De'vanco Cafe

135 16 0
                                    

  Siang itu matahari sedang semangat semangatnya bersinar, membuat Renjun, Chenle, Felix dan Haechan mengeluh karena tingkat panasnya yang diatas kesanggupan mereka.

Langkah keempat pemuda itu membawa mereka pada sebuah tempat yang sudah tak asing lagi bagi orang-orang yang hidup dilingkungan perkotaan.

" mau pesan apa, biar gue aja yang pesan, kali tunggu sini aja " Haechan menawarkan diri untuk memesan minuman karena tadi Chenle sudah menawarkan untuk membayar minuman mereka.

" green tea kayak biasanya "

" vanilla latte"

" lemon tea " Haechan menganggukkan kepalanya lalu segera berjalan menuju tempat pemesanan.

Sesampainya disana Haechan terdiam saat mengetahui siapa yang sekarang sedang berdiri sambil melayani pelanggan yang sedang memesan.

Disana, sang mate atau Mark Lee sedang berdiri dengan senyuman yang merekah indah pada bibirnya.

Mark yang menyadari kehadiran Haechan pun sama sama terkejut.

Mereka bersitatap cukup lama sampai membuat pelanggan yang mengantre mengomel dibelakangnya.

" maaf.. " ucap Haechan kemudian ia berjalan semakin ke depan, menghampiri tempat Mark berada.

" Vanilla latte, lemon tea, green tea, dan ice Americano, masing-masing satu " Haechan menyebutkan pesanannya yang langsung dicatat oleh Mark.

" bayarnya-"

" biar aku aja yang bayar Chan" ucap Mark memotong ucapan Haechan.

Haechan hanya diam dan tak merespon, pikirannya sedang berpecah antara Mark yang bisa ada disini dan teman-temannya yang berada di tempat yang sama.

Ia belum siap, Haechan belum siap jika nanti teman temannya mengetahui apa pekerjaan dari sang mate.

Apalagi kemarin Haechan baru saja menyombongkan tas keluaran terbaru yang ia beli menggunakan uang sang alpha.

" muka lo kenapa jadi tegang gitu Chan? " tanya Renjun setibanya Haechan di meja mereka.

" nggak apa apa " jawab Haechan.

Ting

Bunyi nyaring pada ponselnya membuat Haechan langsung mengeceknya.

Miskin
Aku akan merahasiakan hubungan kita dari teman temanmu, jika itu yang sedang kau khawatirkan Chan.

Haechan menghembuskan nafas lega membaca deretan pesan dari Mark barusan.

Tak lama kemudian seorang pelayanan memberikan pesanan mereka, dan orang itu adalah Mark.

" sudah dibayar ya mas " ucap Mark dengan senyuman diwajahnya.

" lo yang bayar Chan? " tanya Felix setelah Mark pergi dari hadapan mereka.

" kelihatannya? ''

" enggak" kompak mereka bertiga, Haechan berdecak kesal sementara ketiga temannya menertawakan Haechan.

Obrolan itu terus berlanjut sampai Haechan melupakan fakta bahwa Mark berkerja di kafe ini.

Sementara di sebrang sana Mark melayani pelanggan sambil sesekali matanya melirik ke arah meja Haechan.

" ini perasaan gue aja atau tuh orang lagi ngelihatin meja kita " tanya Renjun.

Felix, Chenle dan Haechan langsung menoleh ke arah yang dimaksud oleh Renjun.

" Jancok, jangan lihat kesana bego! " umpat Renjun sementara yang lain hanya cengengesan.

Haechan masih menatap kearah sana, tepat dimana Mark berada.

Mata mereka bertemu dan entah mengapa tak ada yang mau memutuskan kontak mata antara mereka.

" gue tau tuh cowok ganteng Chan, tapi lo meski kudu inget kalau lo dah ada mate" celetuk Felix, Haechan langsung menoleh ke arah pemuda itu.

" iya Chan, meskipun lo nggak suka sama alpha lo, seenggaknya jaga perasaan mate lo Chan" tambah Chenle.

" apaan sih kalian, nggak jelas! " Haechan memutar bola matanya malas sementara Renjun hanya tertawa, menertawakan fakta bahwa kedua temannya itu belum mengetahui fakta siapa sebenarnya mate dari Haechan ini.

Haechan masih betah berada disana sementara ketiga temannya sudah pulang kerumah, sebenarnya ada hal yang ingin ia katakan kepada alpha nya ini, tapi melihat sang alpha yang masih sibuk melayani pelanggan mampu membuat Haechan mengurungkan niatnya.

Namun rupanya ketenangan Haechan tak bisa berlangsung lama saat ia melihat Jaemin sedang memesan minuman dan berakhir duduk dihadapannya.

" lo nggak cari gara gara sama gue meriang kayaknya! " sarkas Haechan namun Jaemin hanya tersenyum menanggapinya.

" kalau gue bilang iya gimana? "

" terserah "

" btw, itu yang ada dimeja kasir, mate lo bukan sih? "

'' maksud lo apaan? " tanya Haechan, berusaha menyembunyikan raut terkejut di wajahnya.

" orang kalau masuk juga ngeh kalau kalian itu sepasang mate"

" nggak usah sembarangan ngomong! "

" sembarangan ngomong bapak kau! "

" Daddy nggak pernah tuh sembarangan ngomong "

" Affah Iyah kids? "

" anak anjing! "

" keep calm darling "

" darling bapak kau! "

" Btw, gue lihat lihat sepatu lo baru ya? " Haechan mengalihkan atensinya kearah sepatu yang ia pakai hari ini.

Sepatu ini memang baru dibelikan oleh Mark saat ia ke mall minggu lalu.

" Chan" panggil Mark saat Haechan hendak masuk kedalam kamarnya, Haechan menoleh tapi raut wajahnya masih datar seperti biasa.

" ada apa? "

" buat kamu " Mark menyondorkan sebuah paper bag kearah Haechan, sementara pemuda berwajah cantik itu hanya menatapnya dengan pandangan bingung.

" dalam rangka apa? " tanyanya, tangannya bergerak untuk mengambil paper bag yang berada di genggaman tangan Mark.

" ucapan terimakasih karena kamu sudah mau jalan sama aku "

Haechan bergeming, bahkan sampai Mark menghilang dari hadapannya pun Haechan masih diam sebelum kemudian ia memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya.

" oh my god, it's my dream! " serunya tak tertahan saat melihat apa yang diberikan Mark olehnya.

Jentikan tangan Jaemin membuyarkan lamunan Haechan.

Haechan kembali menoleh kearah Jaemin sambil mengangkat satu alisnya.

" ternyata udah jadi miskin tidak membuat mu tobat ya musuhku "

" apa maksud lo! "

" ya lo nggak sadar diri anjir, miskin aja belagu! "

" walah kontol sekali anak ini! "

Perdebatan itu terus berlanjut sementara Mark tersenyum dari tempatnya berkerja.

" setidaknya ada teman Haechan yang menemaninya agar anak itu tak bosan "


My Best AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang