gama, kamu kerja kelompok di rumah teman kamu, iya?” Tanya Aliya.
Gladys mengangguk meski sebenarnya ia berbohong, “Iya, Ma.”
“Kamu bikin Mama khawatir aja, Mama nggak tenang, loh mikirin kamu dari tadi, takut kamu kenapa-napa dijalan,” ucap Aliya.
“Santai aja lah, Ma, nggak usah khawatir gitu. Gladys udah besar, udah bisa jaga diri sendiri.”
“Tapi tetep aja di mata Mama kamu itu masih putri kecil Mama!” Aliya menyoel hidung Gladys. “Yaudah, sekarang kamu pasti lapar. Ayo kita makan dulu, gih!”
Aliya mengajak Gladys untuk makan bersama, ia berjalan ke arah ruang makan diekori oleh gadis itu.
Gladys mendaratkan bokong di kursi, ia memperhatikan tiap gerak Aliya yang sibuk menyendokkan nasi dan lauk pauk ke atas piring.
"Mama belum makan?” Tanya Gladys.
Aliya menggeleng, “Belum. Orang Mama nungguin kamu pulang dari tadi baru Mama mau makan.”
Gladys hanya ber-oh ria sebagai respon, lalu ia menerima sodoran piring dari Aliya. Ia menatap makanan di piringnya yang terlihat begitu lezat dan sedap. Pelan-pelan, ia pun mulai mengunyah makanannya.
Netra Gladys sesekali melirik ke sana ke mari, seolah sedang mencari keberadaan seseorang. Di sela-sela suapannya, ia bertanya kepada Aliya. “Ma, bang Gama mana?”
Aliya mendongak menatap Gladys, “Abang kamu lagi di kamar istirahat, tadi dia ngeluh gak enak badan.”
Gladys mengernyit, “Nggak enak badan? Perasaan tadi di sekolah masih sehat-sehat aja?”
“Entahlah, dia tiba-tiba aja bilang badannya gak enak sepulang sekolah tadi. Oiya, setelah kamu makan dan mandi nanti, Mama boleh minta tolong gak, Nak?”
“Minta tolong apa, Ma?”
“Tolong anterin makanan ke kamar Gama, ya. Sekalian kamu liatin juga keadaan abang kamu.”
“Siap, Ma.”
~~~~~~~~Atas suruhan Aliya, Gladys kini berniat mengantarkan makanan ke kamar Gama. Tampak di tangannya ia memegang napan yang ditaruh semangkuk bubur dan segelas air hangat. Ia melangkah pelan menaiki satu persatu anak tangga agar tak jatuh.
Tiba di depan kamar cowok itu, lantas dia mengetuk pintu yang hanya terbuka setengah.
“Gue boleh masuk?” Tanya Gladys, namun Gama tidak merespon. Cowok itu terlihat membaluti tubuhnya dengan selimut sampai batas leher. Matanya sayu, tidak melirik Gladys sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi
FantasiRadhinia Atma Mahaputri, gadis dengan sifat bobrok, sedikit tomboy, dan bar-bar itu, semula mengalami insiden tabrakan mobil ketika ia dalam perjalanan menuju sekolah. Sehingga menyebabkan jiwanya mesti terjebak dalam raga seorang gadis asing bernam...