🌷02: Daffa?

406 47 3
                                    

🌷🌷🌷Happy Reading 🌷🌷🌷

.

Gladys masih terus menatap dirinya di pantulan cermin. Jujur, dia jadi malu dan ilfeel sendiri melihat penampilannya yang amat buruk rupa.

Rambut di kepang dua dengan karet warna warni lengkap dengan kaca mata yang selalu bertengger di hidung, membuat kesan culun yang kuat. Ini sangat-sangatlah berbeda jauh dengan gaya asli Gladys yang selalu tampil cool dan kadang elegant.

“Nih pemilik tubuh ga pernah ngerawat mukanya apa? Kok bisa seburik ini, sih? Padahal kalau dipoles skincare dikit udah cantik, ini mah, ” ujar Gladys seraya menatap setiap inci wajahnya di cermin.

“Woi, cewek jelek! "

Gladys menoleh ke arah suara, ia yakin jika panggilan itu tertuju untuk dirinya. Dapat ia lihat, Risma, perempuan yang sengaja membuatnya jatuh di kelas tadi, mendekatinya bersama dua orang teman yang Gladys duga itu adalah antek-anteknya. Gladys membaca name-tag dua orang gadis itu, Livia dan Nina.

“Gimana rasanya diusir dari kelas, hem? ” Gadis yang bernama Riska itu bertanya dengan nada mengejek.

Gladys diam, berusaha mengabaikan gadis-gadis sok jagoan itu. Lantas ia hendak berjalan pergi, akan tetapi Riska dengan kasar tiba-tiba saja menarik rambut Gladys sehingga gadis itu mundur beberapa langkah.

“Waduhh, udah ada yang sok cuek sama kita, nih, sekarang! ” ujar Livia.

“Eh, cewek jelek! Asal lo tau, kita tuh malu punya teman sekelas kek lo! Udah culun, burik, goblok lagi! ” Hina Riska.

“Iya tuh betul! Seenggaknya kalau goblok, tuh, minimal cantik! Ini enggak? Udah jelek, dongo lagi! Paket lengkap! ” timpal Nina, membuat mereka bertiga tertawa.

“Tolong lepas, gue mau pergi, ” ucap Gladys dengan nada dingin.

Membuat ke-tiga gadis itu saling pandang dengan ekspresi kaget.

“Widih, ngeri! Si jelek udah bisa ngomong pake lo-gue! Ngeri banget, sih! ” ujar Livia sembari menepuk-nepuk tangan.

Riska makin menguatkan jambakannya pada Gladys. “Siapa yang ngajarin lo ngomong gitu sama kita? ”

“Mau sok cool, lo? ” Ejek Nina.

“Lepasin gue! ” Gladys tiba-tiba memberontak dan melepaskan tangan Riska dari rambutnya.

“Sialan! Berani lo sama gue? ” Tantang Riska, dia pun spontan kembali menarik rambut Gladys, dan memerintah kedua anteknya itu untuk menahan lengan Gladys agar gadis itu tak bisa memberontak.

Lalu Riska menyeret kemudian mendorong kuat kepala Gladys hingga membentur pintu toilet sampai terbuka dan ia jatuh tersungkur di dalamnya.

Riska mengibaskan tangannya sambil tersenyum remeh, “Rasain lo! ”

"Ges, ayo kita cabut! Ga lama lagi dia nangis, tuh! ” ajak Riska pada Livia dan Nina, mereka pun pergi meninggalkan Gladys.

“Ah, kepala gue sakit, ” keluh Gladys sembari memegang kepalanya yang terbentur. “Bangsat emang, tuh cewek-cewek! ”

Gladys pun bangkit berdiri dan berjalan pelan keluar dari toilet, “Apes banget nasib gue, harus masuk ke raga si Gladys yang ternyata korban bully di sekolah. ”

Ketika Gladys berjalan di koridor, nampak anak-anak sudah ramai berlalu lalang. Tidak sedikit anak-anak yang melempar tatapan merendahkan dan sesekali berbisik-bisik kemudian tertawa melihatnya.

Ini orang-orang natap gue gitu amat, ngeselin. Batin Gladys jengkel, rasanya ia ingin mencopot mata para anak-anak yang berani menatapnya seperti itu.

I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang