End of decision

161 15 1
                                    

  Haechan termenung di atap fakultasnya, hari ini ia memutuskan untuk bolos mata kuliah, persetan dengan para sahabatnya yang akan membombardir dirinya dengan segala pertanyaan nantinya, ia sangat membutuhkan waktu untuk sendirian saat ini.

Otaknya terus memikirkan perkataan Jaemin tadi pagi, ia benar benar takut Jaemin akan menyebarkan video nya yang sedang berciuman dengan Mark Lee di pinggir jalan.

Haechan tak menyesal pernah berciuman dengan Mark di pinggir jalan, karena pria miskin itu adalah mate nya.

Yang menjadi masalahnya adalah ia adalah seorang Vincent, ia tak mau membuat sang ayah marah sebab ia melakukan adegan tak senonoh dipinggir jalan.

Dan ia juga tak mau jikalau nantinya keluarganya yang terpandang itu menahan malu sebab tingkahnya.

Dan yang paling menyebalkan adalah mengapa ia harus kepergok Jaemin?
Jika saja bukan Jaemin yang memergoki perbuatannya, mungkin akan lain lagi ceritanya.

Lama bergelut dengan pikirannya sampai Haechan tak menyadari kalau waktu sudah menunjukkan hampir jam makan siang.

Haechan akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah, berjalan dengan langkah gontai memasuki area kantin dimana ketiga temannya sudah berkumpul disana.

" Hai guys! " sapanya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

" darimana aja lo? " tanya Chenle dengan nada sinis yang dibuat buat.

" nggak dari mana mana" Haechan mengambil alih duduk disamping Renjun, dihadapannya ada Chenle dan disamping Chenle ada Felix.

" kalau nggak dari mana mana ngapain bolos? " kali ini Renjun yang memberikan pertanyaan.

" lagi nggak mood aja "

Renjun, Chenle dan Felix yang faham dengan kalimat Haechan barusan pun akhirnya memilih untuk tidak memberikan pertanyaan apapun lagi.

'' lo nggak ngambil jatah makan siang Chan? " tanya Renjun yang sudah mulai menyantap makan siangnya.

Universitas tempat Haechan dan kawan kawannya ini memang dilengkapi dengan jatah makan siang, dan untuk yang kebagian kelas siang, jatah makannya akan diberikan sore hari sekitar jam tiga sore.

Menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, Felix langsung memutar bola matanya malas, saat ia hendak berdiri untuk mengambilkan makan siang Haechan, Chenle sudah pergi mendahului dirinya, jadilah ia memutuskan untuk membeli minuman saja.

Sementara Haechan sendiri sedang asyik mengulir berita berita yang lewat di beranda aplikasi warna hitam berlogo X di ponselnya.

" entar lo ikut mau ikut kita nggak? '' tanya Renjun memecah keheningan.

" kemana? " Haechan meletakkan kembali ponsel miliknya di atau meja.

" nongkrong " Felix menyahut sambil meletakkan sebotol air mineral di hadapan Haechan.

" ikut aja ya, lo kan dah lama nggak ikut kita kita nongkrong " kali ini Chenle yang menyahut.

Haechan tanpak berfikir sejenak, ikut mereka sebentar memang bukanlah hal yang buruk, tapi mengingat ia sekarang tinggal sementara dirumah tantenya yang penuh dengan aturan itu, rasanya mustahil Haechan akan ikut mereka.

" kapan kapan aja deh " jawaban Haechan sukses mendapatkan desahan tak Terima dari ketiga temannya.

" ayolah Chan, sekali aja, dah lama kita nggak kumpul kumpul "

Haechan yang sedang menyantap makanannya itu tetap tak memberikan respon apapun.

Ketiga temannya yang sepertinya mengetahui bahwa Haechan memang sedang tidak ingin diganggu itu pun akhirnya memutuskan untuk diam, tak lagi berusaha untuk memaksa Haechan agar ikut dengan mereka.

Selepas menghabiskan makan siangnya, Haechan memutuskan untuk segera pergi, menghampiri seseorang yang baru saja ia kirim pesan.

Haechan berjalan dengan langkah terburu buru memasuki gudang yang terletak tak jauh dari fakultas nya.

Bunyi krek langsung terdengar saat Haechan membuka pintu yang memang tak terkunci tersebut.

Suilet seorang pria yang sebaya dengannya terlihat sedang berdiri membelakangi jendela.

Haechan menyalakan sakelar lampu karena gudang ini sangat minim cahaya.
Setelahnya, Haechan pun menghampiri sosok tersebut.

Menyadari bahwa Haechan sudah berdiri tepat dibelakang pria tersebut, sosok itu langsung menghadap ke arah Haechan dengan senyum kemenangan yang tercetak di belah bibirnya.

Kedua pria berbeda warna rambut itu tak ada yang membuka suara, mereka saling menghunus kan tatapan satu sama lain.
Yang satu dengan tatapan menajam, dan yang satu dengan tatapan mengejek.

Butuh waktu selama lebih dari sepuluh menit sebelum kemudian sebuah kalimat sakral terucap dari mulut Haechan.

" gue mau jadi babu lo " satu deret kalimat yang berhasil membuat orang yang berdiri di hadapannya ini tertawa mengejek.

Haechan mengepalkan tangannya erat, tapi ia masih punya pikiran waras untuk tak langsung menjambak orang yang berdiri angkuh di hadapannya ini.

Setelah puas tertawa pemuda yang diketahui bernama Jaemin itu langsung melemparkan tas di punggungnya ke arah Haechan, untung Haechan segera menangkapnya, jika tidak, bisa dipastikan tas itu akan mendarat dengan mulus di wajahnya.

" lo ikut gue sekarang! '' mau tak mau Haechan pun mengikuti langkah Jaemin yang berjalan meninggalkan area fakultas, terus berjalan meninggalkan kampus lalu berhenti di pusat perbelanjaan.

Rasanya Haechan ingin mengumpati Jaemin saat ini juga, tapi mengingat Jaemin memiliki rekaman tak senooh itu, ia hanya bisa mengumpat dalam hati.

My Best AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang