udah baca part 16 kan? ☝
***************
Tiga hari berlalu.
Gladys terlihat tengah duduk di meja rias sembari menyisir rambut panjangnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin, ia tersenyum. Wajahnya semakin hari semakin terlihat mulus dan cerah, beruntusan dan juga flek hitam di wajahnya semakin memudar. Itu semua berkat Aliya yang telah memberinya skincare juga rutin mengajaknya untuk melakukan perawatan diri ke klinik kecantikan.
"Cantik juga nih muka, tapi sayang ... muka secantik ini harus dimilikin sama cewek minus akhlak kek Gladys," cibirnya.
Tidak lama, knop pintu kamar Gladys dibuka oleh seseorang. Memunculkan Gama yang masuk begitu saja dan langsung membanting tubuhnya ke atas ranjang.
Gladys melihat Gama dari pantulan cermin, "Udah sembuh lo?"
"Udah dari kemarin kali."
Gladys merespon dengan ber-oh ria. Lalu ia kembali melanjutkan kegiatan menyisir rambutnya.
"Kalau diliat-liat, ternyata lo cantik juga," Puji Gama, menatap pantulan wajah Gladys di cermin.
Gladys mendengkus geli, "Dulu ngatain gue burik, sekarang malah ngatain gue cantik."
Gama tersenyum simpul, "Maaf. Dulu gue bilang kek gitu, karena gue benci sama lo."
"Oh, gitu." Gladys mengangguk singkat.
"Tapi itu dulu. Sekarang ... rasa kebencian itu mulai memudar seiring berjalannya waktu."
Gladys tersenyum, "Anjayy!"
Gama terkekeh, "Lo bisa bilang anjay juga, ya, ternyata. Siapa yang ajarin?"
"Belajar otodidak, Kak," Jawab Gladys ngasal.
Tidak merespon lagi ucapan Gladys, Gama lantas mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. "Glad?" Panggilnya.
"Hm," sahut Gladys berdehem.
"Gue minta maaf," ucap Gama tiba-tiba.
"For?"
"Karena udah sering nyakitin dan ngasarin lo, maafin gue."
Gladys mengangguk-anggukan kepalanya santai, "Oke, gue maafin."
"Thanks," ucap Gama merasa senang, ia menarik kedua sudut bibirnya.
Kira-kira gimana, ya, perasaan Gama? Kalau tau ternyata sebenarnya gue ini bukan Gladys? Batin Gladys jadi bertanya-tanya. Ia lantas membalikkan posisi duduknya lurus berhadapan dengan Gama, sembari terus menyisir rambutnya. "Ga?" Panggilnya.
"Kenapa?" Tanya Gama mengangkat satu alisnya.
"Lo percaya ga, sih, sama yang namanya transmigrasi jiwa?" Gladys melempar pertanyaan balik pada Gama.
Gama mengernyit, "Perpindahan jiwa?"
Gladys mengangguk mengiyakan, "Semacam ... gini. Ada dua manusia yang
mengalami perpindahan jiwa, atau mungkin lebih tepatnya jiwa mereka tertukar dalam raga mereka.""Terus?"
"Ya itu gue nanya, lo percaya apa enggak?"
Gama spontan terkekeh, "Gladys ... Gladys. Mana ada di dunia nyata transmigrasi jiwa! Lo kebanyakan nonton film fantasi?"
"Kalau misalkan ada gimana?" Tanya Gladys dengan ekspresi serius, membuat Gama terdiam sesaat.
"It is impossible," Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi
FantasyRadhinia Atma Mahaputri, gadis dengan sifat bobrok, sedikit tomboy, dan bar-bar itu, semula mengalami insiden tabrakan mobil ketika ia dalam perjalanan menuju sekolah. Sehingga menyebabkan jiwanya mesti terjebak dalam raga seorang gadis asing bernam...