🌷20: Coklat or Vanila?

222 17 0
                                    


"Glad, lo udah nomor berapa?" Tanya Bunga kepada Gladys di sela-sela ia mengerjakan soal.

"Tinggal satu nomor lagi," Jawab Gladys tanpa melirik Bunga sedikitpun. 

"BUZETTT, GERCEP AMAT NENG! Gue aja masih nomor satu, mana kertas cakaran udah abis lima lembar lagi, nggak ketemu-ketemu juga jawabannya!"

Bunga lalu mendekatkan wajahnya pada Gladys sambil senyam-senyum. "Glad, bagi no satu, dong!"

Gladys memutar bola mata malas, "Pikir sendiri!"

"Idih, sok ya sekarang! Mentang-mentang udah pinter pelit-pelit jawaban sama temen sendiri!" cibir Bunga.

Gladys menghembuskan napas, lalu melempar pelan buku tugasnya selesai ia mengerjakan pada Bunga. "Nih, bacot amat!"

Senyum Bunga langsung mengembang, "Nah, ini baru besti gue!"

"Hm," Gladys berdeham cuek.

Bunba tiba-tiba memeluk lengan Gladys erat, "Makasiii bestie gue Gladys yang paling cantik sejagat raya! Gue doain suatu saat lo nikah sama Jaemin ensiti dalam alam mimpi!"

"Bangkek!" umpat Gladys. "Bener dikit, kek doainnya!”

Bunga sontak terkekeh kecil, "Sorry-sorry. Ya Tuhan, semoga aja Gladys jodoh beneran sama Jaemin ensiti di dunia nyata, aamiin."

Sontak Gladys turut mengaminkan doa Bunga, lalu ia menepis tangan Bunga dari lengannya. "Udah, ah, lepas. Tangan gue lama-lama dipeluk sama lo yang ada bisa remuk!”

"Huh, makanya jangan kurus kek tulang! Kek gue dong, lemaknya banyak!” ledek Bunga.

"Bodyshaming lu yee!”

"Ooh, jadi situ tersinggung? Sorry yee, emang gue pikirin?"

Gladys menghela napas kesal melihat tingkah laku Bunga yang rada-rada gila dan menjengkelkan, ia sampai dibuat geleng-geleng kepala. "Udah dikasih contekan, malah ngeledek! Kagak tau bales budi!”

"Lah, ngapain gue harus balas budi? Emang si budi punya salah apa?"

Mendengar respon dari Bunga membuat Gladys menepuk jidat pelan, "Capek emang ngomong sama orang waras."

Tidak lama, Daffa tiba-tiba muncul memasuki ruangan kelas Gladys. Cowok itu tersenyum memamerkan deretan giginya seraya menghampiri bangku Gladys.

“Glad, ini jam istirahat. Lo nggak ke keluar?" Tanya Daffa ketika tiba dihadapan Gladys.

Gladys menggeleng seraya tersenyum simpul, "Nggak, gue males jalan."

"Oh gitu, yaudah. Nih, gue beliin lo susu coklat di kantin tadi," Daffa tiba-tiba menyodorkan susu kotak pada Gladys.

Gladys menunjuk dirinya sendiri, "Buat gue?"

"Iya buat lo, nih amb--"

“Gladys!!!" ucapan Daffa terhenti ketika Gama memasuki kelas seraya memanggil nama Gladys. Ia terlihat menghampiri bangku gadis itu, mengalihkan atensi mereka semua.

"Glad, ini gue beliin susu buat lo," ucap Gama tersenyum seraya menyodorkan susu kotak rasa vanilla pada Gladys.

"Gue lebih dulu mau ngasih susu ini ke Gladys," celetuk Daffa, membuat Gama menoleh padanya.

Gama mendengkus geli, "Perhatian amat! Emang lo siapanya?"

“Sosok temen yang akan selalu ada buat Gladys,"

Jawaban dari Daffa lantas membuat Gama terkekeh kecil, "Jawaban lo udah kek temen terbaik Gladys."

Daffa menatap Gama sinis, sedikit tak suka melihat sahabatnya itu. "Lo sendiri? Tumben-tumbenan perhatian sampai ngasih Gladys susu segala. Kesambet apa lo hari ini?"

I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang