9. Pertemuan terakhir Fajar

9 2 0
                                    

"Waktunya terus berjalan, tetapi duniamu sudah berhenti sejak awal."

~~~~~~~~

Selepas kegiatan sekolah selesai, Asa sudah ada janji dengan teman-temannya Rizki, untuk melakukan wawancara. Sudah hampir setengahnya Asa wawancarai mereka, kini giliran Fajar, pacar dari temannya Mora.

"Gimana? Apa jawaban dari lo soal sikap temen lo ini? Apa jawaban lo sama kayak temen-temen lo sebelumnya?" ucap Asa kepada Fajar yang masih diam tak menjawab.

"Jawaban lo bakal bilang, kalau Rizki cuma bercanda ngejailin orang-orang itu? Gak ada niat buat bully, apa lo juga bakal bilang kayak gitu?" tanya Asa terus memojokkan Fajar.

"Tolong jawab. Apa menurut lo juga dia anak baik-baik?"

"Apa gue harus banget jawab itu semua?" Fajar akhirnya membuka suara.

asa menaikkan alisnya. "Terus? Menurut lo, lo berhak diem aja begini? Siapa lo? Presiden lo?!"

"Lo wawancara orang tapi bawaannya emosi, kok bisa Bu Kayla percaya sama orang kayak lo?" ucap Fajar dengan menampilkan tatapan sinisnya itu tak suka dengan cara bicara Asa.

Asa meringis tertawa menatap Fajar. "Gak usah ngalihin pembicaraan, kalau mau selesai jawab pertanyaan gue!" ucapnya.

"Gue gak bakal jadi temen dia kalau dia bukan orang baik. Jadi lo sekarang paham? Maksud gue?"

Asa mengerutkan keningnya. "Contohnya? Gue butuh pernyataan jelas dari lo," tekan Asa.

"Kayaknya gue gak harus jelasin hal detail itu. Lo cuma butuh jawaban gue yang tadi 'kan? Gue rasa itu udah cukup," ucap Fajar.

Asa menghela napas. "Gue lagi wawancara lo! Tolong jelasin semuanya, lo gak mau tersangka temen baik lo sendiri terungkap?"

"Lo yakin dia bakal ketemu? Gue rasa dia orang yang cukup pintar buat nyembunyiin ini semua, ya 'kan?"

"Fajar! Gue bisa laporin lo ke sekolah, kalau lo gak bener jawab semua wawancara ini!" wajah Asa mengerut menandakan kekesalan terhadap Fajar.

Fajar membuang napasnya. "Rizki yang selalu bantu temen-temennya persoalan duit. Dia gak pernah itung-itungan kalau temennya lagi di keadaan susah, gue kenal dia waktu gue lagi buntung buat bayar berobat nyokap gue,"

Fajar menceritakan awal bertemunya dia dengan Rizki. Berawal dari temannya yang mengenali Rizki kepada dirinya, dan Fajar menceritakan bahwa Rizki yang meminjamkan uang untuk berobat ibunya. Rizki juga tidak pernah menangih uang itu, melainkan Rizki selalu menjenguk ibunya itu saat DJ rumah sakit.

Mendengar pernyataan itu, Asa terdiam. Berusaha menyimak. Karena sedari tadi teman-temannya Rizki yang sudah di  wawancarai sebelumnya, tidak ada yang menceritakan perihal hal ini.

"Oh tenang, jangan berpikir syaratnya. Gue gak pernah disuruh jadi budak atau suruhan dia, Rizki bener-bener tulus bantuin gue. Biayaun sampai nyokap gue sembuh total, dia bayarin ful biayain pengobatan," jelas Fajar, menjelaskan semuanya tentang sosok Rizki di hidupnya.

Asa terdiam, lalu merespon pernyataan itu. "Terus, kalau emang dia tulus? Kenapa dia selalu ganggu orang? Lo tau, lo liat, lo sadar! Kenapa??" Mendengar semua pernyataan Fajar. Kedua bola matanya melotot menatap Fajar. Emosinya itu memuncak, mendengar semua pernyataan Fajar.

Tetapi mengapa Rizki selalu menganggu orang lain? Jika menurut Fajar Rizki adalah penolong hidupnya.

"Gue gak pernah ikut campur soal sikap dia, gue sadar semuanya. Sekali lagi, gue kasih tau, kalau gue gak pernah ikut campur soal sikap perbuatan dia ke orang lain. Karena gue bukan siapa-siapanya dan gue banyak utang budi sama dia,"

If I'am?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang