Semakin yakin

110 15 1
                                    

Suasana hati Haechan saat ini sedang berbunga - bunga, bahkan sejak dari rumah ia belum melunturkan senyuman manis miliknya yang hilang dahulu.

Para mahasiswa yang melihatnya sampai tak bisa berkedip, mereka sangat terhipnotis dengan mata pemuda omega tersebut.
Bahkan wangi ferom kebahagiaannya pun dapat dirasakan oleh orang orang di sekitarnya.

" widihhhh..,. Tumben, cerah banget tuh senyuman" seketika Haechan langsung melunturkan senyuman manisnya saat Jaemin berdiri tegap dihadapannya.

Senyuman congkak milik Jaemin mengingatkan dirinya pada kejadian dulu, saat dirinya masih menjadi bungsu Vincent.

" mau apa lo?" Sarkas Haechan, jujur saja sebenarnya ia sangat membenci situasi ini.
Situasi dimana saat Jaemin akan menghinanya karena status nya sekarang.

Jaemin sempat terkekeh sebelum menjawab pertanyaan Haechan barusan.

" nggak ada" dua kata yang bisa langsung membuat alis Haechan hampir menyatu karena menahan emosi.

" lo-"

" udah mulai nerima ya ?" Selak Jaemin saat Haechan hendak mengeluarkan caciannya.

" maksud lo apa?" Haechan mengerutkan dahinya pertanda kalau ia tak mengerti.

" status lo" Jaemin mengibas kibas kan tangannya ke kana dan kekiri, bermaksud untuk menunjukkan standar sosial Haechan saat ini.

" gue masih keluarga Vincent kalau lo lupa !" Sentak Haechan tak terima,

" tapi akhirnya lo juga bakalan jadi rakyat jelata kan?" Sinis Jaemin.

Sebenarnya Haechan sudah mulai bisa menerima statusnya yang merupakan orang miskin, tapi melihat bagaimana Jaemin mengatakannya seperti sedang menghina itu sukses menyentil hati mungil Haechan.

Haechan tidak menyukainya, ia sangat tidak suka ketika ada yang memandang rendah status sosial miliknya, terlebih lagi orang itu adalah Jaemin, saingannya dari ia masih duduk di bangku SMA.

" Emang kenapa kalau gue jadi rakyat jelata?!" Tanya Haechan penuh emosi didalamnya, Jaemin menyadarinya.
Dan dalam hati Jaemin tentu saja langsung bersorak kegirangan saat Haechan masuk kedalam jebakannya.

Haechan dan Jaemin terus berdebat sampai mereka menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang kebetulan berada di lorong tersebut.

" Ingat ya! Status sosial keluarga lo masih dibawah keluarga Vincent!"

" Tapi sebentar lagi gue bakalan jadi bagian dari keluarga Reverie, dan yang pasti - "

" Sebelum itu pastikan dulu pasangan Lo nggak selingkuh " sarkas Haechan yang langsung membuat Jaemin mengerutkan dahinya bingung dan ia memandang Haechan dengan tatapan penuh penyelidikan.

" Maksud Lo apa?" Tanya Jaemin tak sabaran sementara Haechan hanya menyeringai kemudian pergi meninggalkan Jaemin yang masih terdiam dengan ribuan pertanyaan di kepalanya.

Sepanjang perjalanan Haechan menuju ke ruang kelasnya, ia terus menggerutu kesal sambil berjalan cepat menuju kelasnya.

Ia sangat merutuki Jaemin yang mencari gara gara dengan dirinya sehingga ia menjadi telat datang ke kelas paginya.

Tak tau saja bahwa niat Jaemin memang ingin membuat Haechan terlambat masuk kelas paginya.

Sesampainya di depan kelas, Haechan mengatur sejenak nafasnya yang tak beraturan, setelah nafasnya kembali normal, ia pun mengetuk pintu kelas dan dosen yang mengajar pun mempersilahkan Haechan untuk masuk kedalam kelas.

Dosen yang kebetulan sedang mengajar mata kuliah pagi ini termasuk guru killer, tapi mengingat Haechan adalah salah satu anak dari donatur kampus, jadi ia dibebaskan untuk masuk kapanpun tanpa ada yang melarangnya.

" tumben telat?" Pertanyaan dari Felix yang duduk di sebelahnya itu langsung membuat Haechan menoleh sejenak ke arahnya.

" biasalah, kendala kecil" Felix mengangguk anggukkan kepalanya faham, tanpa di jelaskan pun dirinya tau apa kendala kecil yang Haechan maksud.

Siapa lagi kalau bukan Jaemin, orang  yang selalu bisa membuat mood Haechan berubah 180° dari sebelumnya hanya anak itu.

Tak ingin memperpanjang percakapan karena takut mendapatkan ceramah dari dosen di depan, akhirnya mereka berdua pun kembali fokus ke arah dosen yang sedang mengajar didepan.

Dan tanpa Haechan sadari sepasang mata dari tadi mengawasi dirinya dengan tatapan tajam dan dahi yang berkerut - hampir menyatu.

———

14 : 47

Waktu sudah hampir menunjukkan pukul tiga sore dan dari tadi orang yang Haechan tunggu tak muncul muncul juga.

Haechan berdecak kasar sambil terus menyedot boba yang baru saja ia beli dari kantin fakultas .

" ck, tau gini tadi gue terima ajakan Chenle buat pulang bareng, sat!" Gerutuan dengan nada kesal itu terus keluar dari mulut Haechan, emosinya sedang membuncah, dalam hati Haechan terus mengumpat i Mark yang belum kunjung terlihat dalam pandangannya.

" sial!, mana habis lagi!" Ucap Haechan, kemudian dengan sengaja ia melemparkan gelas plastik di genggamannya itu, ia kemudian  berjalan menuju kafe yang terletak tak jauh dari gedung universitas nya itu.

Haechan menunggu pesanan miliknya sambil duduk di salah satu kursi, mata bulat miliknya sibuk memperhatikan sekelilingnya sampai kemudian tatapan matanya tak sengaja mengarah ke arah sebuah motor hitam yang terparkir di depan kafe tersebut.

Senyuman miring langsung tercetak jelas di bibirnya  saat ia mengetahui siapa gerangan pengendara motor tersebut.

Pandangannya tak lepas dari pemandangan di hadapannya itu.
Disana, ia dapat melihat seorang pemuda yang sedang menegangi tangan gadis yang baru saja turun dari atas motor besar tersebut, bahkan tangan pemuda itu pun dengan lembut memegangi tangan gadis itu, membantunya turun dari atas motor dengan sangat pelan dan hati hati, seolah takut nantinya gadis itu akan terjatuh jika tidak di pegangi.

Saat memasuki area kafe sepasang manik hazel milik Haechan langsung bertabrakan dengan manik legam milik pemuda tersebut.

Bukannya merasa takut dengan tatapan itu, Haechan malah menunjukkan senyuman meremehkan khas dirinya.

" Untung si miskin nggak kayak bajingan itu" sarkasnya sebelum Haechan melenggang pergi dengan sekantung makanan di tangannya.

My Best AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang