Pagi harinya, Gladys baru saja terbangun dari tidurnya. Sayup-sayup ia membuka mata, pemandangan yang ditangkap oleh netranya pertama kali adalah sebuah ruangan bercat putih yang nampak tidak begitu asing baginya. Gladys melenguh pelan, lalu bangun duduk. Mengucek-ngucek matanya sesaat sebelum membuka matanya lebar.
Mulutnya naas terbuka, ia begitu terkejut dengan pemandangan di depannya. Ia menatap ke setiap sudut ruangan. Tidak salah lagi, ini kamarnya. Kamarnya yang asli, kamar seorang Dinia.
Gladys membekap mulutnya tak percaya, ia lalu mulai meraba-raba wajah, tangan, dan kepalanya sendiri. Lantas, dengan tergesa-gesa, ia melangkah mendekat ke arah meja rias guna dapat melihat dirinya di pantulan cermin.
"What, ini gu-gue, ini gue Diniaaaa!!!!" Teriak gadis itu kegirangan sambil meloncat-loncat. Ia memegang wajah manisnya, menatap wajah itu di cermin. "Sekarang gue udah kembali jadi Dinia!!! Mulai sekarang gue Dinia, bukan Gladys! Akhirnya gue bisa kembali ke raga gue, seneng banget ya Tuhan!!!"
Akhirnya, saat-saat yang ditunggu seorang Dinia pun terjadi juga. Mulai sekarang, gadis itu berada di dalam raga aslinya. Dan panggil ia Dinia. Radhinia Atma Jaya. Bukan Gladys Arunika.
Dengan hati yang berbunga-bunga, Dinia langsung berlari keluar dari kamarnya. Mencari-cari keberadaan Desi dan ia melihat wanita paruh baya itu tampak sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Dinia berlari ke arah Desi, spontan memeluk wanita paruh baya itu.
Desi naas mematung kaget ditempat, "Nak Gladys, kamu kenapa?"
"Ini bukan Gladys, Bu! Tapi ini aku Dinia anak Ibuuu!” seru Dinia, belum melepaskan pelukannya dari Desi.
Desi sontak melerai pelukannya dengan Dinia, ia memegang kedua pundak gadis itu. Menatapnya, "Ini bener anak Ibu Dinia? Kamu Dinia?"
Gladys mengangguk cepat, "Bener, Bu! Aku Dinia! Aku udah kembali ke raga asli aku, aku seneng banget buuu!"
"Yang bener? Astagaaa, Ibu seneng banget, Din!!!” seru Desi tak menyangka, ia jadi ikut senang.
"Mulai sekarang aku bukan lagi Gladys anak Mama Aliya, tapi aku Gladys anak Ibu!!!"
"Ibu seneng banget, Din!"
"Oiya, Bu, Gladys mau pergi ke sekolah hari ini, Gladys kangen banget sama temen-temen Gladys!"
"Yaudah, sekarang kamu buruan sarapan, ya, Nak!" pinta Desi, ia menyuruh Dinia duduk di kursi meja makan. Lalu mulai menyendokkan nasi pada Dinia.
"Wah, ada ikan asin, tempe, dadar, sambal terasi! Dinia kangen banget makan masakan ibu!" ucap Dinia.
Desi tertawa, "Masa, sih? Kan di sana kamu juga makan enak-enak 'kan?"
"Enak, ya, enak, sih, Bu. Tapi gimana pun, masakan ibu tetap yang paling enak di lidah Dinia!" Dinia mengacungkan jari jempolnya pada Desi.
"Ah, kamu bisa aja, Din. Yaudah, nih, makan!"
~~~~~~~~
Gladys membuka mata yang hampir terpejam selama sembilan jam. Ia menatap ruangan yang amat tidak asing baginya. Ia terbangun, betapa terkejutnya ia kala menyadari dirinya sudah berada di dalam kamar aslinya. Ia menoleh ke arah cermin, sontak membelalakan mata kala melihat wajahnya di cermin.
Ia menggeleng tak percaya, "Ini wajah gue? Akhh! Gue udah kembali ke raga gue!"
Tanpa aba-aba Gladys sontak meloncat-loncat dengan perasaan girang di atas kasurnya. Padahal seingatnya, semalam ia terjatuh di kamar mandi rumah Dinia sampai pingsan. Namun sekarang, ia telah kembali ke raganya mungkin lewat kejadian itu.
"Aaaakhh, gue udah kembali jadi Gladys! Muka gue cantik banget astagaa!" Gladys menatap wajahnya di cermin. Terlihat amat cantik. "Yess! Gue seneng banget!"
Ceklek!
Knop pintu kamar Gladys tiba-tiba dibuka oleh seseorang. Spontan gadis itu langsung terdiam dan duduk diatas ranjangnya karena kaget akan siapa yang datang. Namun, yang muncul malah Aliya. Wanita paruh baya itu menatap heran ke arah Gladys.
"Dinia, pagi-pagi 'kok kamu udah teriak-teriak? Ada apa?" Tanya Aliya.
Gladys tersenyum, ia lalu berjalan mendekati Aliya. Tanpa aba-aba ia memeluk erat tubuh wanita itu. "Ma, ini Gladys. Bukan Dinia."
"Hah? Gladys? Ini beneran kamu sayang?"
"Iya, Ma." Gladys lantas mendongak menatap Dinia. "Aku udah kembali ke raga asli aku. Padahal semalam, aku ingat kalo aku jatuh dari kamar mandi di rumah Dinia. Tapi tiba-tiba pas aku bangun--eh, aku udah ada di sini. Gladys seneng banget, Mama!!!"
"Ya ampun, Mama gak nyangka banget. Mama turut senang, sayang! Akhirnya anak Mama comeback ke rumah ini!”
Gladys tersenyum bahagia, "Ma, Gladys laper, Ma. Pengen makan, tapi harus masakan Mama."
Aliya menoel hidung Gladys gemas, "Hmm, mulai lagi, deh manjanya."
~~~~~~~~~~
Dinia baru saja menginjakkan kakinya di SMA Cempaka Putih. Ia begitu merindukan suasana di sekolah ini. Senyuman dari wajah Dinia tidak pernah luntur, ia meremas tali ranselnya sambil berjalan dengan langkah riang nan penuh semangat.
"Selamat pagi, semua!!!" sapa Dinia ketika masuk di dalam kelasnya. Netranya langsung bertemu dengan netra Kia dan Rara. Tanpa aba-aba, Dinia langsung berlari menghampiri Kia dan Rara lalu memeluk kedua gadis itu.
"Kia, Rara! Gue kangen banget sama kalian!!!" Teriak Dinia, memeluk kedua sahabatnya itu erat dan spontan.
"Eh, eh, Din! Lu kenape?" Tanya Kia mengernyit heran pada Dinia.
"Orang kita baru ketemu kemarin masa langsung kangen? Lebay amat lu, Din! Kek nggak pernah ketemu lima tahun aja!" cibir Rara.
"Iih, kalian jangan gitu, dong! Kita udah lama tau, nggak ketemu. Gue rinduuuu banget sama dua sahabat gue yang paling gila, sesat, dan tolol ini!”
"Din, lepas, please!" Pinta Kia dengan napasnya yang terengah-engah.
"Dinia anjeng, sesak napas gue, sat!" Teriak Rara.
Dinia akhirnya melerai pelukan itu, ia menatap Kia dan Rara sembari tertawa. Ia lalu mencubit pipi kedua sahabatnya itu, "Kalian udah lama ga gue lihat bukannya makin cantik, malah makin kek
hantu wewe gombel!""Bangsat!" Ketus Kia, ia memukul baju Dinia.
Dinia terkekeh melihat raut wajah Kia dan Rara yang tampak sebal. Namun tak lama, netranya tiba-tiba bertemu dengan Aska. Cowok itu datang menghampirinya.
Mereka berdua saling berjalan maju mendekat. Saling melempar tatapan juga senyuman.
"I miss you, my Girl!"
"I miss u too, my pig!"
Mendengar balasan kalimat dari Dinia, membuat Aska membelalakkan matanya layaknya orang marah.
Dinia tertawa renyah, "Canda-canda."
Detik berikutnya, tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi, Dinia dan Aska lantas berpelukan erat melepas rindu. Sontak saja seisi kelas yang melihat adegan romantis itu langsung bersorak menggoda dan mengejek mereka.
'Yang jomblo jangan iri, yaa!!!" Teriak Dinia, lalu tertawa terbahak-bahak.
Selang beberapa detik suasana kelas mendadak hening, sedangkan Aska dan Dinia masih berpelukan.
"Ehem!"
Mendengar deheman seseorang, Dinia lantas terperanjat kaget dan langsung melepas pelukannya dengan Aska, begitu pula yang dilakukan Aska. Mereka langsung menyorot ke arah guru pria berkumis yang tiba-tiba saja masuk. Jujur, mereka jadi malu sendiri.
"Pagi-pagi udah disuguhi adegan di drakor, hmm. Duduk sana!"
"Ba-baik, Pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi
FantasiRadhinia Atma Mahaputri, gadis dengan sifat bobrok, sedikit tomboy, dan bar-bar itu, semula mengalami insiden tabrakan mobil ketika ia dalam perjalanan menuju sekolah. Sehingga menyebabkan jiwanya mesti terjebak dalam raga seorang gadis asing bernam...