"Kebanyakan orang diluar sana terlihat sehat fisiknya, tetapi tidak dengan mentalnya."-------------------------
Ketidaksengajaan mereka bertemu di tempat yang sama sekali mereka tidak pernah duga. Menjadikan mereka hanya menatap satu sama lain menandakan mereka sendiri masih tidak menduga pertemuan itu.
"Lo kok disini?" tanya Asa lebih dulu kepada laki-laki di hadapannya.
"Ah, serius gue kaget kita ketemu disini. Pantes lo tadi di sekolah juga buru-buru yaa?" ucap laki-laki itu yang tiada lain adalah Hafiz, orang yang terakhir Asa temui selepas pulang sekolah tadi sore.
"Iya hehe, lo ke poli jiwa kah? Ah maksud gue, ee lo-" ucapan Asa gelagapan takut dirinya salah ucap. Tetapi sebelum Asa menyelesaikan ucapannya, Hafiz sudah lebih dulu memotong ucapannya itu.
Hafiz tertawa kecil melihat galagapan Asa. "Enggak enggak, santai ajaa Bell. Itu gue nganter adik gue kontrol, btw kalau lo sendiri ngapain? Berobat?" tanya Hafiz balik kepada Asa.
"Iya nih sama gue juga, nemenin mamah gue kontrol. Oh berarti tadi yang masuk adik lo?" tanya Asa melihat seorang perempuan masuk saat dirinya keluar.
"Iyaa, adik gue Bel,"
"Kalau boleh tau, kenapa? Ih tapi gapapa kok gak ngasih tau juga hehe, emang dasar gue anaknya kepoan aja!!" Asa menarik perkataannya karena takut merasa Hafiz tersinggung, walaupun nyatanya mungkin tidak.
Dikarenakan Hafiz bertemu tidak sengaja dengan Asa, alhasil Hafiz harus memberitahukan bahwa dirinya mempunyai adik perempuan.
Hafiz bercerita mengenai adiknya, adiknya itu mengidap depresi. Sering sekali depresinya itu kambuh. Hafiz selalu khawatir harus bertindak seperti apa lagi, kedua orang tuanya tidak tau persoalan ini. Karena mereka berdua terlalu sibuk untuk berkerja. Hafiz juga menceritakan bukan cuma depresi yang di derita adiknya itu, tetapi terdapat Anxiety juga yang di derita adiknya, mengakibatkan adiknya ini sudah untuk bebas saat berada di luar rumah.
"Oh iya sih gue juga baru tau kalau lo punya adik hehe, ikut sedih dengernya. Semoga lekas sehat yaa adik lo, gue yakin pasti capek banget diri dia sekarang," ucap Asa berusaha ikut merasakan apa yang adiknya Hafiz itu rasakan.
"Bener, gue liatnya aja kayak capek banget. Gimana dia yang ngerasain sendiri?" balas Hafiz kepada Asa.
"Emang udah dari kapan?" tanya Asa.
"Em, pertengahan dia masuk sekolah Bel," jawab Hafiz.
"Eh bentar, btw adik lo satu sekolah gak sih sama kita? Kayak gak asing gitu mukanya?" Asa mengerucutkan keningnya mengingat sekilas wajah adik Hafiz yang tidak asing di matanya.
"Iya, satu sekolah dia sama kita. Kok lo sadar sih? Padahal dia jarang keluar kelas," Hafiz heran. Sosok adiknya itu mungkin bisa terhitung jadi saat berada di luar kelas.
"Nah 'kan? Kayaknya gue tau adik lo deh, lo beda satu tahun doang 'kan?"
"Iyaa Bel, kenal?"
"Adik lo pasti pinter? Sering ikut olim? Bener gak? Bener 'kan? Pasti bener, gue yakin banget!" Asa langsung menodong dengan beberapa pertanyaan mengenai adiknya Hafiz. Mencurigakan seseorang yang dia amati kala di sekolahnya.
"Iyaa, dia suka banget sama kimia. Dia juga sering ikut olim, beberapa kali dia selalu ikut," ungkap Hafiz. Membuat pernyataan semakin mendukung ke arah orang yang Asa maksud itu.
"Nah iya! Gue sering banget liat adik lo bimbingan olimpiade sama guru pas pulang sekolah! Kalau gak salah namanya, Hau-ha-hau-" Asa terbata-bata mencoba mengingat nama adiknya Hafiz.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'am?
Teen FictionIf I'am? Menjadi bagian siswa yang di tugaskan menangani kasus sekolahnya sendiri memang tidak terlalu buruk, hanya saja tidak pernah mereka bayangkan yang terjadi dengan kasusnya kali ini. Asabella Cassia, ditemani dengan seorang anak laki-laki yan...