🌷14: Menolak Kembali

226 26 0
                                    


Jam terakhir di kelas Gladys adalah mapel Fisika. Namun, gurunya berhalangan tidak bisa masuk. Sehingga sekarang suasana di kelasnya malah jadi ribut karena jam kosong.

Gladys diam menyendiri, tidak seperti anak-anak yang lain, bermain dan berbicara dengan teman-teman mereka. Gladys memilih untuk diam di bangkunya sambil menopang dagu. Sesekali keningnya berkerut, seolah tengah memikirkan sesuatu.

Jadi ... itu penyebab Gladys dibenci oleh papa dan kedua abangnya? Karena dia udah buat Nara kecelakaan? Dan ternyata bener ... Gladys bukan anak kandung mereka. Batin Gladys.

Sekarang ia tahu, apa yang menjadi alasan seorang Arsan sangat membenci sosok Gladys. Sebab karenanya, putri kandung mereka mengalami kecelakaan. Juga, Gladys bukanlah darah daging mereka. Melainkan, ia hanyalah anak kecil yang entah darimana asalnya, ditemukan oleh Aliya dan Arsan di jalanan. Dalam kilas balik yang berputar di otak Gladys, bahwa Gladys sebenarnya anak yang dibuang oleh ibunya, dan diangkat menjadi anak oleh Arsan dan Aliya. Kebetulan saat itu juga, Nara selalu merasa kesepian di rumah dan menginginkan punya teman perempuan sebaya-nya. Sebab itulah, Arsan dan Aliya mengambil Gladys dari jalanan.

Mirisnya nasib gadis itu.

Lamunan Gladys sontak terbuyarkan oleh bel yang berbunyi. Tandanya pelajaran hari ini sudah selesai, dan waktunya pulang.

Gladys langsung bangkit dari bangkunya seraya menyampirkan ransel di pundak kanannya, lalu beranjak keluar dari kelas. Bergegas untuk pulang.

“Gladys!!! ” Nampak Gama tengah berdiri di parkiran motornya, ia memanggil Gladys yang terlihat berjalan mendekatinya.

"Kenapa? ” Tanya Gladys dengan nada malas pada Gama.

“Kok malah nanya? Ayo pulang! ” Ajak Gama, bergegas memakai helm dan hendak menyalakan mesin motornya.

“Lo pulang aja duluan, ” ucap Gladys, menolak ajakan Gama.

“Nggak! Lo harus pulang bareng gue! Lo mau dimarahin? ”

“Gue ngga mau pulang sama lo, lo pulang aja duluan sana,” Tolak Gladys seraya memutar bola mata malas.

“Gak boleh! ” ucap Gama tegas, ”Lo harus pulang sama gue! Titik! ”

“Lah, kok maksa?“ Protes Gladys. Mengabaikan Gama, ia lantas berjalan hendak berlalu dari cowok itu.

Spontan Gama mencekal pergelangan tangannya, “Lo marah sama gue?”

“Ck, tuh lo tau,” balas Gladys berdecak, “Udah, ya, lepasin gue. Gue mau pergi!”

“Gak, lo harus tetep pulang bareng gue.” Tekan Gama. “Kalau lo kenapa-napa di jalan gimana?”

“Gue bisa jaga diri,” Jawab Gladys singkat, padat, dan jelas.

“Cewek lemah kayak lo mana bisa jaga diri, mending sekarang lo nggak usah keras kepala! Pulang bareng gue! Gue ga mau sampai di marahin mama gegara lo!” ujar Gama terus mendesak Gladys.

Gladys menghempas tangan Gama kasar dan sekuat tenaga. Ia menyilangkan kedua tangan di depan dada. “Bilang sama Mama, gue ada tugas kelompok di rumah temen, dan gue udah izin ke lo. Berhenti buat maksa gue lagi!”

“Lo keras kepala banget ya dibilangin, kalau lo dijalan sampai diculik, diperkosa, terus dibunuh, gimana?!”

Gladys mendengkus geli, “Lo khawatirin gue?”

Mendadak ekspresi Gama berubah jadi kikuk, kenapa ia harus bertingkah seperti itu depan Gladys? Kan jadi kentara kalau ia memang menghawatirkan gadis itu.

“Yaudah, kalau lo nggak mau pulang bareng gue. Intinya, kalau ada apa-apa sama lo dijalan, gue ga mau ikut pusing!” balas Gama dengan pandangan yang ia alihkan ke depan. Setelah itu ia langsung melesatkan motornya melewati Gladys.

I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang