Mistake

141 21 0
                                    

      Suara gemuruh yang terdengar begitu nyaring dengan kilat yang menyambar nyambar mampu membuat siapa saja enggan untuk menjalankan aktivitas hariannya pagi ini.

Mark menghembuskan nafasnya panjang, rencananya pagi ini ia ingin mengajak Haechan pergi ke suatu tempat, tapi dengan berat hati ia harus menunda agendanya pagi ini.

Mark berjalan ke arah  ruang tamu sambil membawa secangkir kopi, niat awalnya ia ingin menikmati secangkir kopi sambil membaca koran di ruang tamu ia urungkan saat samar samar ia mencium aroma ferom yang tak enak, terkesan sangat menggelisahkan dalam hati pemuda itu, dan ia tau dari mana aroma ini berasal.

Secangkir kopi yang ia bawah tadi ia letakkan diatas lantai dekat kamar milik Haechan, lalu dengan tak sabaran Mark langsung membuka kamar Haechan.

Alangkah terkejutnya ia saat mendapati Haechan sedang berjongkok disamping tempat tidurnya sambil menenggelamkan kepalanya pada lipatan kakinya serta tangan yang menyumpal kedua telinganya, nafasnya memburu dengan tubuh yang bergetar karena merasa takut.

Ia baru tau kalau ternyata sang mate ini takut dengan suara gemuruh di langit itu.

Mark langsung menyebarkan ferom menenangkan miliknya sambil berjalan mendekat ke arah Haechan.

" Haechan...." Lirihnya.

Haechan yang merasakan kehadiran Mark langsung menerjang tubuh orang yang berada dihadapannya ini.

Haechan menghirup rakus aroma ferom menenangkan yang dikeluarkan oleh tubuh Mark ini.
Mark langsung mengelus punggung sempit milik Haechan, berusaha untuk menenangkan sang mate.

" Mark .... Suaranya..." ucap Haechan saat ia mendengar suara gemuruh itu lagi.
Mark semakin merapatkan pelukannya, berusaha untuk menenangkan sang pujaan hati.

Dan ia rasa usahanya ini membawakan sebuah hasil, karena samar samar ia dapat merasakan deru nafas Haechan yang mulai membaik dan sudah mulai teratur tidak seperti saat pertama kali ia menemukan sang pujaan hati ini.

" tenang Haechan, tenang, ada aku disini.." suara yang terdengar tepat di telinga Haechan itu mampu membuat Haechan merasa tenang.

Sebelah tangan Mark ia gunakan untuk mengelus surai Haechan dengan perlahan lahan, rasanya sangat halus ketika telapak tangannya menyentuh rambut kecoklatan Haechan yang sudah mulai memanjang.

Perlahan tapi pasti, Haechan mulai merasakan kantuk, padahal waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi.

Mark menyadarinya, menyadari bagaiman perlahan - lahan tangan yang begitu erat memeluknya itu mulai mengendur, dan mata lentik itu mulai memejam secara perlahan.

Mark semakin menyebarkan aroma ferom menenangkan miliknya, supaya Haechan dapat tertidur dengan lelap.

Melihat Haechan yang sepertinya sudah tertidur nyenyak Mark berniat untuk menggendong Haechan dan meletakkannnya di atas kasur miliknya.

Namun niat itu ia urungkan saat ia mencium aroma ferom manis milik Haechan yang sudah mulai tenang, detak jantungnya semakin menggila saat ia menghirup aroma tersebut.

Mencegah pikirannya semakin melayang ke hal yang tidak tidak, Mark segera meletakkan Haechan pada kasur miliknya, menyelimutinya lalu mengecup dahinya setelah lama berpikir.

" untunglah suaranya sudah menghilang" gumam Mark sambil memandang ke arah luar jendela kamar Haechan.

Mark perhatikan wajah damai Haechan yang sedang tertidur, wajah damai Haechan saat sedang tidur sangat berbeda dengan wajahnya saat sedang terbangun.

Karena saat Haechan terbangun hanya ada raut wajah yang menekuk kesal  dan tatapan tajam saat sedang bersamanya walaupun sekarang sudah jarang.

Mark memutuskan untuk keluar dari kamar Haechan, ia berjalan dengan helaian nafas memasuki kamarnya.




12 ; 30 WIB


Haechan terbangun dari tidurnya saat ia merasakan badannya mulai lengket karena keringat.

Secara perlahan - lahan Haechan mulai bangkit dari posisinya berbaring, ia dengan gontai pun mengambil handuk yang tersampir di kursi belajar miliknya.

PRANG!!!

Haechan terkejut, ia berusaha mencerna apa yang terjadi sampai kemudian netra nya memandang lantainya yang basah dengan cairan hitam dan pecahan beling di sekitarnya.

Seketika tatapannya langsung berubah menjadi datar dan rasa kantuk yang masih menyerangnya pun hilang seketika.

" bajingan" umpatnya sebelum kemudian ia mendobrak kamar Mark yang terletak di depan kamar miliknya.

Netra tajam Haechan menatap marah ke arah Mark yang sedang tertidur dibalik selimut miliknya.

" MARK LEE!!" Teriak Haechan begitu menggema di ruangan tersebut sampai membuat sang pemilik kamar langsung berjingkat kaget, Mark langsung bangkit dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri karena bangun dengan tiba - tiba seperti itu.

" ada apa Haechan?" Haechan langsung membuyarkan lamunannya saat mendengar suara tersebut.

" MAKSUD LO APA NINGGALIN KOPI DI DEPAN KAMAR GUE?!" sentaknya.

" sorry Haechan aku lupa" ucap Mark setelah menyadari apa kesalahannya.

Mark lupa bahwa Haechan sangat membenci sesuatu yang terletak tidak pada tempatnya, dan ia baru saja membuat kesalahan dengan meletakkan secangkir kopi miliknya di depan pintu kamar milik Haechan yang mana langsung membuat anak itu langsung marah, dan Mark akan menerimanya karena ia memang bersalah.

" GUE NGGAK MAU TAU!, POKOKNYA SAAT GUE KELUAR DARI KAMAR MANDI TUH LANTAI HARUS SUDAH BERSIN TITIK!" Murka Haechan sebelum ia membanting pintu kamar Mark sehingga membuat sang pemilik kamar terjingkat kaget di buatnya.

" tolol banget sih Mark" ucap Mark menyalahkan dirinya sendiri, ia langsung buru buru mengambil perlengkapan untuk membersihkan lantai yang terletak disamping kamar mandi.

Samar - samar Mark dapat mendengar suara Haechan yang sedang mengerutu kesal dari dalam kamar mandi.

Mark memperhatikan lantai yang terlihat kotor karena ulahnya, ia mulai memunguti pecahan dari gelas tersebut kemudian mengelap cairan kental berwarna hitam tersebut, setelahnya ia langsung menyiramnya dengan air sebelum kemudian mulai mengepel lantai tersebut supaya terlihat bersih dan wangi.

" udah ?"  Pertanyaan itu langsung membuat Mark membalikkan badannya, disana ia dapat melihat Haechan yang setengah basah dengan balutan bathrobe karena habis mandi, bahkan ia dapat mencium aroma harum dari sabun yang dipakai oleh Haechan.

Mark hanya menganggukkan kepala sebagai respon jawaban.

" sorry Chan, tadi aku nggak sengaja ninggalin gelas didepan kamar kamu karena terlalu panik sama kamu" seketika Haechan langsung teringat dengan kejadian memalukan tadi pagi sehingga membuat pipinya memanas.

" Haechan, kau tidak apa apa?" Tanya Mark yang di balas dengan gelengan ribut oleh Haechan.

" pipi kamu merah" jelas Mark yang mana langsung membuat Haechan otomatis langsung memegang kedua pipinya.

" gu - gue nggak kenapa napa!" Ucap Haechan sebelum kemudian ia berjalan dengan cepat memasuki kamar miliknya sabil membanting pintu, ia menyandarkan punggungnya di daun pintu sambil menormalkan detak jantungnya yang menggila.

" sialan!, gue kenapa anjir?!" Tanya Haechan entah kepada siapa.

Sementara Mark, ia malah sedang terkekeh senang saat melihat bagaimana raut wajah Haechan yang sedang salting, ia menyukainya sangat sangat menyukainya.

My Best AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang