🌷29: GLAD, AYOK PACARAN

168 12 0
                                    

Ceklek!

Knop pintu kamar mandi ditarik dari luar oleh Gladys, gadis itu baru saja selesai membuang air kecil. Lantas ia mendekat ke arah cermin wastafel guna berkaca agar bisa memperbaiki penampilannya. Samar-samar, ia mendengar suara beberapa gadis di dekatnya yang tertawa seolah-olah sedang membicarakan namanya.

Gladys yang sibuk mengoleskan liptint di bibirnya menghentikan kegiatannya sejenak, ia melirik beberapa gadis di belakangnya itu lewat pantulan cermin. Mereka kenapa? Kok kayak ngomongin gue? Batin Gladys.

Tidak ingin berlama-lama ada di situ dengan adanya orang-orang yang membuat dirinya cukup risih, Gladys lantas bergegas keluar dari toilet. Ia masih bingung kenapa gadis-gadis di dalam toilet tadi membicarakannya.

"Gladys!!!" Suara teriakan Nina terdengar dari arah belakang, Gladys lantas berbalik dan menoleh pada Nina yang berlari menghampirinya.

"Nin, lo kenapa?" Tanya Gladys heran.

"Glad, ikut gue sekarang!" Ajak Nina, napasnya terengah-engah karena berlari.

"Kemana?"

"Udah, ikut aja ayo!" Tanpa menjawab pertanyaan Gladys lebih dahulu, Nina langsung saja menarik pergelangan tangan gadis itu. Sementara Gladys hanya bisa pasrah sekaligus heran, sebenarnya Nina hendak mengajaknya kemana.

Kedua gadis itu terus berjalan menyusuri koridor yang tumben-tumbennya tampak sepi, sampai mereka akhirnya berhenti di atap rooftop. Gladys mengernyit, menatap Nina. Apa yang akan mereka lakukan di sini?

"Nin, ngapain lo bawa gue ke sini?" Tanya Gladys.

Tidak menjawab, Nina malah menuntun langkah Gladys untuk maju ke depan, sampai jarak mereka hanya semeter dari pagar pembatas. Ia kemudian tersenyum, menatap Gladys. "Glad. Hari ini bakal jadi hari yang paling spesial dan bersejarah buat lo?"

"Hah? Maksud lo?"

"Nanti juga lo tau. Lo tunggu sini bentar, gue mau manggil seseorang!" Nina berjalan meninggalkan Gladys.

"Nin! Nina!" Panggil Gladys, ia menghembuskan napas kesal. "Ck, kok gue malah ditinggal, sih?"

Gladys berdecak, netranya menatap ke arah lapangan di bawah sana. Keningnya berkerut, lapangan yang biasanya ramai dipenuhi manusia, tiba-tiba saja siang ini tampak kosong melompong. Tak ada satu pun murid yang berseliweran di sekitarnya. Beberapa saat, Gladys merasakan sebuah tangan kekar merangkul pundaknya. Reflek ia kaget, menoleh spontan yang ternyata ada Daffa yang kini berdiri di sebelahnya.

"Daffa?" Gumamnya terkejut.

"Aku boleh minta, kamu pejamin mata kamu sebentar aja, gak?" Tanya Daffa, Gladys membalas anggukan kikuk mematuhi Daffa, ia memejamkan matanya memenuhi permintaan cowok itu.

"SEMUANYA SIAP, YA. DALAM HITUNGAN KE TIGA, KALIAN HARUS UDAH RAPI BARISANNYA, OKE?" Daffa tiba-tiba berteriak ke arah lapangan, membuat Gladys semakin dibuat bingung. Ia lalu mengucapkan aba-aba."SATU ...."

Ketika Daffa mengucapkan angka satu, para murid kian ramai berlari berdatangan di lapangan, dan berdiri layaknya membentuk sebuah barisan.

"DUA ...."

"TIGA!!!"

"Sekarang, boleh buka mata kamu!" Pintanya pada Gladys.

Tepat ketika Daffa menyuarakan angka tiga, terbentuklah sebuah barisan yang sepertinya sudah diatur sejak awal. Dan barisan itu, memperlihatkan sebuah kalimat.

GLAD, AYOK PACARAN 

Mulut Gladys spontan terbuka, ia membekap mulutnya sendiri. Gladys tidak dapat menyembunyikan raut keterkejutannya. Jantungnya berdegup kencang, aliran darahnya berdesir hebat diiringi rasa kebahagiaan yang meletup-letup memenuhi rongga dada. Daffa ... baru saja menembaknya?

I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang