Mulai Dekat

146 15 0
                                    

   Sudah seminggu sejak kejadian itu dan kini hubungan Haechan dan Mark bisa dikatakan jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Seperti halnya pagi ini, Haechan sedang menyiapkan bekal untuk makan siang Mark nanti saat ia berangkat kerja sementara Mark sendiri saat ini sedang mencuci piring.

Mark melakukan kegiatan tersebut tentunya masih dalam pengawasan Haechan, karena Haechan masih belum yakin kalau Mark akan dapat melakukannya, mengingat alpha miskin itu juga termasuk orang yang ceroboh.

'' itu biar aku saja yang cuci " Ucap Mark sambil mengambil alih gelas yang baru saja akan dicuci oleh Haechan.

Haechan tentu saja tak menolaknya, ia malah senang karena pekerjaannya jadi cepat selesai meskipun dari lubuk hati terdalam, ia merasa sangat khawatir kalau Mark akan memecahkan gelas tersebut.

Setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah, Mark pun segera mengantarkan
Haechan menuju universitas.
Hari ini omega tersebut memang sedang ada kelas pagi jadi ia harus mengantarkannya cepat cepat supaya tidak telat berangkat.

" Kenapa belok ke sini? " Tanya Haechan saat Mark melewati rute yang seharusnya ia lewati menuju universitas.

" Mau ambil mobil dulu Chan" Jawab Mark masih fokus kepada jalanan yang ia lewati.

" Nggak usah, pakai motor aja "

" Nanti kamu kepanasan Chan "

" Nggak apa apa matahari pagi menyehatkan "

" Tapi-"

" Di depan kayaknya ada belokan deh Mark, nanti lo putar balik disana aja "

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Mark langsung menuruti apa yang diinginkan oleh Haechan, ia takut nanti malah membuat Haechan semakin membenci dirinya.

Ya.... Meskipun sepertinya Haechan sudah mulai membuka hati untuknya, ia masih merasa takut.

Setelah menempuh perjalanan hampir sejam, akhirnya motor yang dikendarai Mark akhirnya berhenti di parkiran fakultas Haechan.

Saat omega itu turun dari jok motor Mark, seketika ia pun menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswa yang berada disana.

Haechan tentu saja tak memperdulikan hal tersebut, ia menikmati bagaimana mulut mulut para mahasiswa itu membicarakan tentang dirinya entah itu yang baik maupun hal yang buruk, ia sangat tak memperdulikan hal itu.

" Nanti pulangnya aku jemput mau nggak? " Tawar Mark, sebenarnya dari dalam lubuk hatinya yang terdalam, Mark berharap harap cemas, takut ia akan ditolak mengingat Haechan selalu menolak semua perhatian yang selalu Mark berikan untunknya.

Tapi melihat bagaimana kepala bulat itu mengangguk angguk lucu membuat Mark rasanya ingin berguling-guling di parkiran saat ini juga.

'' Chan, seriusan? " Tanya Mark masih dengan raut muka terkejut nya.

" Iya Mark"

" Nggak boong kan? "

" Iya miskin! " Sentak Haechan yang mulai merasa jengah dengan tingkah Mark yang sangat berlebihan ini.

" Haechan - " Belum sempat Mark menyelesaikan kalimatnya, Haechan langsung melengang pergi dari hadapan Mark.

" Sampai jumpa nanti omega!! " Teriak Mark saat Haechan sudah semakin jauh dari hadapannya.

Sementara itu Haechan yang baru saja memasuki kelas paginya langsung disambut dengan godaan dari teman temannya sampai seluruh isi kelas langsung memusatkan perhatian ke arah meja mereka.

" Cieeee yang udah mulai dekat " Goda Renjun sambil menaik turunkan alisnya.

" Cieeee cieeee..!! " Tambah Felix dan Chenle yang mana langsung membuat muka Haechan memerah seperti kepiting rebus.

" Cieee merah merah cieeee "

Haechan yang mulai kesal pun langsung mendaratkan tas puluhan juta miliknya ke arah punggung Felix, karena posisi duduk anak itu yang memang berada dihadapan Haechan yang sedang berdiri.

Felix mengadu kesakitan karena pukulan tersebut sementara teman temannya hanya menertawakan penderitaan pemuda berdarah campuran itu.

" Udah mulai terima Chan? " Celetuk Chenle dan dibalas Haechan dengan kedua baju yang ditarik ke atas.

" Setelah gue pikir pikir.... Ternyata hidup sederhana emang nggak seburuk itu, thanks ya guys karena udah nasihatin gue" Ucap Haechan tulus.

Ia tak bohong ketika mengatakan bahwa dirinya sudah bisa menerima takdir yang sekarang sedang ia jalani.

Haechan menyadari nya setelah ia bercerita kepada para sahabatnya ini.

Perlahan lahan tapi pasti, Haechan mulai menyukai takdir Tuhan yang diberikan untuk dirinya, apalagi ia didampingi oleh kedua orang tua dan sahabat sahabat terbaiknya dalam melewati semua ini.

" Yaelah Chan, kayak sama siapa aja lo tuh! " Ucap Renjun.

" Kalau bukan karena nasehat dari kalian, mungkin sekarang gue masih aja benci sama tuh alpha miskin "

" Lo nggak mau upgrade ke panggilan yang lebih sweet lagi nggak, masa iya lo pangil tuh cowok miskin?! "

" Suka suka gue lahh" Bantah Haechan sambil mengambil posisi duduk disampin Felix.

Sementara Renjun hanya memutar bola matanya malas.

Tak lama kemudian, seorang dosen masuk ke dalam kelas mereka sehingga mereka terpaksa harus menyudahi obrolan mereka.



Renjun, Haechan, Chenle dan Felix berjalan dengan langkah angkuh seperti biasanya.
Setiap langkah kaki mereka pasti akan mengundang jeritan jeritan tak tertahan dari para mahasiswa yang berada disana.

Mereka berempat duduk di meja yang selalu mereka tempati, menikmati makan siang mereka dengan khidmat sambil terus bercerita, menceritakan sesuatu yang penting sampai hal random pun mereka bicarakan.

Sepulang kuliah, Haechan mendudukkan bokongnya di salah satu bangku yang kebetulan memang sengaja di letakkan di samping tempat parkir.

Tak butuh waktu lama, motor yang dikendarai Mark berhenti dengan mulus dihadapan Haechan yang mana langsung membuat anak itu berjingkat.

Haechan langsung dengan refleks memukul lengan Mark, yang mana langsung membuat Mark tertawa meliat bagaimana tingkah lucu pasangannya ini.

" Langsung pulang? "

" Gue mau ke perpustakaan rumah dulu, mau ngambil beberapa buku buat belajar "

" Berarti ke rumah keluarga kamu ya Chan? "

" Hm"

" Nanti pulang dari kediaman keluarga kamu, aku pengen ngajak kamu ke suatu tempat, gimana, kamu mau nggak? "

" Terserah kamu aja "

Sebenarnya Haechan ingin menanyakan kemana Mark akan membawa dirinya nanti,  namun ia menahan dirinya sendiri untuk tidak bertanya, ia kini sibuk menormalkan detak jantungnya yang pasti kini jantung Haechan mulai bergerak dia kali lebih cepat daripada biasanya

Dan siang menjelang sore itu, terdapat dua sejoli yang saling berusaha untuk menyembunyikan perasaan satu sama lain.

Perasaan yang seharusnya memang tak perlu untuk di sembunyikan.






My Best AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang