"Bahkan seburuk-buruknya seseorang, pasti akan selalu ada sisi baiknya."••••••
Seluruh antero sekolah dibuat heboh dikarenakan adanya berita anak laki-laki yang terjauh dari ketinggian lantai tiga sekolah mereka. Tepat pada hari Jumat kemarin, sepulang sekolah anak-anak. Kabarnya menyebar luas saat hari itu juga, di hari Sabtu dan Minggu banyak sekali polisi dan wartawan yang datang ke sekolah mereka hanya untuk menangkap sebuah berita.
Seminggu setelah kejadian tersebut, seluruh siswa sekolah diliburkan. Karena ikut menghormati duka kepada keluarga yang bersangkutan. Tetapi hingga hari ini, hari Senin, kasus tersebut tak kunjung selesai dan akan terus dicari apa penyebab kematian anak sekolah mereka ini.
Ramadhan Rizki, namanya. Siswa yang kerap dikenal dengan kenakalannya. Hampir semua guru kenal dengan dirinya. Walaupun terkenal dengan siswa yang nakal, namun sebagian guru terkagum dengan ia karena Rizki juga termasuk salah satu anak yang berprestasi di sekolah. Hanya saja sikapnya yang kurang berpendidikan.
Jumat malam, Minggu kemarin. Rizki ditemukan oleh satpam sekolah yang sedang berjaga, Rizki tewas tepat di lapangan sekolahan dengan tangan yang terikat. Lalu berita tersebut pun menyebar cepat kepada seluruh siswa sekolah.
_______
"Jir gue merinding pas tadi masuk gerbang," ucap Mora kepada kedua temannya. Mora baru saja sampai di sekolah, kedua temannya itu sudah lebih dulu dari dirinya.
"Iya gue juga kaget semua sudut sekolah semuanya ada papan bunga belasungkawa," sahut Asa yang ikut merinding melihat sekeliling sekolah berisikan bunga belasungkawa.
"Sekolah kita jadi tenang banget dari tadi pagi gue dateng, masih ada garis polisi juga padahal," sahut Zee, orang yang pertama datang diantara mereka bertiga.
"Ya biasanya juga berisik karena dia sama temen-temennya 'kan?" ucap Mora berucap tanpa berpikir dulu.
"Heh! Inget dia udah meninggal, gak baik ngomongin dia," celetuk Zee mengingatkan Mora.
"Ya tapi bener kan gue? Mungkin sekarang temen-temennya juga lagi pada berduka banget, lagi pula ini kejadian bener-bener tiba-tiba,"
"Yaudah ah! Udah jangan bahas ini dulu, mending lo taro tas lo dulu deh Ra," ucap Asa melihat Mora yang masih berdiri dengan tas gendongnya.
"Hehehe."
______
Sekolah hari ini benar-benar sangat sunyi, hanya sebagian siswa yang terlihat berlalu lalang di luar kelas.
Sekolah mereka juga hari ini tidak ada yang melakukan pembelajaran olahraga di lapangan. Tepat di area lapangan Rizki terjatuh, terdapat beberapa bunga dan foto Rizki diletakkan di area tersebut. Sebagian siswa ikut berduka atas kepulangan Rizki.
"Gue juga jadi sedih, liat cowok gue dari kemarin bener-bener jadi diem semenjak kejadian ini," ucap Mora.
Mereka bertiga berada di lapangan, ikut melihat dan berduka atas kepulangan Rizki. Mora memiliki pacar, dan pacarnya adalah kerabat dekat Rizki, yang pastinya, pacarnya itu sangat kehilangan sosok sahabatnya.
"Eh tapi, kok belum ketauan ya penyebabnya?" tanya Mora kepada temannya, melihat kasus ini masih sangat abu-abu di kalangan sekolah.
"Katanya CCTV area atas mati karena ada pembangunan, jadinya agak susah buat nyari tau," ucap Zee memberitahu info yang dia dapat.
"Oalaa, btw dia jatuh juga apa karena di atas gak ada penghalang ya? Rawan juga," sahut Mora mulai sedikit menyelidiki.
"Bisa jadi sih itu, soalnya bener-bener curam bangett kalau gak ada tembok," Asa menambahkan.
"Iya bisa jadi karena itu juga, makanya sekarang di atas masih di tutup 'kan? semenjak kejadian itu, bagian atas jadi di kasih penghalang besi sementara," ucap Mora.
Melihat keadaan sekolahnya itu masih tahap pembangunan, banyak sekali bangunan-bangunan yang terbilang curam dan rawan memakan korban.
"Tapi kenapa tangannya diiket?? Itu gak sih yang masih mereka cari tau?" tanya Mora.
Beberapa anak di sekolahnya itu mempertanyakan ikatan tali tersebut, mereka bertanya-tanya, siapa tersangka dari balik jatuhnya Rizki?
"Dia masih suka bully adik kelas gak sih? kelas sepuluh atau sebelas gitu?" Zee bertanya.
"Gue pernah denger, masih katanya. Apa ini ada sangkut-pautnya juga ya?" sahut Mora. Pernah mendengar beberapa kali soal perundungan itu.
"Udah kita tunggu hasil akhir polisi aja, polisi gak mungkin gak nemuin yang sebenernya sih," Asa menambahkan agar menyuruh mereka untuk menunggu hasil akhir dari kepolisian.
"Iya sih bener, dah ah yuk, gue laper, kantin??" ajak Mora.
"Gas!!" Sahut Zee dengan penuh semangat 45!
Mereka bertiga beranjak pergi ke kantin, walaupun keadaan sekolah masih terbilang sunyi, tapi perut karetnya itu tidak akan pernah berhenti berteriak sebelum diisikan oleh makanan kantin sekolah.
"Eh itu temen-temennya 'kan?" tunjuk Asa ke arah pojok kantin, melihat sebagian teman-temannya Rizki berada di kantin.
Terdapat beberapa anak laki-laki yang tengah duduk di meja kantin, mereka semua adalah teman tongkrongannya Rizki.
Salah satu dari mereka adalah pacar Mora, yaitu Fajar. Fajar adalah kerabat dekatnya Rizki, tiada hari mereka tidak bersama, karena hampir setiap hari mereka selalu bersama selama di sekolah. Wajar jika Fajar merasa sangat kehilangan sosoknya.
"Eh iya tuh, bener-bener beda banget! Biasanya mereka beneran rame," sahut Mora.
"Iya tuh, cowok lu aja kayak gak ada semangat gitu Ra?" Zee mengangkat kepalanya melirik ke arah Fajar pacar Mora.
"Iya, dia bilang katanya mau ikut nyelidikin juga? Tapi gak tau deh," ucap Mora sembari mengangkat kedua pundaknya.
"Wah bagus tuh, lagian ada ada aja ya kejadian. Padahal kita udah kelas dua belas, tinggal lulus sebentar lagi, tapi ada aja masalahnya," sentak Zee.
"Semoga aja yaa cepet kelar deh, biar kita semua juga lancar." Ucap Asa seolah berdoa agar semuanya cepat selesai.
Adanya kejadian ini benar-benar menunda banyak kegiatan di sekolahnya itu, karena seluruh siswa pun diliburkan dua Minggu kemarin.
"Eh btw, tapi ekskul mading kalian gimana? Apa Bu Kayla gak nyuruh lo buat ikut bahas kasus ini?" tanya Zee mengingat Asa dan Mora adalah anggota ekskul mading. Dimana biasanya mereka selalu ikut serta hal seperti ini.
"Gak tau deh, kalau suruh nyelidikin juga gue gak mau sih... sekolah suka kebiasaan tetep gak mau bertindak nantinya," ucap Asa berpengalaman dari kasus-kasus sebelumnya.
"Setuju gue!" Mora menyahutinya.
"Iya sih, tapi padahal lo ikut nyelidikin aja Sa, Ra, lumayan loh bisa buat artikel nanti?" saran Zee kepada Asa dan Mora.
"Gak tau sih gue juga, toh, bentar lagi udah mau pergantian ketua kan? Harusnya sih sekarang angkatan kita udah gak ikut campur lagi sih,"
"Hahaha bener banget! Setuju sih gue, yang harus kita fokusin sekarang ya masa depan kita, inget 4 bulan lagi loh lulus?" ujar Mora mengingatkan berita sedih itu, yaitu kelulusan.
"Ish, udah lah masih lama itu! Gue gak mau cepet-cepet lulus, masih banyak yang pengen gue nikmatin sekarang, contohnya punya cowok," sahut Zee dengan girang, tidak ingin cepat lulus dari sekolahnya ini.
"Hahaha noh makanya confess sama cowok lu itu!" Mora meneriaki Zee agar segera menyatakan perasaannya kepada cowok yang disukainya.
Mereka bertiga berbincang menghabiskan waktu istirahatnya itu sampai jam pulang sekolah. Dikarenakan hari ini tidak ada satupun guru yang masuk ke dalam kelas, dan mereka memutuskan untuk tetap berada di kantin, sampai selepas selesai jam pulang.
••••••
Bismillahirrahmanirrahim, semoga cerita ini banyak yang suka! Happy reading semuanya, I hope u like it!🤍
- Al
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'am?
Teen FictionIf I'am? Menjadi bagian siswa yang di tugaskan menangani kasus sekolahnya sendiri memang tidak terlalu buruk, hanya saja tidak pernah mereka bayangkan yang terjadi dengan kasusnya kali ini. Asabella Cassia, ditemani dengan seorang anak laki-laki yan...