🌷03: Gladys Berantem

391 37 3
                                    

🌷🌷🌷Happy Reading🌷🌷🌷

🌷

🌷

🌷

Jam pulang sekolah tiba. Murid-murid SMA Rajawali terlihat beramai-ramai keluar dari kelas dengan raut girang dan penuh semangat. Wajar saja, jam pulang sekolah memang adalah jam yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar murid. Tak terkecuali dengan Gladys dan Bunga yang terlihat berjalan beriringan menuju area parkiran dengan perasaan senang. Setelah 8 jam menghabiskan waktu di sekolah, akhirnya mereka bisa pulang juga.

Hmm, entar gue pulangnya sama siapa, ya? Gue aja gatau rumah gue. Batin Gladys yang kini malah dilanda kebingungan.

Bunga mengernyit ketika melihat raut bingung di wajah Gladys, ia sengaja menyenggol lengan gadis itu. “Glad, kenapa lo? ”

Gladys langsung menggeleng, “Nggak, gapapa. ”

“Masa, sih? ”

“Iya, orang gue ga kenapa-napa, ” jawab Gladys meyakinkan.

Gladys dan Bunga terus melangkah menuju area parkiran, sampai mereka tak sadar bahwa ada Riska, Livia, dan Nina  yang berjalan dibelakang mereka.

“Woi, babi! ” Panggil Livia, panggilan itu tertuju untuk Bunga.

Berusaha abai, Bunga tetap melangkah acuh. Sementara Gladys kini melirik dirinya sejenak, lalu berbisik. “Bunga, itu mereka manggil lo? ”

“Ya iyalah, mau manggil siapa lagi. Udahlah, ga usah dihirau, ” ujar Bunga, Gladys mengangguk menanggapi.

“Ini babi, budek kali ya! ” cibir Nina.

"Eh, babi! Lo denger kita gak?! ” ketus Riska, terlihat dia memukul keras kepala Bunga dari belakang menggunakan buku. Lalu ia dan kedua anteknya itu langsung tertawa cekikikan.

“Dasar babi! Udah gemuk, sombong lagi! Di tegur ga nyahut! ” ujar Livia mengejek.

“Cocok, dah, temenan sama si jelek! ” timpal Nina.

“Gendut banyak gaya lo! ” Sekali lagi Riska memukul kepala Bunga. Namun respon dari sang empu masih diam saja. Bahkan kali ini ia makin menjadi-jadi, ia memukul kepala Bunga berkali-kali dengan keras sampai mereka dijadikan pusat perhatian murid sekitar.

Mendapat pukulan berkali-kali, Bunga lantas berhenti. Dia berbalik, menatap Riska dengan tatapan penuh amarah.

“Riska! Berhenti! ” ujarnya.

“Apa lo bilang? Berhenti? Ga ada satupun orang yang berani merintah gue buat berhenti ngelakuin sesuatu. Emang lo berani sama gue? ” Tantang Riska.

“Tapi lo udah mukul kepala gue berkali-kali, Ris. Sakit, ” jawab Bunga.

“Elah, itu lo nya aja yang terlalu lemah! Baru dipukulin gitu udah sakit! Cupu! Badan doang besar kek babi! ” celetuk Nina.

Riska mendengkus geli, “Lo bener, Nin. Jadi ... lo ga berani 'kan sama gue? ”

Bunga diam, tak menjawab pertanyaan Riska.

“Ya iyalah dia takut, Ris. Tuh, dia mendadak diem kek orang bisu. Makanya, kalau takut tuh takut aja! Ga usah sok berani!! ” ketus Livia.

Riska tertawa renyah sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Ayo kita pulang, ges! ”

Namun, ketika Riska hendak melangkah pergi dengan Nina dan Livia. Tiba-tiba saja, Gladys mencekal pergelangan tangannya. Membuat netra mereka bertemu. Gladys memandangi Riska dengan tatapan nyalang.

I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang