Mata Gladys yang yang tadinya terpejam karena terlelap, tiba-tiba dibangunkan oleh adanya suara sayup-sayup seseorang yang memanggil-manggil namanya. Ia merasa bahunya diguncang dengan kuat. Lantas ia membuka matanya pelan-pelan seraya memegang kepalanya, berusaha mengumpulkan kesadarannya secara total. Nampak di depan matanya, ada seorang gadis yang sangat ia kenali. Gladys yang asli muncul di depannya dengan pakaian serba putih. Yang membuatnya lebih heran lagi, ia terbangun bukan di rumahnya. Melainkan di sebuah tempat, yang semua nampak putih dan kosong."Dinia, akhirnya lo sadar," ucap Gladys yang asli. Ia membantu Dinia untuk bangkit berdiri.
Dinia mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, tetapi yang dilihatnya kosong. Tak ada apapun selain warna putih yang mencolok. Dinia menatap dirinya dari atas sampai bawah, ternyata ia juga mengenakan baju serba putih. Sama seperti Gladys.
"Dinia, kita udah kembali ke raga kita! Kita harus keluar dari sini!" Ajak Gladys, mengenggam tangan Dinia.
Dinia mengangguk spontan tanpa penolakan, lalu Gladys langsung menarik tangannya berlari bersama Dinia, ingin pergi dari tempat itu. Namun, tidak ada tanda-tanda adanya jalan keluar.
Dinia berhenti, membuat langkah Gladys ikut terhenti."Glad? Sebenarnya kita di mana? Kenapa kita bisa di sini?"
"Gue pun nggak tau, Din. Tapi kita harus pergi dari sini, kita harus cari jalan keluar---" ucapan Gladys tiba-tiba terpotong oleh kemunculan dua orang gadis di tengah-tengah cahaya yang menyilaukan mata. Mengalihkan atensi mereka.
Sampai sinar cahaya itu meredup dan mereka berdua bisa melihat jelas wajah dua orang gadis itu. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat dua sosok gadis itu adalah duplikat dari diri mereka sendiri.
"Gladys," Duplikat dari Gladys memanggil nama gadis itu.
"Dinia," Duplikat dari Dinia ikut memanggil nama gadis itu.
"Kalian siapa? Kenapa wajah kita sama?" Tanya Dinia, mewakili tanda tanya yang muncul di kepala Gladys.
"Aku sosok lain dari dirimu, Dinia." Jawab Duplikat dari Dinia.
"Dan aku sosok lain dari Gladys." Tambah Duplikat dari Gladys.
"Kenapa kita bisa ada di sini? Gue mau keluar dari sini!" ujar Gladys.
"Tidak semudah itu, diriku. Kamu dan Dinia ada di sini, itu semua menyangkut jiwa kalian yang tertukar." Kata duplikat dari Gladys.
"Pasti kalian ingin kembali ke raga kalian masing-masing 'kan?" Tanya duplikat Dinia, membuat kedua gadis itu saling menoleh.
"Tapi sekarang kita sudah ada di dalam raga kita masing-masing," Jawab Dinia.
"Kamu salah, Dinia. Kamu dan Gladys hanya bertemu di alam bawah sadar kalian, ini semua tidak nyata. Bila kalian terbangun nanti, jiwa kalian akan tetap tertukar."
"Lalu, bagaimana caranya supaya kita dapat kembali ke raga kita masing-masing?" Gladys melontar pertanyaan.
"Caranya mudah, jika kalian melakukannya dengan sungguh-sungguh," ucap duplikat Gladys.
"Bagaimana caranya? Kami ingin cepat-cepat kembali ke raga kami." Tanya Dinia.
"Pertama, kalian harus melakukan banyak-banyak kebaikan selama jiwa kalian tertukar," ucap duplikat Dinia.
"Gladys, kamu tidak boleh menjadi manusia jahat selama berada di raga Dinia. Berhenti menindas anak-anak lain di sekolah dengan bersikap semena-mena." Kata sosok duplikat dari Gladys.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi
FantasyRadhinia Atma Mahaputri, gadis dengan sifat bobrok, sedikit tomboy, dan bar-bar itu, semula mengalami insiden tabrakan mobil ketika ia dalam perjalanan menuju sekolah. Sehingga menyebabkan jiwanya mesti terjebak dalam raga seorang gadis asing bernam...