''Pada akhirnya hidup memang di atas kejujuran."
~~~~
Hari ini, tiga hari setelah pertemuan di rooftop itu, semuanya terasa canggung. Tidak ada lagi tawa canda di bangku Asa, Mora dan Zee. Mora tiga hari berturut-turut sampai sekarang tidak masuk sekolah, dikarenakan sakit. begitupun dengan Zee, dengan posisi duduknya bersama Mora tepat di depan Asa, Zee tidak pernah menoleh untuk berbincang lagi dengannya. Lebih tepatnya Asa tidak melihat atau melirik Zee untuk berbincang.
_____
Sampai hari ini, Hafiz masih belum memberikan semua pernyataannya. Keadaan sekolah dan kelasnya masih seperti biasanya. Hanya saja sikap dingin Lino, Alfa, dan Hafiz yang berbeda kepada mereka bertiga.
"Mau sampai kapan lo diem Fiz?" tanya Alfa yang melihat hafiz sedari kemarin tidak bertindak apapun mengenai kasus ini.
Wajahnya masih menatap ke sebuah layar laptop, hampir tiap hari ia menatap layar laptop yang hanya terus membuka dokumen Microsoft word itu.
Dengan raut wajah frustasi Hafiz menjawab, "Anjir, anjir, ada-ada aja ya lagian?" cetusnya.
"Gue belum selesain laporannya, Fa." Ucapnya.
"Lah, gimana sih? Kok bisa belum? Apa jangan jangan lo sengaja gak mau ungkap? Karena lo naksir Asa? Iya?" ucap Lino dengan sembarangan.
Hafiz melemparkan botol minumnya yang sudah habis itu ke arah Lino. "Alah tai lu!" ucapnya kesal dengan ucapan Lino.
"Aduh anjing, ya terus? Orang gue nyatain fakta!" balas Lino merasa tak terima.
"Dari awal yang buat laporan ini si Asa, terus dia pelakunya juga, lah nasib gue gimana?" papar Hafiz mengaku bahwa ia belum menyelesaikan kasus ini dikarenakan laporannya yang tak kunjung selesai.
"Yaelah lu, cupu amat!" balas Lino dengan hinaanya lagi.
Perbincangan mereka bertiga, sejak tiga hari kemarin selalu membahas kasus ini. Mereka masih tidak menyangka bahwa semua orang dibalik kasus tersebut adalah kenalan dekat mereka sendiri, bahkan orang-orang yang mereka ajak untuk berdiskusi mencaritahu pelaku, tetapi mereka sendiri itu pelakunya.
Di setiap perbincangan, Alfa selalu memihak kepada Asa. Karena baginya Asa menjadi salah satu orang paling waras dan berusaha jujur diantara mereka bertiga. Asa terlihat seperti seorang yang sudah siap sedia untuk mengakui semua kesalahannya itu.
_____
Selepas pulang sekolah Asa bergegas ke perpustakaan sebentar untuk mengambil salah satu buku paket mata pelajarannya itu. Asa melihat seseorang yang sedang berhadapan dengan laptopnya, dengan wajah masam sembari menatap layar laptop.
"Mau gue bantuin gak?" ucap Asa kepada orang tersebut.
Ia menoleh kearahnya, seorang dengan wajah masam itu adalah Hafiz yang sedang berhadapan dengan laptop, sedang mengerjakan sebuah laporan yang tak kunjung selesai itu.
"Gue bantuin ikhlas, biar lo cepet selesain dan langsung kasih ke pihak sekolah." Ucap Asa yang ingin juga Hafiz cepat-cepat menyelesaikan laporannya itu. Sedari kemarin Asa tidak mendapatkan panggilan dari sekolah, ternyata memang laporan yang awalnya ia kerjakan itu masih tak kunjung selesai.
Hafi menyodorkan laptop tersebut lalu mempersilahkan Asa duduk di sebelahnya, tanpa berbicara sepatah kata apapun.
Asa melihat laporan itu, masih banyak yang belum Hafiz tulis semua keterangannya. Asa mengetahui bahwa Hafiz kurang akan pembuatan laporan, sehingga dari dulu setiap membuat laporan ekstrakulikuler, Hafiz selalu meminta bantuan Asa untuk menyelesaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'am?
Teen FictionIf I'am? Menjadi bagian siswa yang di tugaskan menangani kasus sekolahnya sendiri memang tidak terlalu buruk, hanya saja tidak pernah mereka bayangkan yang terjadi dengan kasusnya kali ini. Asabella Cassia, ditemani dengan seorang anak laki-laki yan...