Prolog -

61 19 7
                                    


--------------

"Semua orang kuat, tapi gak semua anak kuat tanpa ayahnya."

•••

Asa duduk tepat di pinggiran keramik mengkilap berwarna biru itu, tangannya sembari mengelap atas keramik hitam yang basah terkena air hujan.

Matanya tak kunjung reda akan air yang terus-menerus menetes membasahi tanah merah tersebut. Menaburkan bunga dan air adalah salah satu hal wajib tiap minggunya bagi seorang Asabella Cassia.

'Fajar Kusuma Bin Enfendi Kusuma'
Wafat pada Minggu, 12-12-20.

Batu nisan itu selalu tampak bersih dan bersinar. Tanah merahnya selalu dipenuhi dengan dedaunan hijau, menjadikan tempat peristirahatan terakhir tersebut terlihat sangat cantik.

"Pa... Maafin Bella, sampai hari ini Bella masih belum bisa terima semuanya. Bella gak kuat Pa, mama butuh Papa, begitupun Bella Pa..." isak tangisan Asa terdengar begitu jelas. Matanya memandang kosong ke arah makam papanya, sesak di dadanya terasa begitu dalam. Jelas banyak sekali luka yang dirinya pendam, makam Papanya menjadi salah satu tempat keluh-kesah untuk Asa.

Matanya yang kian membengkak. Rasa dendam itu masih tertanam sangat jelas di lubuk hati Asa. Tak pernah Asa rela begitu saja kehilangan sosok cinta pertamanya itu, Asa tidak akan membiarkan begitu saja air matanya yang terbuang sia-sia.

Setiap kali Asa selalu berandai, andai saja kala itu ia bisa membantu papanya, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Tapi nyatanya, nihil adanya. Takdir tidak ada yang bisa diubah, tidak, tapi menurut Asa ini semua bukan takdir yang sebenarnya, tuhan tidak akan akan mentakdirkan hal mengenaskan ini terjadi pada papanya itu. Napasnya menggebu-gebu, setiap kali ingatan itu terlintas di dalam benaknya.

••••••

Bismillahirrahmanirrahim, semoga cerita ini banyak yang suka! Happy reading semuanya, I hope u like it!🤍

- Al

If I'am?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang