🌷10: Bertemu raga Dinia

277 22 1
                                    


🌷🌷🌷Happy Reading🌷🌷🌷

.

“Lo tuh kalau datang bulan, bilang! Biar gak gini jadinya! ” ketus Gama dengan nada pelan.

"Ck, udahlah, Ga. Mungkin datangnya mendadak, dia ga tau, ” celetuk Naren, melangkah seraya menenteng dua kresek besar di kedua genggaman tangannya.

Gladys memejam mata seraya menghela napas jengah. Coba saja tadi ia tidak ikut, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.

Matanya yang baru terpejam beberapa detik, tiba-tiba kembali terbuka kala suara mesin motor menyapa telinganya. Langkahnya terhenti sejenak, ia melihat seorang lelaki pengendara motor itu, turun lalu membuka helmnya. Astaga, Aska? Apa benar itu dia? Dan kenapa dia membonceng seorang cewek?

Gladys memelototkan matanya, berjalan menghampiri Aska diekori oleh Gama yang terus menjaganya dari belakang. “Aska!!! ”

Lelaki bertampang manis yang dipanggil Aska itu langsung menoleh ke sumber suara. Ia mengernyit ketika menyadari seorang gadis asing berjalan mendekatinya dan menyebut namanya.

“Ka! Kamu---” Gladys menggantung ucapannya, ia melirik gadis di sebelah Aska yang menutup wajahnya dengan helm fullface. "Kamu jalan sama siapa ini, Ka? Kamu selingkuh?? ”

Aska cowok itu nampak mengernyit, “Ha? Maksud lo apa? Lo siapa? ”

"Oh, gitu ya kamu sekarang! Pura-pura ga kenal aku! Aku nggak nyangka kamu bisa lakuin ini ke aku, parah. Dasar tukang selingkuh!!! ”

“Hah? Lo siapa, sih?! Sejak kapan gue pacaran sama lo? Kenal aja enggak! ” balas Aska ketus.

“Ka! Apa perlu aku ingetin kalau aku ini Din---”

“Dia siapa, sih, Yang? ” Gadis di sebelah Aska itu ikut bersuara, menyela ucapan Gladys. Ia nampak membuka helmnya.

Sontak, Gladys terkejut ketika gadis itu membuka helm. Bagaimana tidak? Gadis itu adalah dirinya. Itu raganya.

“G-gue?? ” beo Gladys menatap raganya. Ia lupa bahwa dirinya berada di dalam raga seorang Gladys. Pantas saja Aska tidak mengenalnya.

“Kenapa lo natap cewek gue gitu?? ” tanya sinis Aska, dia kemudian menyorot Gama yang sedari tadi hanya diam menyimak. “Bro? Cewek lo? ”

Gama mengerjap beberapa kali, ngelag sesaat sebelum akhirnya menggeleng. “Nggak, dia adik gue. Maaf udah bikin keributan, kita permisi. ” Gama langsung menarik tangan Gladys ikut dengannya.

Kini Gama berjalan di sebelah Gladys sembari menggenggam kuat tangan gadis itu. Gantian Naren yang menjaganya dari belakang.

Gama melirik Gladys tajam, “Lo malu-maluin tau nggak! Ngapain lo marah-marah sama orang asing yang gak kenal lo!? ”

“Cowok tadi itu siapa? Lo kenal sama dia? ” Naren turut bertanya.

“G-gue salah orang, ” Jawab Gladys reflek.

“Salah orang? ” Tanya Naren mengernyit, mewakili Gama yang juga merasa jawaban Gladys sangat tidak rasional.

“I-iya, gue kira itu tadi Aska pacar gue. Ternyata bukan, heheh, ” Gladys beralasan.

“Lo ... sejak kapan punya pacar? ” Tanya Gama.

“Aduh, kepo banget sih, kalian! Intinya tadi tuh gue salah orang! Udahlah, lupain aja! ” balas Gladys ketus. Ia menyilangkan kedua tangan di depan dada. Ia masih sangat malas untuk merespon pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Gama dan Naren. Sebab, ia masih memikirkan raganya. Siapa sesungguhnya jiwa yang menempati raganya?

I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang