Pukul 07.25SMA Rajawali sudah tampak ramai dengan anak-anak yang berdatangan dan berseliweran. Suara teriakan dan tawaan anak-anak menggema dari tiap ruang kelas. Berisik.
Tak terkecuali di kelas 11 IPA 2. Kelas yang ditempati oleh Gladys dan para penghuni lainnya. Suasana di kelas itu nampak cukup riuh dan ribut, padahal masih pagi.
Gladys terlihat sedang asik membaca buku paket biologi miliknya. Berusaha abai pada suara berisik yang nyaris memekakkan telinga. Ia tetap berkonsentrasi dalam bacaannya.
"Ris, " Panggil Nina pada Riska yang duduk di sampingnya sambil mengunyah permen karet.
Riska menoleh pada Nina. Gadis itu tampak menunjuk Gladys lewat gerakan dagunya, membuat Riska mengernyit.
"Kok lo nggak pernah gangguin dia lagi, Ris? Lo takut? " Tanya Nina tersenyum remeh.
Kesal dengan senyuman remeh yang terpampang di wajah Nina, lantas Riska tertawa hambar. "Takut? Sejak kapan seorang Riska takut sama cewek cupu! "
"Ya ... bisa jadi 'kan. Secara, dia kan pernah hampir patahin tangan lo! " seru Livia, membuat ia dan Nina memecah tawa mereka.
"Anjing lo berdua! " Riska mengumpat kesal, "Sampai kapanpun gue nggak pernah takut sama dia! Paham? "
Livia dan Nina saling melirik dan melempar senyuman remeh.
"Buktiin, dong kalau lo nggak takut sama dia! " celetuk Nina.
"Oke! " Riska langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati bangku Gladys.
Ia melepehkan permen karet dari mulutnya. Tersenyum miring, ia menempelkan permen karet bekas kunyahannya ke rambut Gladys. Merasa puas karena tidak ada perlawanan sama sekali dari sang empu, membuat Riska senang. Ia lalu kembali berjalan ke bangkunya seraya mengibas-ngibas tangannya merasa hebat.
"Waw, you look brave! " puji Nina kagum pada sahabatnya itu.
"That's nothing, " Riska menjawab dengan santai sembari mendaratkan bokong di kursi.
Tanpa Riska tahu, Gladys memotong beberapa helai rambutnya yang tertempel oleh permen karet menjijikkan itu dengan gunting. Gadis itu lantas bangkit mendekati bangku Riska, ketiga gadis itu menyorotnya sinis.
Dengan sengaja, ia tiba-tiba menempelkan potongan helai rambutnya yang tertempel permen karet itu di kepala Riska. Sontak membuat gadis itu langsung kaget dan bergidik jijik seraya berusaha mengeluarkan permen karet itu dibantu oleh Nina dan Livia.
Setelah melakukan pembalasan, Gladys kembali duduk di bangkunya dengan ekspresi datar dan cuek. Masih pagi-pagi Riska sudah berani mengganggunya.
Riska tiba-tiba datang lalu memukul keras meja Gladys. "Eh, bangsat! Apa maksud lo nempelin balik permen karet itu ke kepala gue? Lo jangan--"
"Apa, hah?! Lo mau marah? " Sela Gladys dengan nada bicaranya yang terlihat berani dan seolah menantang Riska.
"Ya iyalah gue marah! Berani banget lo bales perbuatan gue! Lo pikir lo siapa?Gue gampar muka jelek lo di situ baru tau rasa!! " ucap Riska sarkas.
"Ooh, mau gampar? Gampar aja kalau bisa, " balas Gladys santai, makin memancing amarah Riska.
"Makin kurang ajar, ya, lo sekarang! " Riska hendak melayangkan telapak tangannya di pipi Gladys.
Namun dengan cepat, Gladys menahan tangannya kuat. Berdiri dan mendorongnya. "Lo belum jera juga, ya ternyata setelah tangan lo hampir gue patahin waktu itu? "
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT GLADYS ||Transmigrasi
FantasíaRadhinia Atma Mahaputri, gadis dengan sifat bobrok, sedikit tomboy, dan bar-bar itu, semula mengalami insiden tabrakan mobil ketika ia dalam perjalanan menuju sekolah. Sehingga menyebabkan jiwanya mesti terjebak dalam raga seorang gadis asing bernam...