Kejadian pt2

152 13 0
                                    

    Malam itu, udara terasa begitu dingin karena hujan baru saja mengguyur kota jam tujuh malam sampai jam sepuluh malam tadi.

Sebagian orang bahkan enggan keluar rumah, lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah, menikmati suasana dingin bersama pasangannya meski hanya ditemani oleh secangkir kopi panas.

Tapi tidak dengan kedua pasang Alpha dan omega itu, padahal Mansion besar keluarga Vincent dilengkapi dengan fasilitas yang cukup fantastis serta kebutuhan yang terpenuhi, namun kedua anak adam itu malah lebih memilih meninggalkan kemewahan itu.

Ditengah dinginnya malam, pasangan mate yang telah ditakdirkan oleh moon goddess itu malah lebih memilih untuk kabur dari kemewahan keluarga Vincent.

Katakan lah mereka bodoh, padahal apa yang mereka butuhkan sudah tersedia di sana, bahkan mereka hanya tinggal berpangku tangan, menyebutkan apa yang mereka inginkan, namun mereka malah lebih memilih untuk kabur dari kediaman itu.

Mengabaikan aturan yang telah di buat oleh kepala keluarga atau bisa di sebut dengan ayahnya, Haechan menuruti ajakan Mark untuk keluar mansion melewati pohon yang tertanam subur di sebelah bangunan mansion nya.

Keluar tanpa persiapan apapun tentunya akan sangat membingungkan, apalagi di tengah cuaca dingin setelah hujan dan hanya memakai hoodie yang tak cukup menghalang dinginnya malam sehabis di guyur hujan itu.

Tapi kedua anak adam itu tak memperdulikan nya, mereka menikmatinya, tanpa memperdulikan hukuman apa yang akan diberikan oleh ayahnya besok, Haechan terus melangkahkan kakinya, ikut berlari di belakang pemuda yang kini menyandang status sebagai pasangan seumur hidupnya itu.

Haechan dan Mark terus berlari tak tentu arah, kaki Haechan terus berlari dengan kencang menyusul langkah Mark yang sudah jauh di depan.

Dengan nafas yang tersengal  - sengal, Haechan pun mendudukkan bokongnya di bangku yang terletak di sebrang jalan, Mark yang  merasa Haechan tak lagi mengikutinya pun segera menghentikan aktivitas berlarinya.

Melihat Haechan yang terduduk sambil nerusaha menormalkan pernafasannya pun segera menghampiri omega itu.

" kamu capek Haechan?"

Pertanyaan bodoh macam apa itu?
Setidaknya itulah yang dapat dibaca oleh Mark dari ekspresi wajah pemuda itu sekarang.

Mengabaikan Mark yang sekarang mengambil tempat duduk di sebelahnya, Haechan meluruskan kakinya sambil memandang jalanan yang legang karena tak ada yang melewati jalanan tersebut.

" kayaknya kita dah aman deh" ucap Haechan setelah memperkirakan kalau mereka sudah cukup jauh dari kawasan mansion mewahnya itu.

" kita mau ke mana sekarang?" Mendengar pertanyaan Haechan, Mark pun jadi memikirkannya sekaran.

Benar, mereka berdua keluar dari mansion dengan mendadak jadi tak punya persiapan sedikit pun.

" jalan jalan dulu aja, siapa tau nanti kepikiran mau kemana" putus Haechan saat Mark tak kunjung menjawab pertanyaan nya barusan.

Mereka terus berjalan sambil sesekali bercakap, walau yang di bicarakan kebanyakan adalah percakapan absurd Haechan, tapi Mark tetap mendengarkannya, kapan lagi coba mendengar cerewet nya mulut omega manis ini tanpa ada sarkas di dalamnya.
Karena itulah Mark akan terus mendengarkannya, menikmati setiap moment berharga bersama dengan pasangannya ini.

Langkah kaki mereka terhenti saat indra penciuman mereka mencium aroma yang cukup menggiurkan di depan sana.

Terletak sepuluh langkah dari posisi mereka saat ini, terdapat seorang pak tua yang menjual jagung bakar, pikirnya, ditegah cuaca yang dingin memang cocok untuk memakan jagung bakar.

" lo bawah uang nggak?" Tanya Haechan kepada Mark yang berdiri di sebelahnya.

" bentar" Mark merogo saku bajunya, tak menemukan uang disana, ia pun berpindah ke kantong celananya, dan akhirnya ia pun menemukan uang sejumlah dua puluh ribu di kantong belakang celananya serta struk belanjaan dari Indomaret siang tadi.

" dua puluh ribu Chan" ucap Mark sambil memperlihatkan uang tersebut, Haechan mengambil uang dari tangan Mark lalu melenggang pergi ke arah pedagang tersebut.

Mark mengikutinya dari belakang, ia dapat melihat Haechan yang sedang membeli jagung bakar tersebut dengan senyuman yang belum luntur dari bibir mungilnya.

Entah apa yang sedang dibicarakan oleh Haechan sampai sampai dapat membuat pedagang tersebut tertawa, Mark tak tau.
Yang ia tau, Haechan merupakan pribadi yang murah senyum dan sangat mudah akrab dengan orang baru, dan Mark sebagai pribadi yang sulit bergaul hanya bisa tersenyum di buatnya.

Setelah beberapa saat kemudian, Haechan akhirnya kembali dengan membawa tiga buah jagung bakar di tangannya.

" sisa sepuluh ribu " ucap Haechan sambil memamerkan uang sepuluh ribu dan sekresek jagung bakar di tangannya.

" mau beli minum dulu nggak?" Tanya Mark yang mendapatkan anggukan setuju dari Haechan.

" tapi lo yang beli, kan gue dah beli jagung bakar nya" Mark hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, mereka kemudian berjalan beriringan menuju swalayan yang terletak tak jauh dari posisi mereka saat ini.

Setelah membeli dua botol air mineral, Haechan dan Mark duduk di depan toko, tepat di trotoar jalan tanpa alas apapun.

Entah sejak kapan Haechan mulai bisa menikmati kehidupan sebagai rakyat miskin, padahal dulu ia sangat benci walau hanya memasuki rumah sederhana, tapi sekarang ia bahkan menyukai walau hanya duduk di tepi jalan seperti ini.

Saat mereka sedang asyik menikmati jagung tersebut, tiba tiba mobil melintas dengan sangat kencang di jalanan, sehingga cipratan genang air itu hampir membasahi mereka jika saja Mark tak gesit untuk menjadikan punggungnya sebagai tameng untuk Haechan.

Haechan tertegun dengan tindakan Mark barusan, jantungnya berdegup dengan sangat kencang saat wajah Mark cukup dekat dengan wajahnya.

Seolah terhipnotis, Haechan terus memperhatikan wajah tampan di hadapannya, tak berbeda jauh dengan Haechan, Mark pun juga melakukan hal yang sama.

Memandang wajah cantik itu, wajah yang begitu terlihat menawan saat cahaya bulan menerpa sebagian wajah omega cantik itu.

Tatapan itu terus berlanjut sampai tanpa sadar kedua bibir itu saling bertemu, kecupan sesaat yang berakhir menjadi ciuma panjang.

Di terpa cahaya sang raja malam, kedua insan itu terus bercumbu bibir dengan sangat rakus satu sama lain.

Terlena dengan perbuatan mesum dipinggir jalan yang di lakukan oleh dua pasang pemuda itu, sampai tak menyadari bahwa kini dua orang pemuda sedang mengawasi kegiatan mereka.

Yang satu tercengang dan yang satu lagi merekam.

My Best AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang